Kehendak Rama 2

2.8K 393 50
                                    

Nyaring kolaborasi orkestra katak dan jangrik malam ini tidak membuatku terpejam. Dengkuran halus milik Kirana dan Larasati tidak juga membuatku larut dalam rasa kantuk. Semuanya terasa tidak nyaman. Kekhawatiran terus menghantuiku. Bagaimana kalau rama menemui Pangeran Mangkubumi untuk melanjutkan perjodohanya tanpa sepengetahuanku? 

Kubuka kembali surat yang dikirim Raden Tjandra untukku. terbayang senyum Raden Tjandra saat menemuiku di pasar kemarin. bagaimana dia akan mengajakku mengajar di Taman Siswa jika aku akan menjadi istri orang lain? Duh Gusti, bahkan hatiku saja sudah memilih. 

Rama, Aku tidak ingin menjadi selir Pangeran Mangkubumi. 

Sayup terdengar kokokan ayam yang kemudian disahut suara sapu lidi yang bergesekan dengan tanah. itu pasti para rewang yang sudah terjaga dan melakukan tugas masing-masing. sepertinya semalaman aku tidak tertidur sama sekali, sebelum semua orang bangun, aku segera melipat kembali surat dari Raden Tjandra dan menyimpannya di balik tumpukan jarikku.

***

Matahari sudah terbit sekarang, resah aku menunggu rama di halaman joglo, aku ingin segera tahu keperluan rama ke Negara. menit demi menit yang terlewat terasa sangat lama. hari ini, aku bagaikan seorang penjahat yang sedang menunggu hukumannya. 

"Mbakyu Arum pulang dari Yoja bukannya seneng malah semakin keliatan murung." terdengar suara kirana berbisik dibelakangku. bisa dipastikan dia kini sedang bicara dengan adikku yang lain, si Larasati.

"Mungkin dinakali sama kangmas Trisno." lirih suara Larasati menyahut kirana 

"Alahh... Paling juga diejekin perawan tua, kayak tidak tahu kebiasaan Mbakyu Arum saja." kini suara Tedjo yang menjengkelkan terdengar. adikku itu selalu saja berhasil membuatku emosi. tapi masa bodolah apa yang diucapkan Tedjo. aku sedang tidak ingin membuat keributan dengannya.

Kubiarkan ketiga adikku berdebat dan membicarakanku disana, aku sama sekali tidak tertarik mengurusi mereka. yang kutunggu hanyalah rama yang pulang dari Negara.

***

"Rum, Arum. Bangun nduk, kamu dicari rama." suara ibu yang lembut membangunkanku. matahari kini sudah sampai di puncak ubun-ubun. rupanya aku tertidur saat menjahit beberapa potong kain. 

menjahit adalah salah satu pekerjaan perempuan dalam pingitan. sebenarnya tidak hanya menjahit, membatik, memasak dan mengasuh anak juga bagian dari pendidikan di pingitan. pingitan adalah tradisi jawa untuk memberikan pendidikan bagi perempuan saat beranjak dewasa sampai menjelang pernikahan. 

Tadisi Pingitan adalah mempersiapkan seorang perempuan untuk menjadi ibu yang baik dan dalam rangka menjaga kesucian anak perempuan, karena perempuan dalam pingitan biasanya dibatasi pergaulannya. kesucian perempuan adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat jawa. baik buruknya keluarga ditentukan dengan baik buruknya keluarga tersebut menjaga anak perempuannya. 

"Njih bu." 

Rama rupanya sudah duduk di dalem Pringgitan, wajahnya tampak begitu sumringah. terutama saat melihatku muncul dibalik pintu dalem. 

"Sini nduk." Rama lambaikan tangannya supaya aku mendekat ke tempat duduknya. Akupun segera menyambut panggilan rama dan duduk timpuh didekat kakinya.

"Rencananya rama mau menjemputmu, ternyata kamu sudah pulang duluan."

"Rama, Arum tahu rama memanggil Arum karena ada yang ingin rama sampaikan kepada arum, tapi sebelum itu arum juga memiliki sesuatu untuk disampaikan kepada rama. Apakah Arum boleh mengutarakannya?"

Seketika raut wajah rama berubah, dari wajah sumringah penuh senyuman menjadi wajah yang sangat serius. Kukumpulkan ketetapan hatiku untuk menghadapi apapun jawaban rama nanti.

"Rama, Arum sudah memutuskan untuk memilih Raden Tjandra menjadi suami Arum." Tanpa menunggu izin dari rama, langsung kuutarakan semua kata yang sejak awal kususun untuk kusampaikan pada rama.

Hening tak ada suara ataupun tanggapan dari rama. Ini membuatku semakin takut.

Kubenamkan kepalaku dalam hingga nyaris seperti orang bersujud. Entah apa yang dipikirkan rama sekarang. Berharap ada secercah harapan sehingga rama menerima pilihanku.

"Rama menyesal tidak bisa mengikuti pilihanmu nduk. Dulu rama pernah berpesan untuk segera memutuskan pilihanmu dengan cepat. Sekarang Arum sudah tidak punya pilihan lagi. Rama sudah terlanjur bertemu dengan Pangeran Mangkubumi. Tentu kamu mengerti yang rama maksudkan." Ucap rama dengan suara yang bergetar.

"Rama, Arum tid-"

"Sudah Arum!" Rama mengebrak pahanya murka. "Rama tidak ingin mendengar lagi. Persiapkan saja dirimu." Ucap rama kemudian berdiri dan meninggalkanku. Jika sudah seperti ini tentu saja rama tidak ingin dibantah lagi.

Seketika itu juga tangisku pecah.

TBC

Garwa Kinasih (Istri Kesayangan). End-Where stories live. Discover now