INF 8

10 2 0
                                    


KALI INI LANJUT PART 8 NYAA..

ENJOY! :)

******************************************************************************

Ucapan Davin sontak membuat jantung Salsa bergemuruh hebat. Tolong ingatkan Salsa untuk pergi ke dokter sepulangnya dari sini untuk memeriksakan jantungnya masih sehat atau tidak. Rona merah menjalar ke kedua pipinya. Rasa hangat menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Pipi loe kenapa merah gitu? Blushing ya... Ciye.." ucapan Davin membuat Salsa tersadar.

"Ih.. Kak Davin mah gitu ya. Becanda mulu sukanya" ucap Salsa sembari menutup mukanya dengan telapak tangan.

Namun, Salsa merasakan kedua telapak tangannya dibuka. Bukan terbuka.

Diiringi dengan ucapan Davin yang semakin membuat jantung Salsa bermarathon. "Nggak usah ditutup. Cantik loe ketutupan ntar"

Salsa hanya bisa terdiam termangu mendengarnya. Sejak kapan Davin menjadi semanis ini pada Salsa? Apakah Salsa bermimpi? Salsa mencubit kedua pipi chubbynya. Berharap ini bukan mimpi.

"Kenapa loe nyubit pipi gitu sih. Kan sakit, Sa?" ucap Davin sambil menarik tangan Salsa.

Salsa mengedipkan matanya 3 kali "Ini beneran bukan mimpi" ucapnya.

Davin tergelak "Hahaha. Ya iyalah, Sa. Bukan. Kenapa sampe loe nganggep ini mimpi?"

"Soalnya, kakak nggak pernah semanis ini sama aku. Kan aku jadi bingung. Apa kakak sakit ya?" jawab Salsa sambil menempelkan punggung tangannya ke dahi Davin.

Davin menarik tangan Salsa "Nggak kok. Nggak sakit. Dan ini bukan mimpi, Salsa. Emang kenapa kalo gue bersikap manis gini sama loe? Salah?"

"Nggak kok, kak. Nggak. Cuma aku heran aja. Oh iya kakak gimana sama Kak Kinan? Udah ada tanda-tanda dia suka ke kakak belum?" ucap Salsa.

Davin menyenderkan punggungnya ke sofa. Dia menghela napas. "Gue kira selama ini rasa suka gue ke dia itu bisa lebih jauh. Tapi, ternyata rasa suka gue itu hanya sebatas rasa kagum. Dan sekarang gue tau siapa yang gue suka. Maksudnya, suka yang menuju ke rasa sayang. Dan nggak mau kehilangan dia barang sedetikpun"

"siapa kak? Kakak selama ini cuma cerita tentang kak Kinan doang. Nggak ad-"

"Loe, Sa. Orang itu loe." ucapan Davin memotong perkataan Salsa.

Sontak Salsa tercengang. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Dadanya merasa sesak. Baru saja dia berniat ingin melupakan rasa cintanya pada Davin. Tapi, kenapa Davin memberi pernyataan yang sungguh membuat kepala Salsa pening.

"A.. aku kak? Nggak salah?" ucap Salsa tergagap.

"Nggak, Sa. Emang kenapa? Gue udah ngerasain itu mungkin sejak lama, tapi gue baru sadar itu kali ini. Gue nggak pernah mau kehilangan loe, bahkan ngeliat loe latihan berdua bareng Reval, gue nggak suka. Dan gue sadar kalo gue sayang sama loe, Sa" jelas Davin panjang lebar.

Salsa tak kuat lagi. Dia berdiri dan pergi meninggalkan Davin sendiri di cafe itu.

Tanpa mereka sadari, dua pasang telinga mendengar percakapan mereka. Kepalan tangannya mengeras. Giginya bergetar.

'Gue yang harusnya bilang kayak gitu. Sayangnya, gue nggak ada keberanian buat ngungkapin itu semua.' Batinnya.

***

Salsa tak percaya apa yang didengarnya 5 menit yang lalu. Antara mimpi dan tidak. Harusnya dia senang, tapi batinnya menolak. Sepanjang perjalanan dia hanya bisa menangis.

Sesampainya di rumah, dia langsung menuju ke kamarnya.

"Kenapa sih baru sekarang, ha?! Kenapa nggak kemarin-kemarin aja?! Capek tau nggak!" Ucap Salsa sambil memukul-mukulkan bantalnya.

Mendengar sang adik menangis, Rendy langsung berlalu ke kamar Salsa. "Sa? Buka pintunya! Cerita sama abang!" Rendy terus mengetuk pintu kamar Salsa. Tak kunjung ada jawaban.

"Sa! Buka nggak!" Tetap hening. Rendy pun menyerah. "okey, kalo nggak mau buka. Terserah. Abang nggak mau bantu lagi"

Cklek! "Masuk." jawab Salsa.

Rendy pun masuk dan dia mendapati kamar adiknya berantakan seperti kapal pecah. Namun, dia tidak memusingkan hal itu. Dia lebih memikirkan hati adiknya yang mungkin kini lebih parah dari suasana kamar saat ini.

Dilihatnya kondisi Salsa. Mata bengkak, rambut acak acakan, hidung merah, dan pipi basah.

"Kenapa?" tanya Rendy.

"D.. di... dia... hiks.. hiks.." ucap Salsa yang kembali sesenggukkan.

"dia? Dia siapa? Davin? Iyaa?! Dia apain kamu lagi?!" emosi Rendy sudah mencapai puncaknya saat sudah menduga bahwa yang membuat adik kesayangannya ini menangis adalah Davin.

Salsa pun menceritakan seluruhnya yang terjadi di cafe tadi. Yang membuat hatinya sakit seketika.

***

Lelaki ini menatap nanar televisi di depannya. Sembari memegang handphone yang menampilkan kontak seorang gadis yang sudah sejak masa orientasi siswa awal masuk kuliah. Dia bimbang. Ingin dia tanyakan pada gadis itu bagaimana keadaannya saat ini setelah peristiwa tadi di cafe. Kala kedua telinganya panas mendengar ucapan lelaki brengsek lawan bicara gadis cantik itu.

"Sa? Gue tau loe pasti sekarang lagi stress berat. Gue tau loe, Sa" ucap Reval. Ya, lelaki itu adalah Reval.

Lelaki itu mengetikkan sebuah pesan kepada kontak gadis itu.

"Gue bingung, Sa. Haruskah gue ungkapin perasaan gue ke loe kayak si Davin tadi? Tapi gue takut. Gue takut loe bakal menjauh dari gue. Gue udah nyaman kayak gini. Jadi temen curhat loe, jadi temen gila gilaan loe, itu udah cukup. Gue janji, Sa. Gue nggak bakal buat loe nangis" ucap Reval bermonolog sembari melihat nanar foto Salsa yang sedang tersenyum lebar di handphonenya.

***

Tbc :)

NAH LHO YANG BIMBANG...

CIYEEEE..

Enaknya gimana nih?

a. Salsa & Davin

b. Salsa & Reval

c. Sharen & Reval

DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT. DON'T BE A DARK READERSYA!

I'M (NOT) FINEWhere stories live. Discover now