Part 3 - Badminton

1.5K 177 14
                                    

"Baca WhatsApp gue!" Dean mengulang perkataannya.

"WhatsApp apa?" Dea tergagap.

Tanpa menunggu lagi, Dean menuntup pintu lantas berlalu. Tinggal Dea yang kebingungan mencari handphone yang ia letakkan entah di mana.

"Zo, miss call ke handphone gue, please."

Zoya meraih handphone miliknya seraya menggelengkan kepala. Dea sering seperti ini. Ia sering lupa dimana meletakkan handphone miliknya dan meminta orang lain untuk melakukan panggilan agar ia tahu di mana handphone malang itu ia letakkan.

"Panjang umur banget si Dean. Baru juga diomongin, eh udah nongol aja," gumam Zoya.

Handphone milik Dea berdering nyaring. Dea mencari-cari asal suara. Rupanya handphone itu tertutup oleh stocking yang sedari tadi belum sempat Dea kenakan. Cepat Dea membuka aplikasi WhatsApp dan mencari nama Dean di antara pesan yang masuk.

Ke lobby sekarang. Ada tamu. Cepat. Ini tamunya Mr. AT.

Pesan itu dikirim sepuluh menit yang lalu. Sepuluh menit memang bukan waktu yang lama. Tapi seorang bule KW bernama AT, jangankan sepuluh menit, sepuluh detik saja bisa menjadi masalah.

"Mati gue!" desis Dea.

"Kenapa?"

"Ada tamu di lobby. Masalahnya itu tamunya si AT. Mampus gue, mampus! Gue kurang sedekah kali, ya. Kok sampai dua kali di hari yang sama gue kudu berurusan sama dia."

Dea meraih agenda miliknya dan cepat memulaskan lipstick yang sedikit terhapus oleh minyak yang ada di risoles yang tadi ia makan.

"Stocking jangan lupa," Zoya mengingatkan.

Ah, iya. Dea menepuk dahi lantas cepat-cepat mengenakan stocking sebelum setengah berlari ia menuju lobby.

Tepat seperti yang Dea duga, dari kejauhan, Mr. AT menatap tajam dirinya. Bibir Mr. AT memang menyunggingkan senyuman, tapi senyuman itu mematikan. Senyuman itu hanya basa-basi karena sedang ada tamu. Dea yakin sekali, setelah tamu itu pergi, Mr. AT pasti akan menceramahinya seperti tadi pagi.

Sambil berusaha tersenyum, Dea melangkah mendekat. Mr. AT tidak sendiri. Di hadapannya ada seorang perempuan yang tampak sangat berkelas. Dea sudah biasa menghadapi para tamu yang punya banyak uang. Tapi perempuan yang ini berbeda. Perempuan ini tampak berwibawa. Selain mereka berdua, Dean juga ada di sana. Dean mengembuskan napas seolah ia tak sabar menunggu Dea yang berjalan mendekat. Dea merutuk dalam hati. Kenapa hari ini rasanya ia sial sekali.

'Ah, this is my senior manager. Miss Dea," AT menyapa sembari tersenyum lebar. "Please introduce Mrs. Anggia."

Dea mengulurkan tangan lantas mengulurkan selembar kartu nama.

"Mrs. Anggia is an old friend of mine. I met her husband when I was in the college in US. She's having a gathering and decided to choose our hotel. What an honour."

Perempuan bernama ibu Anggia itu tertawa.

'Ah, biasa aja."

Dea mengulurkan tangan seraya menyebutkan nama.

"Ada yang bisa saya bantu, bu Anggia?"

"Saya mau bikin gathering, mbak Dea. Nggak banyak, cuma dua ratus orang."

"Gathering apa, bu?

"Kumpul-kumpul biasa aja sambil ngomongin prospek bisnis perhiasan."

Love PotionWhere stories live. Discover now