Babak 2 - Pangeran Bertemu Putri

10 5 5
                                    


Ooh ... I knew it when I met him

I loved him when I left him

Got me feelin' like

Ooh ... and then I had to tell him

I had to go, oh na-na-na-na-na

(Havana – Camila Cabello feat Young Thug)

Juna tengah menuangkan air putih ke beberapa gelas, ketika Nela muncul di ruang makan dengan seragam yang sudah rapi dan ransel merah muda bergambar barbie. "Udah siap semua?" tanya Juna, yang dibalas Nela dengan anggukan. "Si kembar?" Juna bertanya lagi.

"Lagi dipakaikan seragam sama Ayah," jawab Nela.

Juna mengernyit mendengar informasi itu. "Emang Ayah udah siap?"

Nela menggeleng. "Ayah bahkan belum mandi."

"Dasar," gerutu Juna. Terpaksa melepas pekerjaannya untuk melihat keadaan si kembar yang berada di bawah penanganan sang ayah, yang Juna tak percayai kemampuannya mengurus si kembar. "Tolong tuangin susunya ke gelas, Abang mau ngecek si kembar dulu," pesannya pada Nela sebelum pergi.

Benar saja. Bukannya mendapati si kembar rapi dalam balutan seragam play group mereka, Juna malah menemukan kedua bocah itu tengah menggulat sang ayah di atas tempat tidur.

"AYAH!!!" teriakan Juna menghentikan gerak tiga manusia lain di ruangan itu. "Bukannya nyiapin si kembar malah main. Ini sudah jam berapa?!"

"Jam tujuh," jawab sang ayah polos.

Juna bersidekap. Menahan amarah yang siap meledak, walau bagaimanapun pria itu adalah ayahnya, Juna tak bisa mengomelinya seperti ia mengomeli si kembar. "Emangnya Ayah hari ini nggak kerja?"

"Kerja."

"Masuk jam berapa?"

"Kayak biasanyalah," sahut sang ayah masih dengan gaya santainya.

Kehabisan kesabaran, Juna hampir saja memuntahkan emosinya. Tepat sebelum Juna mengomel panjang lebar, ayahnya turun dari tempat tidur.

"Ayah mandi dulu supaya nggak telat ke kantor," ujar ayah. Lalu, ia berbalik pada si kembar dan memberi perintah, "Anak-anak, saatnya pakai seragam kalian sebelum Bang Juna ngamuk dan nggak ngasih kita sarapan."

Ayah melewati ambang pintu tanpa suara. Namun, setelah berada di belakang Juna pria berusia pertengahan empat puluhan itu berbisik, "Makin lama kau makin mirip emak-emak, Jun." Sebelum Juna sempat membalas, sang ayah sudah berlari ke arah kamar mandi. Juna hanya bisa menahan geram, lalu memerintahkan si kembar untuk bergegas kemudian kembali ke dapur untuk menyelesaikan persiapan sarapan.

Hampir setiap pagi Juna menjalani rutinitas ini. Bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan dan bekal untuk adik-adiknya, membangunkan adik-adik serta ayahnya, memandikan si kembar, memastikan adik-adiknya siap pergi ke sekolah, terutama untuk si kembar karena Nela sudah mulai terbiasa mempersiapkan diri sendiri. Untungnya, Juna tak perlu repot mengantar adik-adiknya ke sekolah karena hal itu sudah menjadi tanggung jawab ayahnya. Juna hanya perlu menjemput mereka sore, sekitar pukul empat atau lima. Juna sengaja memilihkan sekolah di yayasan yang sama, yang juga menyediakan tempat penitipan anak bagi Nela dan si kembar, jadi ia hanya perlu menjemput di satu tempat dan biayanya cenderung lebih murah daripada harus menggaji seorang babysitter.

Setelah drama sarapan pagi yang rasanya begitu panjang, karena Ikhsan menolak makan nasi goreng yang ada wortelnya dengan Ahsan menjadi pendukung sejati untuk kakak kembarnya, akhirnya Juna melepas kepergian ayah dan ketiga adiknya. Jun bergegas membereskan meja dan bersiap menuju kampus sementara Gauri sudah duduk di kursi beranda, menunggu.

Prince Half PauperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang