Part 1

1.9K 202 9
                                    

Arthit bosan. Ketiga temannya ; Knott, Prem, dan Bright masuk dalam kepanitiaan OSPEK sementara Toota sibuk dengan kerja paruh waktunya, meninggalkan dirinya sendirian tanpa kegiatan di sela-sela jadwal kuliah yang memang sengaja dibuat senggang demi kelancaran OSPEK anak baru.

Awalnya dia pun tak luput ditunjuk sebagai panitia juga, namun karena berbeda pendapat dengan para senior, membuatnya akhirnya memilih mundur saja dari kegiatan itu. Hal yang disesalinya sekarang karena... dia bosan.

"Tahu begini aku bergabung saja dengan tim medis anak tingkat dua" Gumamnya menyesal.

Kakinya masih melangkah tak tentu arah karena merasa terlalu banyak waktu luang jika dia pulang sekarang, matahari bahkan belum tenggelam. Keputusannya untuk tidak membawa sepeda ke kampus rupanya cukup brilian karena kini dia akhirnya malah berjalan-jalan ke banyak tempat yang belum pernah diliriknya.

Dia bahkan untuk pertama kalinya, berhenti di kantin fakultas ekonomi untuk mencicipi tomyum yang sempat trending di forum sebagai makanan terlezat di kampusnya. Meskipun seragam maroonnya sempat membuatnya risih karena menarik perhatian banyak orang disana, tapi menurutnya hal itu sepadan dengan apa yang dia dapatkan, makanan disana cukup memuaskan dan Arthit bertekad mengajak teman-temannya lain kali.

Setelah puas menjelajah, laki-laki itu akhirnya memutuskan untuk kembali ke asrama. Percuma menunggu teman-temannya selesai OSPEK karena itu akan sangat terlambat, mereka bahkan masih harus rapat, rapat, dan rapat yang mungkin akan selesai tengah malam nanti.

Mencari jalan lebih cepat, Arthit tidak melewati jalan besar yang memutar dan memilih masuk ke gedung ekonomi untuk mencapai ujung lain jalan ke arah asramanya. Matahari sudah tenggelam dan suasana kampus semakin sepi, hanya tinggal beberapa mahasiswa yang terlihat wara-wiri dengan tas besarnya, tanda kalau mereka juga akan segera pulang.

Tomyum berhasil membuat moodnya membaik, dia hanya tinggal melewati jejeran lapangan basket yang dipagar tinggi untuk sampai ke jalanan terdekat dengan asrama. Arthit sedang membayangkan kasurnya yang empuk dan mandi air segar yang akan menyusutkan ketegangan dari pundaknya ketika sebuah suara tubrukan terdengar dari sebuah sudut. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar dan tak mendapati siapapun sedang melakukan olahraga, dia membeku di tempat, memastikan apakah suara itu benar-benar nyata atau hanya angin yang mempermainkan halusinasinya.

Suara lain kembali terdengar, kali ini diikuti dengan suara manusia yang membuatnya mendesah lega, minimal dia tidak harus terkencing di celana hanya karena menyaksikan kebenaran mitos yang selama ini santer terdengar di gedung ekonomi.

Penasaran karena suara itu terdengar ribut, Arthit akhirnya mendekat ke salah satu gedung yang terlihat tak terurus, semakin mendekat, semakin jelas suara bukan hanya dari satu orang, beberapa umpatan sempat terdengar di telinganya sebelum kemudian matanya berhasil menangkap pemandangan penuh tentang apa yang terjadi. Matanya melotot saat beberapa orang terlihat mengerubungi seseorang, dengan wajah marah dan tangan terkepal orang-orang dengan kemeja putih itu terlihat hendak menyerang seorang lainnya yang sedang mundur perlahan dan meletakkan ranselnya pelan-pelan.

Arthit yang tak suka pembullyan dengan reflek berteriak dan langsung membaur ke arah kekacauan, gerombolan pemuda itu sempat terkejut namun karena Arthit sendirian, mereka jadi tidak takut.

"Jangan ikut campur urusan kami" Itu peringatan yang sempat telinganya tangkap sebelum sebuah bogem mentah menyapa pipi kirinya. Arthit tentu saja tidak terima dan membalas perlakuan itu seketika, tidak cukupkah mereka menjadi pengecut dengan mengeroyok satu orang, kini mereka malah menjadikannya samsak tinju, tentu saja dia tidak akan tinggal diam. Beberapa menit mereka bertarung, meskipun Arthit sendirian, tapi dia tidak pernah menerima kekalahan, dia tidak peduli jika tubuhnya sempat jatuh dan tertendang, dia terus bangkit dan kembali mengarahkan perlawanannya pada orang-orang asing itu.

Innocent SaviourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang