Part 1 - Dean dan Dea

4.4K 397 57
                                    

Dea membuka mata dengan malas. Kepalanya mendadak pusing mendengar suara alarm yang berbunyi nyaring. Ia meraba-raba kasur, mencari handphone yang semalam ia selipkan di bawah bantal. Dengan pandangan yang masih samar, lamat-lamat Dea membaca angka yang tertera di layar. Seketika rasa ngantuknya buyar.

"Whaaatttt????!!!"

Cepat Dea bangun dari tempat tidur dan setengah berlari menuju kamar mandi. Dengan mata yang masih terasa perih, Dea cepat-cepat membersihkan badan dan mencuci muka. Ia sudah hampir terlambat untuk berangkat. Sekarang sudah pukul 08.15. Jam masuk kantor adalah pukul 09.00. Sudah tidak ada waktu lagi untuk menggosok gigi apalagi mencuci rambut.

Setelah mengganti baju dengan celana pendek dan kaos oblong, Dea segera memulaskan pelembab, bedak, dan membentuk alis. Menggosok gigi bisa di-skip, tapi tidak dengan membentuk alis. Dea bisa minder sepanjang hari jika pergi ke kantor tanpa alis yang sempurna. Tidak usah lama-lama, dalam 10 menit alis dan eyeliner serta maskara sudah tertata dengan indah di wajah Dea. Memulaskan lipstick bisa nanti di kantor. Sekarang yang penting order ojol.

Dea yang bernama lengkap Mariska Amadea adalah seorang hotelier alias orang yang bekerja di hotel. Dea adalah seorang sales atau kalau mau disebutkan secara lengkap, jabatan Dea adalah SSM alias Senior Sales Manager. Keren 'kan, ada embel-embel senior. Tapi bukan berarti Dea sudah tua. Ia masih cukup muda, dua puluh tujuh tahun. Tidak terlalu tua bukan untuk seseorang yang memiliki jabatan manager, senior pula.

Dea bekerja di sebuah hotel berbintang empat di sebuah hotel yang cukup bergengsi di kota Bandung. Dea tinggal sendiri di sebuah rumah yang ia sewa di dekat tempatnya bekerja. Cukup 10 - 15 menit naik ojol dari rumah.

Kurang bergengsi ya kedengarannya? Biarin aja. Buat Dea - yang benci bangun pagi - tidak penting yang namanya gengsi. Yang paling penting buat Dea adalah akses mudah dan cepat ke tempat kerja. Jadi Dea tidak perlu bersusah-susah seperti teman-temannya yang punya rumah sendiri tapi harus berangkat pukul 06.00 pagi karena lokasinya jauuuuuuh dari pusat kota Bandung. No way! Saat teman-temannya sudah bermacet-macetan di jalan, Dea masih terlelap dan tidur dengan nyaman.

Sesampainya di halaman hotel, Dea mengucapkan terima kasih kepada supir ojol, lantas berlari menuju mesin absen karwayan. Pukul 08.50. Dea mengembuskan napas lega. Yang penting tidak lewat dari jam 09.00.

Dea kemudian berjalan santai menuju loker karyawan untuk mengganti kaos oblong dan celana pendek dengan seragam. Inilah enaknya kerja di hotel. Jika karyawan di tempat lain harus mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli baju kerja, karyawan hotel disediakan seragam oleh perusahaan. Tidak cukup hanya disediakan seragam, seragam yang mereka kenakan juga dilaundry di hotel. Hemat uang, hemat sabun cuci, dan tentu saja hemat tenaga.

Dea melirik jam tangan. Pukul 08.56. Sambil bersiul ia berjalan menuju kantor departemen Sales & Marketing.

"Pagiiiii..." Dea menyapa dengan wajah ceria.

"De, udah jam berapa ini?" tegur Zoya.

"Emang kenapa? Gue nggak telat kok."

Zoya mendecak.

"Lo lupa? Hari ini 'kan bu Hana nggak masuk dan lo yang ngewakilin morning briefing."

Dea menepuk dahi.

"Astaga! Gue lupa!"

"Ya udah, cepat lo ke morning briefing. File yang kudu lo bawa udah gue siapin."

Cepat Dea meletakkan tas, mengganti sandal dengan sepatu, lantas menyambar tumpukan file yang sudah disiapkan Zoya.

Ketika Dea sudah hendak membuka pintu, Zoya berteriak, "Lo belum pakai stocking! Ntar Mr. AT ngomel lagi."

"Anjirrr. Gue lupa belum ambil stocking di housekeeping."

"Ya udah, nih lo pakai stocking gue." Zoya melemparkan stocking yang masih terbungkus dalam plastik.

Tapi sekarang sudah pukul 08.58. Mana ada waktu untuk pergi ke toilet dan memakai stocking. Dea masih harus menuju ruang morning briefing dan memastikan ia tiba di sana tepat pukul 09.00 atau Mr. AT akan mengomel panjang lebar.

Mr. AT atau Mr. Andreas Timothy adalah General Manager dimana Dea bekerja. Dia orang Indonesia tapi konon lama tinggal di Amerika sehingga Mr. AT lupa caranya berbahasa Indonesia. Sehari-hari Mr. AT lebih banyak menggunakan bahasa Inggris. Dia juga lebih suka dipanggil AT seperti orang bule yang gemar menyingkat nama.

Mungkin bukan lupa, mungkin beliau lebih nyaman berbicara dalam bahasa Inggris. Atau mungkin supaya kelihatan keren saja. Entah. Yang pasti, Mr. AT tidak suka orang terlambat. Terlambat satu menit saja, dia akan mengomel panjang lebar. Apalagi jika terlambat ke morning briefing.

Pukul 09.00. Dea muncul di ruangan morning briefing dengan wajah merah karena harus berlari sepanjang koridor melewati lobby demi sampai ke lantai dua dimana ruangan untuk morning briefing berada. Ia kira ia sudah selamat. Ia kira ia tiba pukul 09.00 tepat.

"You're five seconds late, miss Dea," Mr. AT berkata dengan raut wajah datar.

"Only five seconds."

"Still, you are late. Imagine if you have a bomb beside you, ready to explode. Five seconds late, you are dead, my friend."

Dea hanya bisa menundukkan wajah.

Dasar bule KW. Lima detik juga dibahas.

"You woke up late this morning?" Mr. AT melanjutkan bertanya.

"No," Dea mencoba menutupi kejengkelannya dengan senyuman.

"Traffic jam?"

"No."

"Tapi kenapa belum pakai lipstick dan belum pakai stocking? Apa perlu saya ambilkan stocking ke housekeeping?"

"Sudah ambil tadi. Tapi belum sempat dipakai." Dea menunjukkan stocking yang tadi dilemparkan Zoya.

Mr. AT mengela napas.

"You know, we are in a hospitality industry. Grooming itu sangat penting," Mr. AT mulai berceramah.

Seluruh wajah yang ada di ruangan itu menatap Dea yang masih berdiri di depan pintu. Semua! Ada Human Resources Director, ada Executive Housekeeper, ada Front Office Manager, ada Chief Security, dan semua pejabat di hotel ini.

Sungguh, Dea menyesal kenapa ia bisa lupa bahwa bu Hana meminta digantikan datang ke morning briefing hari ini. Kenapa ia tidak memasang alarm lebih pagi atau setidaknya tidak mematikan alarm lantas tidur lagi. Dea tidak apa-apa diceramahi seperti ini andai saja di ruangan morning briefing ini tidak ada dia. Dean Andrestha.

Dean adalah Food & Beverage Manager, posisi nomor satu di departemen Food & Beverage. Sejak kali pertama bergabung dengan hotel ini setahun yang lalu, Dea sudah menaruh hati kepada Dean. Sayangnya Dean sepertinya tidak memiliki ketertarikan yang sama. Tentu saja tidak.

Dean adalah seorang pria sempurna dengan tubuh tinggi dan kulit putih bersih seolah tak pernah tersentuh sinar matahari. Dean juga borju dan trendy. Ia setiap hari datang ke kantor dengan mengenakan baju-baju model terkini. Tumpangannya saja Honda Jazz warna putih. Mana bisa disandingkan dengan Dea yang gemar mengenakan kaos oblong dan pergi ke kantor diantar ojol.

Saat ini, Dean menatap Dea yang masih pasrah berdiri di depan pintu ruangan sambil mendengarkan omelan Mr. AT yang tak berkesudahan. Tatapannya dingin. Sesekali Dean mengembuskan napas dan menggelengkan kepala seolah dia sedang melihat gadis terjelek dan termalang sedunia. Rasanya saat ini Dea lebih baik mati saja.

*****

It's been a while, but I'm back.
Terima kasih banyak yang sudah menanyakan kabar via Wattpad atau IG/Twitter. Maafkan aku log out semua platform selama 10 bulan.

Selamat membaca kisah Dean dan Dea. Semoga terhibur ^_^

Love PotionWhere stories live. Discover now