Kehendak Rama

2.9K 386 29
                                    

Matahari baru saja meninggi saat kuputuskan pulang menemui rama untuk mengutarakan pilihanku. Untung saja Trisno hari ini libur jadi bisa kumintai mengantar sampai rumah.

"Arum kok buru-buru tho pulangnya. Mbok ya nanti-nanti saja. Baru juga 4 hari masa udah mau pulang, katanya mau nginep seminggu disini. Bude itu seneng lho kalau kamu disini. Ada yang nemeni bude." Kata Bude Waginem sambil bantu mengemasi beberapa oleh-oleh untuk disampaikan pada Rama dan Ibu.

"Kapan-kapan Arum pasti nginep disini lagi kok bude. Bude jangan khawatir ya, apalagi kalau kangmas Trisno nikah. Pasti Arum nginep disini." Sahutku.

"Nah itu! denger itu Thole, kapan ibumu ini punya mantu perempuan. Walah duh Gusti paringi kula sabar." Lanjut Bude  waginem yang kini terdengar seperti rajukan. Sesekali bude tampak melirik sesorang yang tengah duduk-duduk di ujung ruangan. Siapa lagi kalau bukan Trisno.

Aku hanya tersenyum simpul menanggapi perkataan bude. Di ujung ruangan sana ada yang sedang senyam senyum merasa tersindir dengan perkataan bude.

Sebelum semuanya menjadi runyam karena sindiran ibu untuk anaknya itu, kuputuskan untuk menyingkir dari ruangan itu. Mengambil pena dan kertas untuk menuliskan sebuah surat.

Yogyakarta, 14 Maret 1922
Kepada :
Kangmas R. Tjandra Wiryadi
di Sedayu.

Syukur tak terkira selalu tercurah untuk Gusti Allah karena mencurahkan kesehatan untuk kita semua.

Terimakasih atas surat yang telah dikirim untuk saya. Karena surat itu, Saya jadi mengerti banyak hal yang tidak saya ketahui tentang Kangmas. Saya benar-benar bersyukur ada seseorang yang mencintai saya dengan tulus seperti ini. Saya tidak menyangka kangmas Tjandra akan berjuang dengan begitu keras demi saya.

Kangmas, Hari ini saya akan pulang ke Kulon Progo. Kalau kangmas ingin segera tahu bagaimana jawaban lamaran kangmas, silahkan datang dan tanyakan langsung pada rama. Mohon kangmas bisa menerima apapun yang menjadi keputusan saya dengan ikhlas dan lapang dada.

Salam hormat,

Sekar Arum

Ternyata menulis surat itu tidak semudah yang terlihat, entah sudah berapa lembar kertas yang sudah kugunakan untuk menulis balasan surat untuk Raden Tjandra. Kalau saja aku tidak ingat bahwa harga kertas sangat mahal tentu saja sudah habis kertas milik pakde Tugiran untuk membuat draf balasan surat.

setelah selesai kusalin draf balasannya dan membubuhkan tanda tanganku. Kulipat kertas surat balasan untuk Raden Tjandra. Memasukkannya dalam amplop untuk dititipkan kepada Kang bedor agar diantar ke rumah Raden Tjandra.

Mudah-mudahan Raden Tjandra bisa memahami maksud dari surat yang kutulis dengan baik.

***

Matahari sudah diufuk barat saat aku sampai dirumah. Alhamdulillah bisa sampai dirumah dengan selamat dan lancar diperjalanan. Karena biasanya ada pemeriksaan dari kompeni disetiap perbatasan kabupaten. Untung tadi Bude Waginem juga menyiapkan makanan yang bisa dibagikan untuk kompeni sehingga pemeriksaan tidak dipersulit.

"Rama mana bu?" Tanyaku pada ibuku. selepas matahari tenggelam sampai menjelang isya aku belum melihat rama dirumah. Hanya ada adik-adiku yang sejak tadi berebut oleh-oleh yang kubawakan.

"Lho, ibu belum cerita ya Rum?"

"Cerita apa bu?"

"Sini nduk, duduk dekat ibu." Ibuku langsung mengambil duduk dikursi kesayangan akupun langsung duduk timpuh di dekat kaki ibuku.

"Tadi pagi rama pergi ke Negara, ramamu sepertinya sangat menyesal memberikan pilihan yang sulit untukmu Rum. Sejak keberangkatanmu ke Negara ramamu terlihat tidak nyaman. Katanya, beliau ingin menyelesaikan urusan supaya Arum tidak usah bingung lagi. Mungkin besok pagi ramamu sudah sampai dirumah. Rencananya mau sekalian jemput Arum juga." Terang ibu dengan suara yang lembut.

" Rama ke negara mau ketemu siapa bu?"

"Ibu juga tidak tahu. Kalau tidak salah kemarin ada yang memberi kabar kalau Pangeran Mangkubumi sudah pulang dari Leiden. Tapi ibu juga tidak yakin. Sudah nduk biar ramamu yang menyelesaikan semua, Arum sekarang istirahat saja." Ibuku beranjak dari kursi kesayanganya menuju kamarnya.

Duh, seketika perasaanku jadi tidak nyaman.

TBC

Garwa Kinasih (Istri Kesayangan). End-Where stories live. Discover now