PILIHAN PARA DEWA : NUCAR

40 4 2
                                    

Selamat malam para penikmat perebutan takhta!!!! Selamat datang di Kerajaan Athranna.

Sekarang kita akan melihat pilihan pertama Para Dewa dari House of Nucar, sang peracun, dari Distrik Peryline. Selamat menikmati :)

* * *

Suara derap kaki menggema sepanjang lorong yang gelap dan dingin di Kastil Morph sore itu. Genova mengepal dan meremas tangannya seraya bergumam marah. Dua pengikutnya menunduk berusaha mengejar langkahnya yang jauh. Di ujung lorong itu, sebuah pintu megah terlihat terbuka sebagian, sedikit kehangatan perapian terasa keluar menyentuh kulit Genova. Dengan kasar ia mendorong pintu dan memanggil saudarinya.

"Morchanthe! Gadis itu tidak akan pernah menjadi ratu! Nucar akan hancur ditangannya bahkan sebelum Auth dimulai." Wanita dalam ruangan itu meletakkan secangkir teh yang mungkin telah dicampur dengan racun buah ek miliknya ke atas meja.

"Para Dewa tidak akan pernah salah menunjuk para pewaris – tidak untuk Nucar. Elanor gadis yang tepat. Kau hanya perlu bersabar" Ia memutar badannya menghadap Genova. Terlihat sedikit kerutan di mata abunya yang indah. Begitu anggun namun mematikan. Ia menatap mata Genova cukup dalam sejenak. Genova menegang. Pemimpin keluarga Nucar itu terlalu anggun untuk dijadikan pembunuh berdarah dingin – namun kenyataan berkata lain. Ia salah satu pembunuh berdarah dingin di tanah Athranna. Seluruh Athranna mengenal dan takut akan kekuatannya.

"Para dewan tidak terlalu khawatir seperti dirimu Genova. Duduk dan minumlah secangkir teh buatanku." Ia maju dan membelai wajah marah Genova.

"Anggota dewan kerajaan lainnya lebih mementingkan Perjamuan Eru bagi Elanor tanpa tahu lemahnya gadis itu. Bahkan saudari kembarnya lebih berbakat sebagai peracun daripada dirinya!" menghempas tangan Morchante pelan dan seolah menolak tawaran tehnya. Ia tidak ingin mati dengan sembarang meminum teh dari teko yang sama.

"Ia hanya perlu berlatih lebih giat." Jawab Morchante singkat.

Perlahan ia beranjak ke jendela dan melihat ke taman belakang. Elanor sedang berdiri di sana. Membentangkan tangannya yang kurus dan penuh dengan keropeng yang mengelupas, beberapa diantaranya mengeluarkan darah. Ia terhuyung-huyung berdiri di atas balok kecil yang telah dilumuri racun berwarna ungu kehitaman. Angin bahkan seakan mampu mematahkan beberapa rusuk miliknya. Ia terlihat sangat kecil, bahkan anak berumur 120 purnama akan terlihat lebih besar darinya.

Morchante melihat Genova dengan tatapan pasrah. Beranjak keluar. Menyusuri lorong dan tangga menuju taman belakang. Genova mengikuti di belakangnya.

"Cukup, Elanor." Kata Morchante menghampiri.

Gadis itu menurunkan tangan dan melihat ibu asuhnya. Ia hendak berlari dan ingin memeluk Morchante sebelum sosok Genova muncul mengikuti.

Genova maju dan menarik tangan Elanor dengan kasar. Mengelupas dengan paksa keropeng di tangan gadis itu dengan ibu jarinya. Satu terlihat kering, namun yang lainnya mengeluarkan nanah bahkan darah. Elanor meringis. "Ini bukanlah sosok pewaris yang diharapkan Nucar dalam Perjamuan Eru malam ini." Mata abunya melihat Morchante seakan ingin mengeluarkan protes lainnya. "Banyak keluarga bangsawan lainnya yang akan datang dari seluruh penjuru Peryline dan kau akan mengecewakan kami!" kembali Genova berteriak ke wajah Elanor yang melihat tanah pijakannya.

"Genova!" nada bicara Morchante meninggi. Ia kemudian maju dan melepaskan tangan saudarinya itu dari sang pewaris. "Sarung tangan hitam sudah cukup menutupi tangan Elanor. Dan akan lebih baik lagi jika kau berhenti mengelupas lukanya satu-persatu." Ucap Morchante sembari menghela nafasnya, ia terlihat lelah.

CROWN OF ATHRANNAWhere stories live. Discover now