Part 46

53.4K 2.3K 31
                                    

"Maafin bunda ya sayang." Sejak tadi Aletta meminta maaf kepada El, tapi El hanya diam tanpa merespon apa yang Aletta katakan, dan bukan hanya Aletta yang diacuhkan, melainkan semua yang mengajak El berbicara.

Aletta menangis lagi melihat El yang tidak menatapnya sama sekali, Aletta sungguh sedih melihat perubahan El yang membuat perasaannya sakit.

"Bunda janji gak bakal lupain El lagi, ngomong dong sayang, bunda sedih." Isak Aletta.

"Kenapa bunda gak buang El aja." Ucap El.

Kalimat yang keluar dari mulut El cukup membuat Aletta dan Lio yang ada diruangan itu tercengang, apa yang ada dalam pikiran El, dan kenapa bisa-bisanya El bicara yang tidak masukan akal seperti itu.

Aletta bisa melihat El yang menangis dalam diam, sungguh Aletta tidak mengerti apa yang terjadi dengan El, El tidak pernah seperti ini sebelumnya, bahkan El tidak akan membuat Aletta menangis.

"El anak yang gak ayah bunda inginkan kan? El anak halam, makanya bunda sama ayah gak pelnah sayang sama El, kenapa bunda gak buang El aja di jalanan." Ujar El yang sudah menangis dengan kencang, Aletta langsung memeluk El dengan erat.

"El anak yang bunda inginkan sayang, El bukan anak haram, bunda selalu sayang sama El, gak pernah sedikitpun bunda ada niatan buat buang El, bunda sayang sama El nak."

"Bunda gak sayang El huhuhu." El menangis meraung-raung.

"Jangan kayak gini sayang." Isak Aletta, tangis El mulai berkurang digantikan dengan dengkuran halus miliknya, Aletta mencium El dengan sangat lama.

"Bunda menyayangi El." Bisik Aletta.

Lio hanya berdiri saja menyaksikan El yang mengungkapkan isi hatinya, El benar dirinya hadir karena kesalahan Aletta dan Lio dimasa lalu, tapi Lio dan Aletta tidak pernah menganggap bahwa El adalah anak haram, dan anak yang tidak diinginkan.

Lio sungguh menginginkan El, Ayah mana yang tega membuang dan menelantarkan anak yang paling ia sayangi. Lio mendekati Aletta.

"Jangan nangis lagi ya, aku gak suka." Lio mengusap air mata Aletta.

"El gak mungkin ngomong kayak gini kak, apa aku udah keterlaluan ya gak merhatiin El, aku takut El begini terus, aku mau El yang dulu."

"Mungkin El lagi kecapean mangkanya ngomong kayak gitu, udah jangan dipikirin, biarin El istirahat dulu, sekarang kamu makan ya." Lio mengambil makanan yang ada di atas nakas rumah sakit, sejak semalaman Aletta tidak mau makan, dan sekarang Lio sedikit memaksa Aletta untuk makan agar tidak lemas.

~~~

Raka sedang bermain dengan Juna di kamarnya, anaknya sungguh sangat menggemaskan, membuat Raka tidak bisa jauh dari Juna.

"Juna mau kado apa dari papa?" Tanya Raka, besok adalah hari ulang tahun Juna yang ke empat tahun, dan Raka akan membelikan apapun untuk Juna.

"Juna mau papa selalu sama Juna, Juna takut kalo ditinggal sendirian." Lirih Juna.

"Loh kan ada mama sayang."

"Juna takut sama mama, mama jahat." Juna tidak berani berbicara dengan suara keras, dia takut kalau mamanya dengar dan akan memarahinya.

"Apa maksudnya sayang."

Juna bingung harus bilang apa pada Raka, Juna tidak mau papanya memarahi mamanya, tapi Juna juga tidak mau kalau mamanya mencelakai keluarga papanya.

"Halo sayang-sayangnya mama."

Belum sempat Raka mendengar penjelasan dari Juna, Lila sudah terlebih dahulu memasuki kamar, Raka yakin, ini ada sesuatu yang disembunyikan oleh Juna, karena Raka bisa melihat wajah ketakutan saat Lila memasuki kamar.

"Juna mau makan?" Tanya Lila.

"Gak ma."

"Ya udah sekarang bobo siang ya." Ucap Lila, Juna hanya mengangguk patuh lalu cepat menuju ranjangnya untuk segera tidur.

Raka merasa pernikahannya ini tidak seharmonis dan seromantis pernikahan Julio dan Kevin, dulu memang Raka begitu mencintai Lila dan menginginkannya, tapi sekarang entah kemana rasa itu pergi digantikan oleh rasa biasa saja.

"Ada masalah di kantor, aku pergi." Raka pergi meninggalkan Lila yang sedang menidurkan juna.

"Mau pergi ya pergi aja kali." Sinis Lila saat Raka sudah meninggalkan kamar, dari awal Lila memang tidak ada perasaan sedikitpun pada Raka, Lila hanya menumpang saja di rumah ini, dan lagi Lila juga butuh uang untuk menjalankan rencananya, Lila tidak punya uang sedikitpun kalau tidak dinafkahi oleh Raka.

"Juna! jangan pernah bilang apa-apa sama papa kamu itu ya, awas kalo macem-macem!" Lila mencubit paha Juna dengan sangat keras sampai membiru.

"Sakit ma." Ringis Juna.

"Itu hukuman buat kamu." Lila pergi meninggalkan Juna yang menangis.

~~~

El menangis saat bangun dari tidurnya, membuat Aletta dan Lio kelabakan mendiamkannya.

"Sayang bunda disini." Aletta terus mengelus kepala El dengan sayang, dan tidak lama dari itu mata El terbuka.

"Bunda" El memeluk Aletta dengan erat sambil menangis.

"El kenapa sayang." Ujar Lio.

"Maapin El ayah, El udah nakal sama bunda huhu." Tangis El pecah saat ditanya oleh Lio.

"Uust, El gak nakal sayang, El anak bunda yang baik yang pinter, asal El jangan kayak tadi lagi ya, bunda sedih jadinya."

El mengangguk, Lio begitu bangga dengan El yang meminta maaf setelah melakukan kesalahan, saat ini masalah sudah terselesaikan, dan Lio yakin kedepannya masih banyak masalah yang akan menerjang rumah tangganya dengan Aletta, dan Lio akan berusaha semampunya untuk melindungi keluarganya.

"Lapel." Ucap El, seketika Aletta dan Lio tertawa mendengar cicitan dari El.

"El mau makan apa sayang."

"Bakso."

"Oke, ayah beli sebentar ya." Lio pergi ke kantin rumah sakit untuk membeli bakso kesukaan putranya, El tidak jauh beda dengan Lio yang sangat menggemari bakso dan brownies, dan jangan lupakan jus alpukat.

"El kenapa ngomong kayak gitu waktu pagi?" Tanya Aletta.

"El takut kalo bunda sama ayah udah gak sayang lagi sama El, El takut ayah sama bunda sayangnya cuma sama dede bayi." Cetus El.

"Walaupun ada dede bayi, bunda sama ayah tetep sayang sama El, maafin bunda yang selama ini sibuk ya sayang, bunda gak bermaksud buat gak perhatian sama El, El maukan maafin bunda?"

"Iya El maapin bunda, El kan sayang bunda muach." El mengecup pipi bundanya dengan bibir yang basah sampai membuat Aletta tertawa.

"Loh kok basah."

"Bial ada bekasnya hehehe." Kekeh El.

"Lucunya anak bunda."
Aletta mencubit hidung El sampai merah hingga membuat keduanya tertawa bersama.

***

I'm Leaving (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang