Lio memasuki ruangan rawat Aletta, Lio dapat melihat Aletta yang sudah membuka matanya.
"Udah mendingan?" Tanya Lio.
Aletta menatap Lio dalam, seakan ingat sesuatu Aletta langsung ingin bergegas turun.
"Hey mau kemana?" Lio memperhatikan wajah khawatir sekaligus gugup milik Aletta.
"El gimana kak," nada bicara Aletta menggambarkan kecemasan.
"El baik-baik saja, kamu mau melihatnya?"
Aletta mengangguk.
Lio segera menggandeng tangan Aletta, hal itu membuat Aletta sedikit tidak nyaman.
Aletta merasa kepalanya sedikit pusing, jalannya melambat dan itu membuat Lio menatap kearah Aletta.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Lio.
"Hanya sedikit pusing."
"Baiklah kita makan dulu," baru saja Lio ingin membawa Aletta ke kantin rumah sakit tapi sudah lebih dulu dicegah.
"Gak usah, langsung ketemu El aja."
"Oke."
Lio memutuskan mengikuti keinginan Aletta, lagipula ia juga ingin segera bertemu dengan putranya.
Pintu ruang VVIP itu terbuka menampilkan sosok bocah kecil, Aletta segera menghampiri El yang masih belum sadar.
Aletta tidak tega melihat keadaan El seperti ini, dielusnya kepala El dengan lembut.
"Cepet bangun sayang, bunda rindu," ya Aletta sangat merindukan sosok El yang selalu berceloteh tidak jelas.
Aletta juga rindu El yang selalu menanyakan kapan ayahnya pulang, dan Aletta yakin jika El bangun, bocah itu akan sangat senang karena sudah ada ayahnya di sini.
Sedangkan Lio yang melihat semua itu terharu, betapa ruginya seorang ayah yang tidak tau perkembangan anaknya sendiri.
"Bagaimana dengan Ara?" Tanya Aletta.
"Ara? Ara sahabat kamu itu? mana aku tau emang aku ibunya?!" Sungut Lio.
"Bukanya...."
"Bukannya aku mau nyatakan perasaan aku sama Ara gitu? Seharusnya kamu tanyain dulu yang sebenarnya, bukan main pergi gitu aja, aku hampir gila cari kamu selama dua tahun ini Aletta! Seharusnya kamu kasih tau aku secara langsung bahwa kamu itu sedang mengandung El, pikiran kamu itu dangkal sekali Aletta, emang dengan kamu pergi masalah selesai? Gak! Kamu gak sadar bunda dan ayah kamu selama ini nyari kamu, sampai bang Raka musuhan sama kak Kevin itu semua gara-gara kamu!!"
Bentak Lio begitu kencang, Aletta yang mendengarnya pun takut.
"Apa kakak nyari aku setelah malam itu? Apa kakak minta maaf sama aku saat itu? Apa kakak gak tau kalo aku sakit hati?! Aku ini perempuan kak aku juga punya perasaan, setelah ditiduri lalu kembali seperti biasa saja, sedangkan didalam perut aku tumbuh El? Apa aku harus diem di rumah dan membuat keluarga malu? Aku pergi dari rumah karena aku gak mau bikin bunda sama ayah kecewa, aku nggak mau mereka malu punya anak yang hamil diluar nikah, sedangkan saat itu kakak mencintai sahabat aku, terus apa yang bisa aku lakuin kak!"
Aletta menangis mengingat saat dimana dirinya sedang terpuruk sendirian.
Mengingat saat susahnya melahirkan El yang hampir saja dirinya meregang nyawa.
Mengingat membesarkan El sendirian selama dua tahun.
"Apa kakak tau rasanya menjadi orang tua tunggal? Meladeni El yang setiap mau tidur selalu bertanya kapan ayahnya pulang?" Tutur Aletta.
"Hatiku menangis kak saat tau dia selalu menangis dalam tidurnya, sambil mengucapkan kata ayah berkali-kali," sambung Aletta.
Lio yang dari tadi mendengarnya sudah menangis, betapa beratnya menjadi Aletta.
"Kakak tidak tau aku sangat takut kehilangan El, sakitnya yang sewaktu-waktu bisa merenggut nyawanya sendiri."
"Apa maksud kamu?" Tanya Lio.
"El lemah jantung sejak lahir."
"Kenapa bisa terjadi?"
"Itu karena aku yang nggak bisa menjaganya, bahkan kakaknya El sudah....."
Ucapan Aletta terhenti mendengar suara kecil yang berasal dari putranya.
"Bunda..."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Leaving (SELESAI)
RomanceGadis yang berdiri di depan pintu rooftop itu diam membeku, dia tau suara itu, bahkan sangat tau, tapi kenapa kenyataan ini sangat menyayat hatinya? Laki-laki yang dicintainya ternyata mencintai sahabatnya, setitik air jatuh di pipinya, niat hati in...