15: Your Future Boyfriend.

6.3K 967 104
                                    

"Minju!" panggil Hyunjin saat ia melihat Minju baru masuk dari gerbang kampus.

Minju mendecak, segera ia mengalihkan pandangannya ke arah lain lalu berjalan cepat, tidak menggubris panggilan dari Hyunjin.

"Minju, tunggu dulu!" ujar Hyunjin sambil menarik pergelangan tangan gadis itu.

Minju meringis, "Apa lagi sih, Hyunjin?" sambil memberikan tatapan tidak suka kepada cowok yang pernah membuat hari-harinya berseri itu.

Hyunjin menghela napas sebentar, tampaknya ngos-ngosan habis mengejar Minju.

"Aku... mau minta maaf," seru Hyunjin.

Minju terdiam, sama sekali tidak ada niatan untuk menjawab perkataan Hyunjin barusan.

"Maafin aku, Minju," ujar Hyunjin sambil menunduk.

"Aku kemarin... kehilangan akal sehat, aku tahu aku salah besar. Maka dari itu, maafin aku, ya? Please." ujar Hyunjin sambil memelas.

Minju menghela nafas nya dengan kasar, "Iya, aku maafin," ujarnya.

Hyunjin mendongak dengan mata yang berbinar lalu menatap Minju, "Serius? Kamu mau maafin aku?"

Minju mengangguk ragu, "Iya?"

"Makasih!" ujar Hyunjin lalu menarik Minju ke dalam pelukannya.

Jaemin yang baru datang pun melihat itu semua dan meringis.

"Can we start all over again?" tanya Hyunjin kepada Minju.

Minju terdiam, sebenarnya memang dirinya masih mencintai Hyunjin, tapi melihat apa yang sudah diperlakukan Hyunjin terhadapnya beberapa hari yang lalu, membuat Minju harus berpikir seribu kali untuk menerima Hyunjin kembali.

"I'm sorry, but I don't think we can start it all over again," ujar Minju lalu melepas paksa pelukan Hyunjin.

"But why?" tanya Hyunjin dengan tatapan tidak percaya.

"Cause she is mine," ujar Jaemin sambil merangkul Minju lalu menatap Hyunjin dengan tegas.

Minju kaget, sedangkan Hyunjin hanya mendecak kesal, "Lo lagi, lo lagi?"

"Apa ada masalah?" tantang Jaemin.

"Iya, masalahnya tuh di elo, yang ngedeketin cewe gua mulu!" seru Hyunjin remeh.

"Itu karena lo ninggalin dia demi selingkuhan lo!" hardik Jaemin.

"Maksud lo apa?" tanya Hyunjin marah sambil mendorong Jaemin.

"Hyunjin kamu apa-apaan, sih!" seru Minju lalu mendorong Hyunjin.

"Sekarang kamu lebih belain dia daripada aku?" ujar Hyunjin.

Jaemin menatap Hyunjin dengan sinis, "Gak usah lo ganggu Minju lagi, urus aja sana Ryujin lo itu,"

Bugh!!

Hyunjin melayangkan satu tinjuan tepat ke pipi kanan Jaemin, yang membuat cowok itu terhuyung sedikit.

"Hyunjin!" pekik Minju sambil menahan Jaemin agar tidak terjatuh.

"Kamu bisa gak sih, kontrol emosi kamu?" pekik Minju lagi.

"Gak bisa, ngelihat dia aja udah bikin aku emosi!" seru Hyunjin tak mau kalah.

Minju menghela napas lalu menatap Hyunjin dengan tidak percaya, "Tapi kita udah putus, Hyunjin. Kamu mau apa lagi?"

"Aku mau kamu kembali ke aku, Minju." ujar Hyunjin sambil menggenggam erat kedua pundak Minju.

Minju pun langsung menepis kedua tangan Hyunjin, "Tapi aku gak mau."

"Kenapa?" tanya Hyunjin.

"Kamu udah buat aku kecewa, Hyunjin. Kamu sendiri tahu kan kalau ini bukan yang pertama kalinya?" lirih Minju sambil.

Hyunjin menangkup pipi Minju, menghapus air mata yang membasahi kedua pipi Minju, "I promise it will be the last, babe."

Minju menggeleng dengan cepat, "You have said that before. It's over now, Hyunjin. It's over. We're done." ujar Minju lalu mundur beberapa langkah menghampiri Jaemin yang masih terdiam mematung memperhatikan mereka berdua.

"Gue harap lo bisa belajar dari pengalaman, bos," seru Jaemin sambil menepuk pundak Hyunjin sekilas lalu menarik Minju pergi dari sana.

🫧

"Kalau mau nangis, nangis aja dulu sepuasnya, gapapa." ujar Jaemin sambil menarik Minju untuk bersandar di pundaknya.

Minju tidak berhenti menitikkan air matanya sejak tadi. Mau tidak mau, Jaemin terus mengusap pelan surai kecoklatan gadis itu sambil menatapnya dengan sendu.

Jaemin berjanji kepada dirinya sendiri kalau dia tidak akan pernah membuat Minju menangis. Kalaupun Minju menangis, ia dapat pastikan bahwa tangisan itu adalah tangisan bahagia, bukan kesedihan.

Minju mendongak, menatap Jaemin yang ternyata sedang tertidur.

Minju pun terkekeh pelan, lalu membenarkan rambut Jaemin yang berantakan dan tersenyum, "Aku beruntung banget bisa ketemu kamu, Jaemin."

Jaemin pun langsung tersenyum, tapi enggan membuka matanya.

"Kok senyum-senyum sih?" tanya Minju.

"Kamu gak tidur ya!" seru Minju sambil menepuk lengan Jaemin, yang dimana membuat cowok itu langsung tertawa dan membuka matanya.

"Gak cocok jadi aktor nih aku kayaknya kalau lagi sama kamu," ujar Jaemin sambil terkekeh pelan.

"Tau ah, malu!" ujar Minju sambil membelakangi Jaemin dan menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Idih, ngapain malu? Biasanya juga malu-maluin," ujar Jaemin sambil menggelitik pinggang Minju.

"Ih, Jaemin mah!" ujar Minju lalu berdiri.

"Eh iya iya, maaf ya tuan putri, ayo sini duduk lagi sama aku," ujar Jaemin sambil menepuk tempat yang di duduki oleh Minju tadi.

Minju pun kembali duduk dan menatap kearah depan.

"Minju," panggil Jaemin.

"Hm?" jawab Minju sambil menoleh kearah Jaemin.

"Kamu mau tau gak, apa yang paling berharga di hidup aku?" tanya Jaemin.

"Hmm, orang tua kamu?" tebak Minju.

"Selain itu," ujar Jaemin.

"Hmm... apa emang? Handphone?" tebak Minju lagi.

Jaemin menggeleng, "Salah, ayo tebak lagi,"

"Apa ya, makanan?"

Jaemin kembali menggeleng.

"Game kamu?"

Jaemin menggeleng lagi.

"Ah, nyerah aku!" seru Minju frustasi.

Jaemin terkekeh pelan, lalu tangannya bergerak untuk mengenggam kedua tangan Minju, "Yang paling berharga di hidupku selain orang tua aku, ya.. kamu," ujar Jaemin sambil tersenyum hangat.

Minju tersenyum menahan malu, "Jaemin,"

"Iya?"

"That's why I said that I'm so lucky to meet you," ujar Minju.

Gantian Jaemin yang malu.

"Kok lucu sih kalau lagi malu?" ujar Minju gemas sambil mencubit kedua pipi Jaemin.

"Oh jelas dong, aku kan mau ngalahin kelucuan calon pacar aku," ujar Jaemin sambil menautkan kedua alisnya.

"Calon... pacar....?"

WRONG ROOM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang