Part 2 | tamu?

45 7 1
                                    

Semenjak dari kantin, Fara menjadi lebih pendiam. Ia tidak menyahuti curhatan Rara sama sekali walau hanya sekedar dehaman seperti biasanya.

Bel pulang sekolah berbunyi. Hal yg paling di tunggu tunggu oleh seluruh siswa. Fara membereskan buku-buku dan alat tulisnya yg berserakan di meja. Begitu juga yg dilakukan siswa lainnya.

"Ra pulang bareng yuk"

Rara langsung menoleh antusias ke sumber suara. Dia sangat bahagia. Terlihat jelas dari ekspresi nya.

"Lo ngajak gue pulang vin? Padahal baru kenal loh, berani juga ya lo ngajak anak orang pulang. Tapi ya ga papa si. Udah ditawarin ya ga boleh nolak ya kan? Rejeki itu emang gak kemana" Ucap Rara tanpa spasi dengan cengiran khasnya. Ia langsung menggandeng tangan Delvin tanpa izin sang pemilik.

"Tapi.. Lo mau gak nemenin gue ke minimarket dulu? Gue mau beli cemilan buat dirumah. Nanti gue beliin deh apa mau lo" Sambung Rara tanpa jeda

Delvin menatap heran perempuan itu. Lalu beralih menatap genggaman tangan Rara yg sedang bertengger di lengannya.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

"Sorry. Tapi gue ngajaknya Fara, bukan lo" Tutur Delvin seraya melepas pelan genggaman tangan Rara.

Saat ini Rara sangat malu. Ditambah lagi sisa teman sekelasnya yg masih berada dikelas menertawakan nya. Benar benar memalukan. Apalagi tadi ia sempat menggandeng tangan Delvin. Rasanya Rara ingin sekali nyebur kelaut. Wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Loh fara mana?" Tanya Delvin pada teman sekelasnya yg masih stay disitu. Mengabaikan Rara yang sudah menahan malu mati-matian.

"Udah keluar tadi"

"Oh gitu. Thanks bro"

Delvin langsung berlari keluar. Ia mencari sosok Fara. Ia berharap cewek itu belum pulang dan masih berada diarea sekolah.

Delvin mencari Fara keseluruh penjuru sekolah. Mulai dari kantin, taman belakang sekolah, toilet, koperasi, gerbang belakang sekolah sampai di gerbang depan. Tapi nihil. Orang yg ia cari tidak ada.

Delvin menyandarkan tubuhnya di gerbang sekolah. Ia lelah. mengelilingi sekolah yg terbilang luas ini cukup menguras banyak tenaga. Delvin menghembuskan nafasnya kasar sebelum ia pergi meninggalkan tempat itu.

Lo kenapa ngindarin gue sih far?

***

Fara turun dari angkutan umum, lalu ia segera membuka gerbang rumahnya. Terlihat ada sebuah mobil sedan hitam terparkir rapih di perkarangan rumahnya. Fara bingung siapa pemilik mobil itu. Apa ada tamu? Tapi kan orangtuanya kalau jam jam segini belum pulang? Atau jangan-jangan...

Fara memilih berhenti beradu dengan pikirannya dan membuang pikiran yg tidak tidak.

Fara jalan mengendap-endap menuju pintu utama bak seorang maling yg akan mencuri. Setelah tangannya berhasil memegang knop pintu, ia teringat satu hal.

Sumpah gobloknya sampe ke DNA

Fara berlari mencari pak Edi --petugas keamanan dirumahnya-- di pos satpam. Ternyata pak Edi lagi tidak ada disana.

Pantes aja orang itu bisa masuk. Pak Edi kemana sih? Gak becus banget kalo kerja.

Fara semakin bingung. Ia bingung harus masuk duluan atau menunggu pak Edi pulang. Ia takut kalau orang itu adalah orang gila --orang yang dibenci Fara, ia menyebutnya seperti itu, bukan orang gila sungguhan. Perasaan takut semakin menghantui fara. Semenjak kejadian itu ia menjadi parnoan. Ia akhirnya duduk di pos satpam sambil menunggu pak Edi.

Saat fara sibuk memainkan ponselnya, ada suara langkah kaki yg semakin mendekat kearahnya. Disaat itu juga jantung Fara berdetak lebih kencang. Ia panik. Ia berdoa pada Tuhan agar tidak terjadi hal-hal yg aneh.

"Udah pulang kenapa gak masuk?"

Fara terkejut saat mendengar suara itu dan sempat mematung beberapa detik. Tapi rasa itu langsung berganti dengan perasaan lega. Tanpa ia sadari air mata nya jatuh. Ia senang karena Tuhan masih melindunginya dan memberi keberuntungan bagi fara 'kali ini', tapi tidak tau kalau dikemudian hari. Karena keberuntungan tidak selalu berada dipihak kita kan?

"Kok nangis?"

Fara mengahamburkan pelukanya kepada orang itu. Ia juga menghapus air matanya.

"Aku kira yg ada dirumah itu dia, ternyata papa" Ucap fara yg tangisnya sudah reda

"Papa kenapa pulang jam segini? Terus kenapa pake mobil orang? Bikin fara takut aja" Ucap fara

"Tadi ada dokumen yg ketinggalan, terus mobil papa abis minyak yauda deh biar cepat minjem punya orang" Jelas Randi --papa fara--

"Yaudah sana kamu makan, ganti baju terus istirahat, tadi sebelum kerumah papa ada belikin kamu makanan" Sambung Randi dengan lembut serta tangannya yg mengusap puncak kepala fara.

"Papa berangkat sekarang?"

"Iya. kamu hati-hati ya dirumah, kunciin aja semua pintu, tirainya juga kalau kamu masih trauma. Telfon papa kalau ada apa-apa" Ucap Randi penuh perhatian. Ia bangga mempunyai seorang ayah yg perhatian seperti Randi. Kalau fara disuruh pilih antara papa atau mamanya, ia pasti memilih Randi tanpa ragu. Bagi fara itu bukan lah pertanyaan yg sulit. Mamanya fara itu boomerang nya Randi. Ia tidak terlalu perduli dengan fara, masak pun jarang mau itu sarapan ataupun makan malam. Maka dari itu rasa sayang fara lebih besar ke Randi dari pada Leni --mama nya.

"Yauda papa berangkat ya" Pamit Randi sebelum meninggalkan rumahnya, yg dibalas senyuman oleh anak perempuan satu-satunya itu. Setelahnya Fara langsung memasuki rumah.

Tanpa disadari keduanya, ternyata ada seseorang yg memperhatikan mereka dari kejauhan. Saat dilihatnya Randi masuk ke mobil, orang itu bergegas meninggalkan tempat itu.



















Hayo... Siapa?







voment nya jangan lupa guys :)

Philophobia [ Hiatus ]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora