Babak 3 - Ketika Putri Jatuh Hati

11 2 1
                                    


You're so beautiful, but that's not why I love you

I'm not sure you know, that

The reason I love you is you

Being you, just you

(I Love You – April Lavigne)

.*.

Saila pernah merasakan perasaan ini sebelumnya. Setahun lalu saat pertama ia bertemu dengan Gilang, ia pun merasakan hal yang sama. Jantungnya melewatkan satu degupan kemudian memacu layaknya genderang perang, lalu seperti ada jutaan kupu-kupu beterbangan di perutnya, dan pandangannya dihiasi warna merah muda. Jadi, Saila tak mungkin salah mengartikan apa yang ia rasa saat ini. Ia jatuh cinta. Ya, itulah yang terjadi. Hatinya terpaut pada pemuda tampan yang baru saja menolongnya.

Saila bukannya tak mengenal pemuda itu. Seperti gadis-gadis lainnya di kampus ini, Saila tahu siapa Arjuna Aryasatya. Namun, sebelum ini Saila hanya sekadar tahu tentang pemuda yang memiliki panggilan Pangeran Juna itu. Karena angkatan yang berbeda, pun jurusan tak sama, Saila tak bisa mengembangkan sekadar tahu menjadi kenalan. Saila pun tak pernah berharap mengenal Juna lebih dekat, karena sebelum ini ada Gilang yang selalu mengisi hari-harinya. Setidaknya, sampai dua bulan lalu. Sejak Gilang mengakhiri hubungan mereka, Saila berharap dapat menemukan seseorang yang dapat menggantikan Gilang mengisi ruang hatinya. Kini ketika ia menemukannya, ia tak akan menyerah dengan mudah hanya karena sebuah penolakan. Lagi pula, ia mengerti jika tawaran seperti itu akan ditolak dengan mudah. Itu tawaran yang benar-benar bodoh, terlalu jujur dan langsung, mengesankan bahwa Saila cewek gampangan. Sial. Setelah ini pasti akan sulit bagi Saila untuk mendekati Juna, tapi bukan Ardali Maharani Saila namanya jika mudah menyerah. Saila adalah orang yang gigih dan berkemauan keras. Ia akan berusaha lagi dan lagi.

Itulah sebabnya sekarang Saila mempersiapkan diri untuk menyapa teman baik Juna, Gauri, siapa tahu dengan mendekati Gauri, Saila juga bisa dekat dengan Juna.

.*.

"Kak Faiza."

Gerak jemari Gauri yang tengah menari di keyboard laptop terhenti. Gadis yang akan berusia 20 tahun sebulan lagi itu menoleh, kemudian kernyit bingung muncul di dahinya. Sudah lama ia tak mendengar seseorang memanggilnya Faiza. Teman maupun orang yang sekadar tahu dirinya biasa memanggilnya Gauri, mengikuti cara Juna memanggilnya. Hanya beberapa teman SMA-nya yang memanggilnya Faiza, dan yang menambahkan 'Kak' di depannya hanya satu orang, yaitu adik kelas yang dikenalnya di klub Mading SMA.

Gauri memandangi gadis di depannya, rupa gadis itu familiar, tapi Gauri tak bisa mengingat pernah mengenal gadis itu di mana. Daripada asal tebak dan salah, Gauri memutuskan bertanya saja. "Maaf, siapa, ya?"

"Kita kemarin ketemu di depan Perpus," ujar gadis cantik itu.

"Ah, iya." Gauri menghela napas. 'Lagi-lagi aku didekati cewek yang pengen pedekate sama Juna,' keluhnya dalam hati.

"Tapi, sebenarnya kita sudah saling kenal sebelumnya."

Pernyataan gadis itu membuat Gauri bingung. "Benarkah?" tanyanya.

"Aku Saila, Kak. Kita satu klub waktu SMA. Klub Mading, ingat?"

Kerut di kening Gauri semakin dalam. Hanya satu Saila yang Gauri ingat di klub Mading, tapi Saila yang itu tidak seperti ini. Saila berkacamata dengan rambut panjang yang selalu dikepang satu. Wajah gadis itu manis dan orangnya agak kikuk. Berbeda 180 derajat dari gadis di depannya sekarang, yang rambut hitamnya tergerai indah sampai ke punggung, riasan tipis make up di wajah yang menonjolkan kecantikannya dengan tidak berlebihan, pakaian modis berupa dress hitam bermotif bunga yang dipadu dengan jaket denim biru pucat dan sepatu boots hitam, tak ada lagi kacamata, hanya mata berwarna mint yang mengarah ramah pada Gauri.

Prince Half PauperWhere stories live. Discover now