15. Cinta Pertama

4.9K 200 5
                                    

Reyhan berjalan cepat menuju rumahnya setelah sukses memarkirkan sepada motornya digarasi di samping rumahnya. Reyhan tergugu di tempat setelah melihat sepatu asing yang bertengger di rak sepatu di samping pintu. Ia tak mengenal dengan jelas siapa pemiliknya, lagi pula ia juga tak peduli, yang dipedulikannya sekarang adalah perutnya yang meraung-raung karna lapar. Ia tidak sabar ingin memakan rendang telur buatan Bundanya yang sangat lezat.

"Assalamualaikum, Bunda." ucapnya setelah membuka pintu rumahnya, bukannya mendapat balasan yang tadi dilontarkannya, Reyhan malah mendengar isak tangis seorang perempuan yang terduduk di sofa ruang tamu rumahnya, sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, sedangkan Bundanya tampak sedang menenangkan orang tersebut.

Siapa sebenarnya perempuan itu? Ah, mungkin itu teman Bunda. Pikir Reyhan, lalu berjalan cepat menuju ke kamarnya, namun langkahnya terhenti berkat suara seorang perempuan yang terdengar lembut memanggil namanya. Reyhan mematung, suara itu seakan membawa Reyhan melihat masa lalunya kembali.

Reyhan menoleh, sambil menatap perempuan di hadapannya dengan rahang mengeras. Beruntung di sini ada Bunda, jadi dia bisa menahan amarahnya yang perlahan-lahan akan meledak.

Perempuan itu menghapus air matanya, sambil menatap Reyhan dan memamerkan senyum bahagianya. Reyhan malah sebaliknya. Walau perempuan di hadapannya pernah mengisi hatinya, tapi ia masih kecewa karna perempuan itu telah meninggalkannya disaat dirinya benar-benar mencintainya.

"Bunda, kenapa dia ada di sini?" tanya Reyhan sambil menuding perempuan itu dengan telunjuknya.

"Reyhan. Bicaranya yang sopan. Gina sedang sedih, karna orang tuanya mau bercerai. Dia menentang hal itu, dan dia diusir dari rumahnya, makanya sementara waktu dia akan tinggal di sini, karna dia adalah anak dari relasi bisnis Ayah." jelas Bunda, dengan raut tegas.

"Jadi, bersikap baiklah dengan Gina." setelah menyelesaikan kalimatnya, Cantika bergegas meninggalkan ruang tamu untuk membereskan kamar yang akan ditempati Gina selama tinggal di sini.

Gina memang anak dari relasi bisnis ayahnya Reyhan. Orang tua mereka bersahabat sejak SMA hingga merintis bisnis bersama dan menjadi sukses seperti sekarang. Reyhan tau ini saat membawa Gina ke rumahnya dan Ayahnya langsung mengenali Gina, dan menganggap Gina sebagai putrinya.

"Han, aku minta maaf, aku bisa jelasin." ucap Gina parau, sambil menatap Reyhan lekat, berusaha meluluhkan Reyhan dengan tatapannya tersebut.

"Nggak usah. Udah basi, Na." sahut Reyhan sarkasme.

"Please, aku mohon. Aku tau aku salah, udah ninggalin kamu dengan seenaknya dan sekarang tiba-tiba datang buat minta maaf. Aku kayak gitu ada alasannya, Han. Aku bukan orang yang nggak punya tanggung jawab kayak gitu, aku tau perasaan kamu. Jadi aku mohon, dengerin penjelasan aku dulu, sebelum kamu benci sama aku." Gina memohon, sambil menitikan air matanya. Hingga membuat Reyhan menjadi tak tega. Reyhan tau Gina sedang banyak masalah sekarang, Reyhan tidak mau menambah masalah lagi di dalam hidup Gina dengan membiarkan Gina memohon kepadanya seperti ini.

"Ikut gue."

***

Reyhan mendengarkan cerita Gina dengan seksama, tanpa mengalihkan pandangannya barang sedetikpun. Dia hanya ingin tau saja kenapa Gina tiba-tiba meninggalkannya begitu saja kala itu.

"Kakak aku meninggal Han, dia kecelakaan pesawat dan saat itu aku benar-benar terpuruk. Apalagi, karna kakak aku meninggal, mama sama papa jadi saling menyalahkan, hingga membuat mereka menjadi bertengkar setiap harinya saat mereka pulang dari kantor masing-masing. Pada hari itu, aku memutuskan untuk tinggal bersama nenek di Solo. Setelah nenek meninggal, aku kembali ke Jakarta lagi. Maaf, aku waktu itu pergi nggak pamit, aku bener-bener minta maaf. Aku harap,
setelah ini kamu nggak berniat buat ngebenci aku." Gina mengakhiri penjelasannya dengan helaan nafas lega. Rasanya senang bisa mengungkapkan apa yang ia pendam selama beberapa tahun belakangan ini.

Reyhan ikut menghela nafas, matanya menyorot Gina dengan pandangan tak tega. Dia memang tak seharusnya marah terhadap orang yang sedang dalam kondisi rapuh seperti Gina. "Gue nggak akan pernah bisa ngebenci lo, Na."

Gina tersenyum, air matanya luruh saat ia berhasil mendekap tubuh kokoh milik Reyhan, setelah sekian lama mereka terpisahkan oleh jarak dan terhalang oleh waktu. "Makasih, Han."

Tangan Reyhan membelai dengan lembut rambut panjang milik Gina, dadanya berdesir, Reyhan merasa khawatir. Dia tau rasa itu masih ada untuk Gina, tapi tidak mungkin ia kembali lagi pada cinta pertamanya yang pernah menghilang ini. Di saat sudah ada Arsya yang memberikan warna lain di dalam hidupnya selama beberapa bulan belakangan ini. Reyhan sangat mencintai Arsya, tetapi ia juga tidak bisa menghapus rasa cintanya terhadap Gina.

Gina melepaskan dekapannya terhadap Reyhan, saat menyadari ponsel di saku celana jinsnya bergetar. "Sebentar yah, Han. Aku mau ngangkat telepon dulu." pamit Gina sambil melangkah menjauhi Reyhan dengan menempelkan ponselnya di telinga menunggu orang di seberang sana untuk mulai berbicara.

Sambil menunggu Gina selesai berteleponan, Reyhan memilih untuk mengecek aplikasi Line miliknya, berharap Arsya akan mengiriminya spam chat karna ia tidak mengabari gadis itu selama beberapa jam. Dan benar saja di ponselnya saat ini, sudah banyak sekali spam chat dari Arsya, yang membuatnya tersenyum geli saat membacanya. Entahlah, Arsya selalu punya cara tersendiri untuk membuatnya tersenyum, bahkan dari hal kecil sekalipun.

Reyhan, Arsya pengen ngomong penting!!

Apa?

Pentiiinggg!!!

Kinkong gaje

Biarin! Yang penting Arsya selalu cayang Reyhan celamanya mwahh 😚

Oh

Iya, Reyhan. Reyhan lagi apa? Jangan bilang Reyhan lagi selingkuh yah, karna Arsya nggak percaya. Karna Reyhan kan cintanya buat Arsya doang, iya kan?

Kata siapa? Bohong tuh, yang bilang gue kayak gitu

Maca?

Bodo!

"Ciee.. Lagi chatan sama siapa? Kok sampai senyum-senyum sendiri gitu?" ledek Gina saat dia telah kembali terduduk di samping Reyhan, lantas dengan cepat, Reyhan langsung memasukan ponselnya ke dalam saku celana abunya dengan gerakan gugup, tanpa membalas ledekan dari Gina tadi.

"Kamu tau nggak, aku nggak pernah dekat dengan cowok lain selain kamu, setelah aku pergi ninggalin kamu, aku menutup diri. Mungkin nggak yah, Han. Kalo kita kembali lagi kayak dulu? Aku ingin mencintai kamu kembali."

Reyhan menelan ludahnya dengan rasa getir yang kian menyelimuti. Kenapa bisa-bisanya Gina berbicara seperti ini terhadapnya, kenapa juga harus sekarang ia dipertemukan kembali dengan Gina. Kenapa tidak dari dulu, sebelum ia bersama dengan Arsya.

Gina terkekeh. "Muka kamu serius banget, Han. Lupakan saja pernyataan aku barusan. Kamu bisa menjawabnya nanti, atau nggak usah kamu jawab selamanya juga nggak apa-apa. Sekarang kita pulang yuk, udah sore. Nanti Bunda nyariin." ajak Gina. Reyhan langsung bernafas dengan lega. Lalu berjalan berdampingan dengan Gina, melewati beberapa anak kecil yang sedang bermain di sana.

"Tapi, Han. Kalo aku berharap sama kamu lagi, boleh nggak?"

"Boleh." jawab Reyhan dengan entengnya, tanpa berfikir jika kata yang dilontarkannya tadi akan berdampak buruk dengan hubungannya dengan Arsya di kemudian hari.

Tbc!

Makasih udah mau meluangkan waktu kalian buat baca cerita ini. Terus ikuti ceritanya sampai akhir yah, dijamin seru!

Oh, iya. Akhirnya Gina datang juga nih, gimana yah, nasib hubungan Reyhan dengan Arsya nanti apa akan terus bertahan atau putus di tengah jalan.

Mau tau kelanjutannya??

Mau?

Yaudah tinggal klik bintang dan berkomentarlah. Karna semua itu sangat berharga untuk aku hehehe, buat penyemangat ngetikk aja 😂

See youu and lupeyu para readers 😘😚😘😚

Reyhan dan Arsya [Completed]Where stories live. Discover now