Chapter 6

328 41 7
                                    




Jimin menggenggam erat tangan ibu Taehyung yang masih saja terserang thremor, mereka semua tampak kacau disana. Disudut remang lorong rumah sakit yang tampak jauh sekali dari kehidupan. Dalam detik-detik dimana nafas mereka terpaksa harus mereka tahan dalam-dalam, dimana seluruh raga mereka ingin menjerit membantah segala hal, tentang keadaan dimana Taehyung ada dan harus kembali mereka lihat dalam tangis yang coba mereka tahan sekuat mungkin.


Kim Taehyung, sebagaimana cinta mereka hadir dalam setiap gelak tawanya yang indah dan begitu mereka rindukan.


Sekarang bahkan tak lagi bisa mereka genggam tangannya, tak lagi bisa mereka rangkum wajah mungilnya, tak lagi bisa dapat mereka rengkuh dalam hangat.


Karena disana dia sendirian, mencoba bertahan sekali lagi untuk mereka... yang masih membutuhkannya ada dan hadir dalam hidupnya.


"Bibi," suara rendah Jimin coba membuat ibu Taehyung terjaga, wanita cantik itu terlelap setengah jam lalu dengan posisi tubuh yang tak nyaman setelah operasi singkat Taehyung berhasil dan masih dinyatakan belum stabil enam jam lalu. "Aku rasa Bibi butuh istirahat, biarkan aku yang menunggu Taehyung."


Ibu Taehyung tersenyum, tangannya yang lembut menyapu lengan Jimin seolah menyampaikan bahwa dia baik-baik saja, namun Jimin dengan senyum yang seakan mengetahui segala hal berucap. "Aku tidak ingin Taehyung sedih saat melihat ibu yang begitu dia cintai tampak begitu jelek jika dia bangun nanti, dia pasti akan sangat sedih."


Jimin membawa dua lengannya, menuntun ibu Taehyung yang sudah berdiri. "Kau ada-ada saja, tapi bibi rasa ucapanmu benar. Anak keras kepala itu selalu saja cerewet tentang banyak hal."


Karena Jimin tak ingin ibu dari pemuda yang teramat sangat dia cintai itu sakit, bukan hanya untuk sopan santun atau basa-basi, bukan karena hal semacam itu tapi karena Jimin pun sangat mengasihi perempuan itu, perempuan yang amat sangat baik hati yang telah melahirkan Taehyung serta merawatnya sendirian.


Sepeninggal ibu Taehyung yang kini telah tertidur diruangan yang ada tepat disamping kamar Taehyung, Jimin beranjak. Menuju lorong gelap yang kini tampak sepi. Hampir tengah malam dan Jimin masih menemukan pemuda itu disana. Duduk dengan tangan saling bertaut, wajahnya yang tampak lelah terpatri disana. Lalu detik saat pemuda itu menoleh Jimin dengan langkah berat mau tak mau duduk disampingnya.


"Jungkook." Dialah pemuda yang sangat dicintai Taehyungnya. Dialah orangnya.


"Apa Taehyung baik-baik saja?"


Pertanyaan yang samapun tercetak berantakan dalam otak Jimin, apa Taehyung akan baik-baik saja, apa Taehyung akan terus bersamanya, apa Taehyung akan bertahan unntuk mereka, apa―


"Dia akan baik-baik saja." sebuah harapan terselip disana, tangan Jimin menepuk pundak Jungkook, dengan sebaris senyum singkat Jimin coba bertahan. Sekali lagi mereka berdua harus dihadapkan, diantara Taehyung dan segala hal yang terlalu rumit untuk mereka burai.


Jeon Jungkook dan Park Jimin.


Dua pemuda itu, harus berapa kali lagi mereka terluka? Harus berapa kali lagi mereka harus mencoba bernafas saat paru-paru mereka seakan mau meledak? Harus berapa kali lagi mereka harus bertahan saat detik dimana Taehyung berada diambang kesakitan untuk kemungkinan paling terburuk yang coba tak mereka bayangkan? Harus berapa kali lagi?

HUG ME [KookV - MinV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang