Chapter. 22

1.2K 94 2
                                    

Next?
Enjoy! Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar kalian ♥

"Hai."

Angel mematung di tempatnya sedangkan tangannya masih menempel pada salah satu pakaian yang sedang dia lihat. Angel menatap mata biru itu beberapa saat lamanya seakan dia baru saja terkena sihir.

"Eum.. Maaf," ucapnya lagi dengan nada lebih tulus. "Aku tau kau marah, kau benci denganku."

Angel masih belum berkedip sampai di detik berikutnya otaknya kembali bekerja dan sadar kalau ini ditempat umum. Angel dan Chico harus mencari tempat yang lebih privasi, meskipun perasaannya kembali terasa bercampur aduk. Pria itu merusak ketenangan hatinya lagi.

"Kau tidak akan membicarakannya di tempat ini, kan?" Angel membalas ucapan Chico dengan datar bahkan sangat datar. Chico mengangguk dan segera mencari tempat yang lebih baik.

Ada apa ini? Seharusnya dia tidak kembali di waktu yang singkat. Dia juga memakai setelan ala-ala pemilik perusahaan. Pakaiannya sangat rapi meskipun dia selalu rapi dengan pakaian yang dia kenakan. Tapi, ah sudahlah. Demi Tuhan, baru beberapa jam Angel tidak menatap wajah pria itu dan sekarang dia merasa kalau ketampanan Chico berkali-kali lipat dari biasanya.

"Apa kau mau pesan sesuatu?"

"Tidak." Sahutnya cepat. "Katakan apa yang ingin kau katakan."

Chico memandangi wajah Angel dengan perasaan rindu. Kedua tangannya gatal ingin memeluk tubuh wanita itu, mengecup bibir merah muda milik wanita itu. Chico paham ini memang akan terjadi. Wanita itu kesal atau mungkin sudah membencinya saat ini.

"Aku berhenti dari pekerjaanku."

"Ya. Ya. Ya. Aku sudah tau. Ada yang lain?" Pertanyaan Angel terdengar seperti menuntut karena ada hal yang tidak bisa diingat Angel.

"Aku.. merindukanmu."

Tahan, tahan. Angel merapalkan mantra didalam dirinya. Berusaha agar tidak tersenyum. Berusaha agar tidak menerjang pria ini kalau saja ini bukan tempat umum. Angel juga sama seperti pria itu. Dia juga merindukannya sekaligus kecewa dengan sikapnya.

"Lalu, alasanmu berhenti?" Angel bisa melihat tubuh pria itu yang menegang. Seakan dia lupa dengan isi pidato yang akan dia bacakan. Chico diam seribu bahasa bahkan kedua manik matanya tidak lagi menatap Angel.

"Apa karena pakaian itu?"

"Eh. Eum, maksudmu?" Raut wajahnya berubah panik saat Angel melontarkan pertanyaan yang sebenarnya hanya tebakan wanita itu saja.

"Apa karena kau diterima di perusahaan dan mendapat posisi terbaik hingga akhirnya kau mengundurkan diri?"

Chico hanya mengangguk kecil.

Angel mendengus pelan kemudian berdecak kecil. "Bagaimana dengan kertas kecil yang kau selipkan di dalam map?"

"Apa itu artinya kau tidak tau maksudku?"

"Jangan balik bertanya Chico. Jawab saja." Tuntut Angel.

Alih-alih menjawab, pria itu berubah menjadi lemas dan menyandarkan punggung tegapnya pada sandaran kursi. Kedua matanya tertutup sejenak sambil menghirup udara sebanyak mungkin kemudian menghembuskannya dengan keras.

Chico kembali duduk dengan tegak. "Apa kau benar-benar tidak mengingatnya?" Tanya Chico sekali lagi. Dia menatap Angel sambil berharap penuh. Dadanya harus kembali merasa sakit saat mendapati gelengan kepala dari Angel sebagai jawan 'tidak'.

Don't Touch! She's MINE [TERSEDIA DI GOOGLE PLAYSTORE]Where stories live. Discover now