Dua Puluh Lima

5.5K 340 4
                                    

Entah kenapa ketika melihat lo berada dihadapan gue hati ini merasa menolaknya. Gue tahu lo telah menolong nyokap gue dari kecelakan pada waktu itu. Tetapi, gue merasa seperti ada sesuatu dibalik sikap lo itu.

***

Clara tampak heboh, berlari kearah Morin dan Yuli yang duduk dibangkunya. Cewek itu menggebrak meja membuat suara yang cukup nyaring ditelinga. Ponsel Morin nyaris terjatuh akibat ulah temannya itu. Yuli hanya mencibir sekilas, ia sama seperti Morin yang kaget akan semua ini.

"Apaan si lo Clar alay tau gak." Yuli mencibir dan Clara tidak acuh dengan itu semua.

"Kalau handphone gue tadi beneran jatuh. Lo udah nggak gue anggap sebagai sahabat sejati." Morin ikut mencibir lantaran kesal, jantungnya masih berdegup kencang.

"Bodo amat, lo berdua terserah mau ngomong apa sama gue yang penting gue senang bangat sekarang."

"Apaan si, nggak banget deh." Yuli mengibaskan rambutnya ke belakang.

"Lo tahu gak? Ada cowok ganteng banget pindahan dari SMA Merdeka, ih meleleh hati gue tahu."

Mata Yuli melotot, "Yang benar lo Clar? Mana orangnya?"

Morin memutar bola matanya malas. Kedua temannya sangat tidak waras menurut dirinya apabila bersangkutan dengan cowok ganteng. Morin memilih untuk diam, tidak memperdulikan itu dan kembali fokus membaca cerita di aplikasi wattpad.

"Ini yang paling penting dan lo harus dengar."

"Apa?" tanya Yuli sangat antusias sekali.

"DIA BAKAL MASUK KE KELAS KITA." Clara menjerit histeris dan diikuti dengan Yuli. Mereka menjadi tontonan seluruh isi kelas.

"Yang benar lo."

"Yaelah masa gue bohong si Yul. Unfaedah tahu."

Yuli dan Clara melompat kegirangan. Yuli membayangkan wajah ganteng seperti apa cowok yang akan masuk ke dalam kelasnya. Sesekali ia keluar kelas untuk mengecek apakah cowok itu sudah melangkahkan kakinya menuju kelas atau belum. Morin bertepuk jidat, bagaimana bisa ia berteman dengan Yuli yang memiliki sifat seperti itu.

"Terus aja ada murid pindahan kesini dan masuk ke kelas kita agar lo berdua puas," gerutu Morin kesal.

"Kok kelas gue menjadi tempat untuk menampung murid baru ya? Kenapa nggak ke kelas lain aja si, kan masih banyak. Dasar nyebelin." Lagi-lagi Morin menggerutu lantaran kesal dengan semua ini.

Yuli dan Clara tidak terlalu mendengar ocehan Morin. Kedua cewek itu mengkhayal dengan pikirannya masing-masing. Morin sebenarnya ikut penasaran, siapa gerangan cowok pindahan itu.

Entah kenapa pak Handoko juga terlambat masuk ke kelas, membuat seluruh siswa semakin gaduh dan berisik. Morin agak terganggu dengan ini semua, kedua temannya sibuk mengobrol tentang cowok itu.

***

Seluruh pasang mata menatap seorang cowok yang sudah berada diambang pintu kelas. Cowok itu terlihat sangat cool, keren, dan ganteng pastinya. Rambutnya sedikit acak-acakan. Ia mulai masuk menenteng tas yang berada dipunggungnya. Cowok itu menatap Morin sekilas lalu pergi kearah bangku paling belakang.

Morin seperti tidak asing dengan tampang wajah cowok itu. Benar saja ingatannya kembali pulih, cowok itu yang telah menolong mamanya pada kala itu. Ya, dia Aksa Trijaka. Morin tidak suka melihatnya, apalagi sekarang dirinya berada disatu kelas yang sama. What? Morin memutar bola matanya malas.

Cold as Ice Cubes (END)Where stories live. Discover now