51

6.8K 640 181
                                    

Seokjin meneteskan air matanya kala melihat bagaimana Jungkook yang penuh lebam, dan air matanya mengalir lebih banyak, ketika melihat Yoongi yang pucat pasi dengan tetesan darah di sekitarnya. Adiknya itu beberapa kali mengerang, namun tetap menyunggingkan senyum kecil padanya. Berusaha mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

"Ada apa ini, Bogum? Ada apa denganmu?!" Jaehyun menatap sang teman, menuntut. Sementara yang ditanya hanya tertawa puas. Mengundang emosi dari Jungkook di tengah isakan kecilnya.

"Dia dalang dari meninggalnya Eomma!" serunya lantang. Jaehyun membulatkan mata. Menatap Bogum kecewa.

"I-itu tidak mungkin .... Itu tidak benar, 'kan, Bogum-ah?" lirihnya. Ia berjalan ke arah Bogum yang kini menatapnya buas. Ia tak percaya tentang apa yang dikatakan Jungkook. Mana mungkin temannya, sahabatnya melakukan hal sekeji itu.

"Itu benar, Appa. Kecelakaan dua tahun lalu sudah direncanakan," Seokjin menyahut. Mata berairnya menatap Park Bogum tajam, muak pada presensi si lelaki tua.

"Tapi ... kau berada di luar negeri ketika kecelakaan itu terjadi. Tidak mungkin, tidak mungkin kau yang melakukannya. Kau tidak setega itu. Benar, 'kan, Bogum-ah?" Bogum tertawa kencang. Merasa bahwa sahabatnya ini sangat bodoh hingga berhasil ia kelabui dengan begitu mudahnya.

"Kau bodoh, Min Jaehyun! Kupalsukan kepindahanku tiga tahun lalu, dan lihat! Aku berhasil. Aku membunuhnya. Wanita itu, aku membunuhnya!"

Jaehyun membola. Menatap Bogum sarat kecewa. Bagaimana bisa Bogum melakukan ini?

"Apa yang kau inginkan dariku?" lirihnya. Tahu betul Bogum tidak akan melakukan semua ini tanpa alasan.

"Perusahaanmu! Berikan aset dan sahamnya padaku, atau ..." Bogum tersenyum miring.

"Salah satu di antara mereka akan pergi," lanjutnya, sembari menunjuk Jungkook dan Yoongi dengan pisau lipatnya. Jaehyun menggeleng. Perusahaan itu adalah perusahaan yang ia bangun dengan jerih payahnya selama bertahun-tahun. Kini, ia harus menyerahkan seluruh hasil kerja kerasnya pada orang seperti Bogum?

Tapi jika Jaehyun tidak memberikan perusahaan itu, bagaimana dengan Jungkook dan ...

 ... Yoongi?

Ia menatap Jungkook yang sudah dipenuhi lebam. Lalu netranya beralih pada Yoongi. Anak yang selama ini selalu ia siksa dengan berbagai perbuatannya itu terlihat bersusah payah mempertahankan kesadarannya. Hatinya teriris. Ngilu. Sakit. Ia merasa buruk.

"Ah ... baiklah. Aku akan memberimu waktu, sementara aku bermain dengan anak-anakmu.  Akan kulepaskan anakmu, jika kau menyetujui permintaanku." Bogum mendekati Jungkook dengan seringainya. Menarik rambut anak itu, memaksanya mendongak, untuk menatap padanya.

"Ayo bermain sebentar." Jungkook meringis. Jambakan di kepalanya tak main-main kuatnya. Jungkook mendesis merasakan sakit yang kian bertambah.

"Sakit ...," ringisnya. Bogum terkekeh.

"Kau lihat? Akan sangat bagus jika pisau ini bisa menyentuh kulitmu." Bogum membuka pisau lipat miliknya, dan menyentuhkan ujung tajamnya pada pipi Jungkook. Dinginnya besi membuat Jungkook menelan ludah takut. Bogum menusuk pipi itu dengan ujungnya. Membuat darah keluar walau tak seberapa.

"Jungkookie ...." Seokjin tak tahu apa yang harus ia lakukan. Yang ia bisa lakukan hanyalah menunggu.

"Arghh!!"

Satu goresan membuat darah mengalir dari pipi Jungkook. Anak itu meringis menahan perihnya luka yang baru saja dibuat oleh lelaki di depannya.

"S-sakit, Ahjussi ...." Bogum tekekeh.

Mianhae Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang