Plan I: Inevitable Storm

2.7K 356 27
                                    

Saat hidup sedang terasa aman dan menyenangkan, saat itulah sebenarnya kita harus waspada. - Salsa

***

"Ke mana?"

"Main aja sama temen-temen vlogger. Gue tuh udah lama ngga main sama mereka."

"Ke club?"

"Resto kok. Lagi males clubbing gue tuh."

"Ya emang ngga usah. Udah lewat umur 20, udah tua."

Salsa yang sedang asik membenarkan dandanannya kini mendelik kesal ke arah si pemilik suara tadi. Udah kepo, ngatain pula!

Sudah satu minggu Salsa dan Kak Ari melakukan ritual pulang kantor bersama. Biasanya Salsa gencar pendekatan dengan Kak Ari saat-saat itu. Sok-sok kelaparan dan mengajak makan di luar lah, meminta ditemani menonton film horor lah, ada saja ide Salsa untuk memperpanjang waktu berduaan dengan Kak Ari.

Hari ini tidak seperti biasa, Salsa berganti pakaian dan berdandan sebelum pulang. Dia ingin bertemu dengan kelompok sosial sesama make up and fashion influencer.

Bukan maksud Salsa untuk menarik ulur, tapi terlalu sering berdua sampai tidak mempedulikan lingkaran pertemanan lain juga rasanya tidak sehat bagi Salsa. Dia butuh sedikit jarak, syukur-syukur Kak Ari jadi kangen.

Lagipula dia juga butuh menata kehidupan sosialnya. Saat teman-teman influencer-nya mengajak berkumpul, Salsa menyetujuinya tanpa pikir panjang. Dia tidak sabar ingin mengejar ketinggalan info dan kabar dunia itu karena kesibukan skripsi beberapa bulan lalu.

Salsa sudah membicarakan hal ini pada Kak Ari sejak kemarin karena Kak Ari dari awal memang minta dikabari kalau mau jalan dengan teman-temannya. Tapi malam ini masih saja dia diinterogasi.

Berasa pacaran nih Salsa ... Kapan pacaran benerannya kita, Kak??

"Kak, gue males berantem nih. Udah lama ngga ngumpul sama temen-temen ini. I want to catch up and have fun immediately. Udah ya, bye." Salsa buru-buru karena sudah deg-degan dengan pertanyaan penuh perhatian Kak Ari. Salsa takut ke-geer-an terus tahu-tahu nyosor.

"Eh tunggu dulu!" Kak Ari menarik ringan pergelangan tangan Salsa untuk menahannya. Salsa langsung lemas, mau pingsan di dada Kak Ari saja rasanya yaampuuunn ...

"Apa sayaaang??" Tuh kan Salsa kebablasan. Yah usaha juga deh, siapa tahu saking gemasnya Kak Ari jadi ingin memeluk.

Apa daya, Kak Ari masih kebal. Bukan dipeluk, dahi Salsa malah disentil. Kepalanya yang sudah pusing makin pusing karena Kak Ari berdiri semakin dekat.

"Gue lembur sebentar. Kabarin gue lo dimana jam sembilan, oke?" Kata Kak Ari tegas. Salsa mengangguk.

Dalam perjalanan Salsa menenangkan diri. Tadi itu ... maksudnya bagaimana ya? Tiap ingat tatapan Kak Ari debaran itu jadi datang lagi. Salsa buru-buru menguasai dirinya kembali sebelum bertemu teman-temannya.

Ada bagian dari diri Salsa yang rindu akan hidupnya yang satu ini. Mengobrol tentang make up dan fashion. Wefie sampai ratusan foto dan mengunggahnya ke media sosial. Kalau sudah melakukannya dengan sesama teman yang memiliki minat yang sama rasa serunya memang tidak habis-habis.

Dia saling berbagi cerita dengan teman-temannya sampai dia melihat waktu sudah pukul sembilan lewat dua puluh menit. Salsa segera mengambil ponselnya. Tapi saat melihat nama Kak Ari di layar, ia menjadi ragu. Bagaimana cara Salsa mengabari Kak Ari? Telepon? Chat? Bilang apa? Boleh panggil "sayang" atau tidak?

Chasing CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang