~10~ Aska, Manendra, dan sebuah kepastian

139 17 21
                                    

"Hari ini, saya yakin, tidak ada yang bisa menyaingi kebahagiaan saya, Aska. Saya harap kamu juga bahagia seperti saya"

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suasana sibuk tercurah di kediaman Manendra pagi ini. Undangan Yujin kepada wonwoo kemarin adalah alasannya. Pagi pagi sekali, Mingyu sudah diharuskan mengantar sang adik ke pasar. Yujin yang sudah mondar mandir di dapur setelah mendapat bahan makanan pun menambah suasana ricuh. Tidak hanya itu, Hoshi yang diminta Mingyu untuk membereskan rumah pun membuat suasana menjadi lebih sibuk. Belum lagi, perdebatan kecil antara Yujin dan Hoshi yang terus menerus membuat keadaan rumah semakin ricuh.

"A' Ochi, ini di beresin, dipakein karpet!"

"A' Ochi ih gak usah ledekin abay terus! ini cepetan!"

"Abang, ih ini bantuin tatain mangkok!"

Manendra yang sedang mengelap meja makan pun menengok kearah Yujin yang tengah membawa 6 mangkok sekaligus di tangannya.

"Ya ampun Abay, satu satu aja! Kalo pecah gimana atuh?"

Yujin tersenyum meringis, 

"Biar cepet bang, udah jam 7 ini"

Mingyu menggeleng. 

"Minta bantuan A' Ochi dulu ya bay? Abang mau ganti baju dulu, bau keringat ini"

Yujin mengangguk dengan senyum meledek terpatri di wajahnya.

"Yang ganteng ya abang~ biar kak bagasnya suka! cieee"

Mingyu mendorong kepala adiknya pelan. Bercanda.

"Hush! Udah itu liat dulu buburnya udah mateng belom!"








"EH IYA GUSTI! ABAY LUPA MOTONGIN AYAMNYA!"



-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lain dengan kediaman seorang Bagaskara, suasana sibuk namun tenang menjadi atmosfer. Seperti Woozi yang pagi-pagi sudah datang ke rumah Wonwoo, mendengar undangan Yujin kemarin membuat Woozi ingin ikut ke rumah Mingyu. Alasannya? Arutala tentu.

"Ya bagas ya? Melvi ikut ya? Ga ganggu deh! Janji!"

Wonwoo menghela napasnya, lalu mengangguk seraya tersenyum.

"Udah ijin sama tante-ibu?"

Woozi mengangguk dua kali dengan bibir mengerucut lucu.

"Sudah! Sekarang, Melvi harus ngapain? Bantuin Bagas boleh?"

Wonwoo menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Gak usah sok imut deh Mel, biasanya kayak macan juga"

Woozi melotot.

"Yeu, gue galak salah, imut salah!"

Wonwoo terkekeh. 

"Tuh, bantuin bunda goreng donat aja mel, gue mau siap siap dulu"

Woozi mengangguk,

"BUNDANYA BAGAS TAPI BUNDA MELVI JUGA~ MAU DIBANTUIN ANAK GANTENG GA BUNDA?!"

Library ; MEANIEWhere stories live. Discover now