Surat dari Kangmas Tjandra

2.9K 424 35
                                    

Teruntuk Dik Sekar Arum
di Tempat.

Apa kabar dik? Semoga Dik Sekar  senantiasa sehat wal afiat. Kangmas, disini juga demikian.

Dik Sekar pasti bertanya-tanya dalam hati kenapa kangmas mengirimkan surat ini. Kemarin ada beberapa hal yang ingin kangmas ceritakan, tapi entah kenapa setelah berjumpa dengan Dik Sekar lidah ini terasa kelu.

Dik Sekar, dulu kangmas pernah nyantri di tempat Pak Pawiro. Tidak lama, hanya setahun kurang. Mungkin Dik Sekar tidak ingat karena  saat itu dik Sekar masih kecil, mungkin saat itu usia dik Sekar sekitar 6-7 tahun.

Banyak kenangan baik tentang dik Sekar yang kangmas miliki. Maka saat kangmas dengar dik Sekar mulai di pinggit saat usia 12 tahun, kangmas memberanikan diri untuk melamar dik Sekar kepada Pak Pawiro. Saat itu pak pawiro menolak kangmas karena dik Sekar masih belum siap untuk dinikahi.

Setahun kemudian kangmas dengar dik Sekar sudah dilamar orang. Kabarnya juga, lamarannya sudah diterima. Hati kangmas hancur dik. Pupus sudah harapan kangmas untuk bisa menikahi dik Sekar.

Beberapa waktu yang lalu, kangmas mengikuti ziarah ke Makam keluarga di Astana Girigondo. Disana kebetulan kangmas ketemu dengan teman nyantri kangmas dulu di rumah Pak Pawiro. Kangmas dapat kabar katanya dik Sekar sampai sekarang belum menikah. Mendengar hal tersebut, Hari itu juga kangmas datang ke rumah Dik Sekar guna memastikan kebenaran yang kangmas dengar.

Syukur Alhamdulillah, ternyata benar Dik Sekar belum menikah. Hari itu juga kangmas memohon izin Pak Pawiro untuk meminang Dik Sekar. Saat itu, Pak Pawiro belum memberi jawaban karena biar Dik Sekar yang memutuskan, karena Dik Sekar sendiri yang akan menjalani.

Kangmas akan menerima apapun yang menjadi keputusanmu dik. Karena kelak dik Sekar juga yang menjalani.

Demikian dik  yang dapat kangmas sampaikan. jika boleh berharap, sangat besar harapan kangmas untuk bisa meminangmu.

Yogyakarta, 13 Maret 1922
Penuh harap

R. Tjandra Wiryadi

Kulipat kembali surat dari Raden Tjandra yang tadi pagi dititipkan ke Kang Bedor untuk diserahkan kepadaku. Menerima surat ini membuat hatiku benar-benar bersyukur. Ternyata ada orang yang mencintaiku dengan setulus ini.

Tak terasa air mataku mengalir membasahi pipiku. Inilah yang kudamba-dambakan sejak dulu. Jika aku boleh dan bisa, sekarang rasanya aku ingin berlari menemui Raden Tjandra dan mengungkapkan semua yang kurasakan.

Kembali kubuka surat itu. Kuamati setiap coretan pena yang tercetak disana. Terbayang jari jemari Raden Tjandra menari menggoreskan setiap huruf yang tersusun rapi itu. Kusesap harum tinta yang tertoreh disana lalu kumasukan surat itu kedalam pelukanku.

Jadi surat ini yang dimaksudkan Raden Tjandra. Apakah dia mengharap aku menuliskan keputusanku dibalasan surat ini?

***

Hari berikutnya aku masih belum memutuskan apa yang akan kulakukan selanjutnya. Sepertinya memang sudah saatnya untukku pulang kerumah dan mengatakan pilihanku pada rama.

TBC

Garwa Kinasih (Istri Kesayangan). End-Where stories live. Discover now