"Kalo kakak nggak cinta sama aku buat apa kakak mengatakan ingin menikahi aku, jika ini hanya karena kehadiran El aku sanggup merawatnya sendiri, karena El sudah biasa hidup tanpa seorang ayah."
"Aaaakkhhh." Teriak Lio frustasi.
"Kenapa kebodohan gue gak pernah ilang kalo berhadapan sama Aletta, dasar Julio bodoh!" Seru Julio.
Ponsel Julio berdering menandakan adanya panggilan masuk.
"Halo."
"...."
"Iya."
Panggilan singkat itu membuat Julio segera keluar dari toilet rumah sakit tempat El dirawat.
Julio menuju ruangan El, sampai disana Julio melihat El yang sedang menangis sambil memanggil namanya.
"Sayang, ayah di sini." Ucap Julio mendekati El.
"El mau puyang." Rengek El.
"Loh kok pulang sih kita kan baru nyampe, El gak kasian sama bunda, tuh liat muka bunda kecapean gara-gara naik pesawat."
"Api El nda cuka tempatna." El terus merengek meminta pulang. Sampai Aletta tidak tahan dengan rengekan El.
Aletta menangis sambil memeluk El, hal itu membuat El berhenti merengek, dan memeluk bundanya yang menangis.
"Bunda gak suka anak bunda jadi rewel kayak gini, El udah gak sayang lagi sama bunda? El mau bunda nangis terus? Bunda capek sayang." Isak Aletta dipelukan putranya.
"Nda bunda, El nda au bunda nanis, El cayang cama bunda huaa, tempat ini maal bunda pacti bunda nda ada uang, El nda papa cakit, acal bunda nda pucing mikilin uang buat bayal Kamal ini." Ucap El sesenggukan.
"Bunda gak papa pusing sayang, yang penting kamu sehat, bunda gak mau liat El sakit lagi, jadi sekarang El harus nurut apa kata bunda ya."
El menggeleng, El tidak mau melihat bundanya sedih apalagi penyebabnya dirinya.
"Hey ayah orang kaya sayang, El boleh tidur di kamar ini sesuka hati El, biar ayah yang bayar dan bunda gak akan pusing lagi, El anak ayah, jagoan ayah, jadi El berhak minta apapun yang El mau ke ayah." Ucap Julio.
"Benelan bunda?" Tanya El pada bundanya.
Aletta hanya mengangguk, pikirannya tidak menyangka Julio berbicara seperti orang sombong seperti itu, Aletta memang mengakui Julio punya segalanya, tapi tidak udah berbicara seperti itu didepan putranya.
"Ya udah El nda au pulang, El au cembuh bial bunda nda nanis lagi liat El cakit."
"Pinternya anak ayah ini." Julio mencium putranya dengan gemas.
"Anak bunda juga dong." Ucap Aletta ikut mencium El.
~~~
Di Bogor, tepatnya di rumah Oma Julio, Lila sedang membuat drama yang memuakkan semua penghuni rumah.
"Oma, Julio harus tanggung jawab sama janjinya ke Lila, Julio udah janji sama Lila mau nikahin Lila."
"Jangan asal bicara kamu Lila, mana mungkin Lio berani janji mau nikahin kamu sedangkan dia sudah punya anak." Sentak Oma.
"Oh anak, anak yang lahir di luar nikah itu, bukannya itu sama aja anak haram ya." Sindir Lila.
Hasbi, Vina, Kevin, dan Vera yang menyaksikan Lila menghina keluarganya ikut emosi, apalagi Vera yang sedang hamil.
"Eh tolong dong lo siapa ya berani menghina keluarga gue, dasar cabe-cabean kalo ngomong gak pernah disaring." Sungut Vera dengan nada jijiknya.
"Heloo, lo yang siapa ikut campur urusan gue sama Oma, ini kan urusan keluarga, lah lo siapa?" Tantang Lila pada Vera.
Vera yang terlanjur emosi langsung maju dan mendorong Lila sampai jatuh.
"Lo yang siapa!!" Teriak Vera lalu pergi ke pelukan Kevin.
Vera menangis di pelukan Kevin, sudah biasa bagi keluarga mendapati Vera menangis setelah berteriak.
Kevin ikut tersulut emosi melihat istrinya menangis gara-gara Lila, baru saja Kevin ingin menghampiri Lila tapi tangannya di cegah oleh Vera.
"Jangan Vin." Cegah Vera.
"Kenapa? Dia udah bikin kamu nangis sayang." Ucap Kevin.
"Aku takut kalo dia bakal ngelakuin hal yang nggak-nggak ke kita."
"Oke, ini demi kamu."
Lila marah sekaligus malu, Lila tidak ingin melakukan hal sehina ini, tapi ini demi kehidupan putra semata wayangnya, yang tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ayah.
Dengan hati sedih Lila pergi dari rumah Oma, usahanya gagal untuk membuat anaknya senang.
"Maafin mama sayang." Ucap Lila saat sampai di depan rumah sederhananya.
"Mamaaa." Teriak bocah kecil berumur 3 tahun itu.
Lila langsung memasang raut wajah bahagia, agar anaknya tidak sedih melihat raut sedih dari Lila.
"Apa mama bawa papa buat Juna." Tanya Juna dengan mata berbinar.
"Mmm papa Juna lagi banyak kerjaan sayang, jadi papa belum bisa mama bawa pulang." Ucap Lila.
"Yaaah." Lila sedih melihat binar mata putranya pudar, Lila sadar karena kesalahan satu malamnya dulu bersama pria tidak dikenal membuat hidupnya menderita.
Lila tidak pernah membenci Juna sekalipun kehadirannya tidak diinginkan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Leaving (SELESAI)
RomanceGadis yang berdiri di depan pintu rooftop itu diam membeku, dia tau suara itu, bahkan sangat tau, tapi kenapa kenyataan ini sangat menyayat hatinya? Laki-laki yang dicintainya ternyata mencintai sahabatnya, setitik air jatuh di pipinya, niat hati in...