13

7.3K 680 25
                                    

Seokjin menatap pintu kayu yang sudah tertutup rapat. Dirinya bingung, sebenarnya ia ada di pihak mana?. Sebenarnya ia tidak ingin membenci Yoongi. Karena setelah dipikir ulang, kejadian itu bukanlah salah Yoongi.

Tapi, entah kenapa ia masih belum bisa menyayangi Yoongi seperti dulu lagi. Karena setiap ia melihat Yoongi, bayangan kejadian akan berputar seperti halnya kaset rusak di dalam kepalanya.

***

Yoongi memasuki kamarnya, membaringkan tubuhnya yang lelah untuk beristirahat setelah mandi dan berganti pakaian. Ia mengamati langit dari jendela kamar yang ia biarkan terbuka.

Remaja itu memejamkan matanya, ia memilih untuk tidur. Rasanya lelah sekali setelah ia keluar dari rumah sakit tadi. Baru saja ia memejamkan mata, notifikasi pesan sukses mengusir kantuk yang sudah menghampirinya tadi.

Hoseok

| Yoon, sudah tidur?

Yoongi

Hampir, dan kau menggangguku. |

Hoseok

| Haha, maaf ....

Yoongi

Kenapa mengirim pesan? |

Hoseok

| Itu ... apa kau akan berangkat sekolah besok?

Yoongi

Tentu. |

Hoseok

| Kenapa tak ambil istrahat sehari?

Yoongi

Tidak akan. Enyahlah, kuda. Aku mengantuk. |

Hoseok

| Oke, selamat malam!

Yoongi bergidik jijik. Sungguh, ia tidak terbiasa mendapatkan ucapan seperti itu. Ia mematikan ponsel dan kembali meletakkannya di atas nakas.

Ia menutup matanya, namun pesan masuk membuat Yoongi membuka matanya kembali. Sungguh, jika yang mengiriminya pesan adalah Hoseok, ia akan mencincangnya di sekolah, besok. Ia meraba nakas, terlalu malas untuk bangun. Tangannya berhenti meraba saat mendapatkan apa yang ia cari.

XXX

| Bagaimana, Yoongi-ssi?

Yoongi membaca pesan dengan dahi mengernyit. Siapa yang mengiriminya pesan itu. Apakah salah kirim? Tapi jika hanya salah kirim, bagaimana pengirim tersebut bisa mengetahui namanya?

Ia menggeleng kecil. Lagipula, orang bernama Yoongi bukan hanya dirinya seorang.

Yoongi memejamkan matanya, dan pergi ke alam mimpi, membiarkan kantuk menggiringnya.

Kali ini benar-benar tidur. Ya, tanpa ada yang menggangu.

***

Matahari bersinar, menggantikan bulan yang telah pergi. Sinar hangat mentari juga telah merangsek masuk ke dalam kamar bernuansa gelap itu. Namun pemiliknya masih bergelung dengan selimut dan guling kesayangannya.

Yoongi enggan membuka matanya, ia masih ingin tidur di kasur empuknya dan menyelami mimpi bersama guling kesayangannya. Namun, matanya cepat-cepat terbuka. Ia berjalan menuju kamar mandi tanpa merapikan tempat tidurnya.

Ia hanya, tidak mau membuat ayahnya kecewa dan membencinya. Sudah cukup sang ayah mendiami-nya setelah kejadian 'itu', ia tidak mau dibenci oleh ayahnya juga.

.

.

.

Yoongi telah rapi dengan seragam sekolahnya. Ia memaut diri, berhadapan dengan cermin untuk merapikan rambutya, sekaligus menutupi luka jahit pada kepala.

06.05

"Tumben sekali Kang Ahjumma tidak datang," batinnya. Biasanya maid yang sudah mengurusnya sedari kecil itu akan datang ke kamarnya untuk memastikan Yoongi bangun dan bersiap sekolah.

Biasanya pukul setengah enam, Kang Ahjumma akan mengetuk pintu kamar Yoongi hingga sang pemilik harus rela bangun dari kasur empuknya dan segera bersiap untuk berangkat sekolah.

Yoongi menuruni anak tangga, menuju meja makan untuk sarapan dan segera berangkat. Melihat meja makan yang masih lenggang, Yoongi segera duduk dan menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan.

Um ... ia masih mengantuk.

"Tuan Muda Yoongi, kapan pulang?" tanya Kang Ahjumma.

"Panggil saja Yoongi Ahjumma, aku tidak nyaman," protes Yoongi, masih dengan menenggelamkan kepala pada lipatan tangan.

"Ah, ne ... Yoongi kapan pulang?" ulang Kang Ajhumma.

"Tadi malam," jawab Yoongi singkat.

"Ahjumma, bisa tolong buatkan makanan lebih cepat, untukku?" tanyanya. Kang Ahjumma hanya mengangguk dan kembali membuat sarapan.

"Yoongi, ini makanannya," ucap Kang Ahjumma sambil menyerahkan satu piring berisi nasi dan lauk pauk. Yoongi mengangkat kepalanya, ia segera memakan sarapannya dan ingin segera berangkat.

Tap, tap .....

Terdengar suara langkah kaki dari arah tangga. Yoongi yakin itu Pasti saudaranya, Jungkook atau kakaknya. Ia meletakkan sendoknya, menyudahi acara makannya.

"Gomawo makanannya, Ahjumma. Aku berangkat," ucap Yoongi sembari membungkuk, menyisakan makanan yang tinggal seperempat dari empat perempat piring itu.

"Ne, hati-hati, Yoongi. Jangan ngebut jika bawa motor," ingat Kang Ahjumma. Yoongi yang hampir mencapai pintu membalikkan badannya menghadap Kang Ahjumma.

Ia tersenyum sambil membentuk simbol 'Ok' dengan tangan kanannya. Kemudian, ia segera keluar dari mansion besar itu. Tak berselang lama, terdengar suara kendaraan roda dua yang berlalu dari mansion.

Oh! Masih ingat dengan langkah kaki tadi?

Itu Seokjin. Ia turun setelah mandi, meskipun kelasnya dimulai siang hari. Lelaki itu ingin berangkat lebih awal karena ada tugas yang akan ia selesaikan bersama Namjoon, teman sekampusnya.

"Oh, Tuan Muda sudah turun. Kalau begitu saya permisi kebelakang dulu," pamit Kang Ahjumma. Ia segera berlalu untuk mengerjakan tugas lain, setelah menata piring berisi makanan di atas meja.

"Ne, terima kasih, Ahjumma," ucap Jin sambil tersenyum tipis. Kang Ahjumma sekali lagi, hanya tersenyum dan segera pergi dari ruang makan. Jin sedang makan dengan tenang, sampai sebuah suara terdengar menembus gendang telinganya.

"Astaga!! Aku terlambat!!!"







TBC

Mianhae Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang