Part 20.

2.1K 189 55
                                    


"Anneth?!"

Anneth dan teman-temannya langsung menoleh dan melihat ke arah lelaki tersebut.

"Lo beneran Anneth Delliecia kan? Hey, apa kabar, Neth? Akhirnya kita ketemu. Lo kenapa ngga pernah bisa dihubungin?"

Melihat lelaki tersebut, mata Anneth langsung melotot. Ia menutup rapat-rapat telinganya dengan kedua tangannya sambil memejamkan mata dan bersembunyi di belakang Joa.

"Pergi lo dari sini!!! Gue benci sama lo!!! PERGI!!!!"

Mendengar Anneth yang berteriak histeris melihat lelaki tersebut, Iden, Gogo, William dan Clinton langsung memasang badan menghalangi lelaki tersebut untuk mendekat lebih jauh pada Anneth. Sementara Deven, langsung menghampiri Anneth yang masih bersembunyi di belakang Joa dan memeluknya.

"It's okay, Neth. I'm here." bisik Deven berusaha menenangkan Anneth.

Anneth pun langsung memeluk erat Deven masih dengan matanya yang tertutup dan tubuhnya yang gemetar. Tanpa mereka berdua sadari, Ucha terlihat kaget melihat Deven yang tiba-tiba memeluk Anneth. Sementara lelaki tadi tampak terus mendekat ke arah mereka.

"Hey, bro! Lo ngga denger apa kata Anneth? Dia minta lo pergi dari sini. Mendingan lo pergi deh." sahut Gogo.

"Gue ngga ada urusan sama kalian. Gue mau ngomong sama Anneth. Excuse me!" ucap lelaki itu.

"Lo siapa-nya Anneth emang? Urusan Anneth, urusan kami juga." ucap Iden kalem.

"Shit! You're all wasting my time. Gue pacarnya Anneth! Puas lo semua?! Sekarang kalian minggir, gue ada urusan cuma sama dia!" sahut lelaki tersebut sambil menerobos pertahanan Iden, Gogo, William dan Clinton. 

Jelas saja mereka mudah diterobos, karena postur lelaki tersebut jauh di atas mereka. Badannya yang tinggi dan tubuhnya yang kekar, membuat ia lebih superior dibandingkan Iden, Gogo, William dan Clinton yang berukuran standar mahasiswa Indonesia pada umumnya. Semua mata langsung terbelalak mendengar pernyataan dari lelaki itu, terutama Deven, Iden dan Joa. Lelaki itu pun semakin mendekat ke arah Anneth dan menarik Anneth dari pelukan Deven.

"Neth, we need to talk. I didn't know about what was happening last time. I swear to God! Please, dengerin penjelasan yang harusnya gue sampein ke lo dari dulu. Gue udah cari lo kemana-mana bahkan sampe gue ngikutin lo dan balik ke Jakarta. But you're so hard to find." ucap lelaki itu sambil berusaha menarik tangan Anneth yang tetap berpegangan erat pada tubuh Deven.

Deven yang terlihat sangat marah dengan lelaki itu kemudian melepaskan pelukan Anneth dan menarik Anneth untuk berlindung di belakangnya, sementara ia sekarang face-to-face dengan lelaki tersebut dan....

Bukkkkk........

Satu tonjokan sangat keras tepat mendarat di wajah lelaki itu dan membuatnya tersungkur ke tanah. Deven yang amarahnya sudah di ubun-ubun, menonjok lelaki itu dengan sangat keras hingga darah keluar dari ujung bibirnya.

"Jadi lo cowok bangs*t yang udah nyakitin Anneth?! Lo bahkan ngga pantes disebut cowok. BANCI!" sahut Deven.

Lelaki itu bangun dan hendak memukul balik Deven namun Iden, Gogo, William dan Clinton sigap untuk menahannya dari belakang.

"Lo siapa anj*ng!!! Berani-beraninya nonjok gue. Lo ngga tau gue siapa hah?" teriak lelaki itu sambil memberontak berusaha melepas cengkeraman Iden, Gogo, William dan Clinton. Mendengar teriakan lelaki tersebut, Deven pun hendak memukul kembali namun lengannya ditahan oleh Anneth di belakangnya.

"Jangan kotorin tangan kamu buat laki-laki kaya dia, Dev." ucap Anneth lirih.

Kini Anneth terlihat sudah lebih berani menghadapi lelaki itu. Deven pun mengurungkan niatnya untuk memukul kembali dan berbalik pada Anneth yang masih tampak bergetar.

It's Always Been YouWhere stories live. Discover now