Di usia kehamilan yang sudah memasuki tujuh bulan, Aletta dilarang melakukan apapun oleh Lio, karena takut terjadi sesuatu dengan calon anaknya, sedangkan Aletta bosan kalau sering diam terus setiap harinya.
Apa lagi jika El sedang main di rumah Omanya, alias mama Lio, rumah terasa sangat sepi, dan akhir-akhir ini Lio juga sering tugas keluar kota untuk menghadiri meeting-meeting penting.
Untung saja masih ada bi Sur yang setia menemani Aletta siang dan malam, kalau tidak, bisa-bisa Aletta mati kebosanan karena sering sendiri.
"Assalamualaikum." Ucap Vina mama Lio.
"Waalaikumsalam, eh mama." Kaget Aletta saat melihat mama mertuanya yang sudah berdiri di belakangnya, dengan El yang ada di gendongan mamanya.
"Aduh maaf ya ma jadi ngerepotin." Ucap Aletta yang ingin mengambil El dari gendongan Vina.
"Gak papa biar mama aja, perut kamu udah besar takut terjadi apa-apa."
Vina membawa El masuk ke dalam kamarnya sendiri, lalu kembali menemani Aletta yang sedang menonton televisi, Aletta senang sekali bisa ngobrol bersama mama mertuanya lagi setelah sekian lama.
"Kamu harus jaga kondisi kamu ya, jangan sampe kelelahan, apa lagi sekarang Lio jarang di rumah, kamu gak ada niatan buat tinggal sama mama dulu atau sama bunda gitu?"
"Gak ma, lagian disini kan masih ada bi Sur yang nemenin sama El, terus nanti malem kak Lio juga dateng." Ujar Aletta.
"Wah syukur kalo gitu, nanti kalo kamu sendirian, tinggal telpon mama aja ya biar mama nginep disini."
"Iya ma, mama mau minum apa biar aku buatin."
"Eh gak usah, mama ada arisan sama temen-temen mama jadi mama mau langsung pulang aja, inget ya jaga diri baik-baik, mama pulang." Vina mencium pipi Aletta membuat Aletta tertawa, mama mertuanya ini memang sangat baik sampai suka membuat Aletta sungkan.
Aletta sangat bersyukur memiliki orang-orang baik disekelilingnya, apalagi sekarang Aletta sudah semakin dekat dengan Siska dan Ara setelah pertemuannya kembali waktu itu.
Aletta pergi menuju dapur untuk menemui bi Sur, meskipun usia kandungannya sudah tujuh bulan, tapi Aletta masih saja suka ngidam, sama seperti sekarang Aletta sungguh menginginkan jus alpukat.
"Eh nyonya kok ke dapur nya?"
"Bi tolong bikinin jus alpukat dua ya, sekalian buat El."
"Siap nya, nyonya tunggu di kamar saja biar bibi yang antar."
"Aku di kamar El ya bi." Seru Aletta yang sudah terlebih dahulu pergi.
"Hati-hati naiknya nya." Teriak bi Sur.
Dengan sangat hati-hati Aletta menaiki tangga menuju kamar El yang ada lantai atas, Aletta sudah meminta agar kamar El pindah ke bawah, tapi El malah bilang lebih suka kamar di atas, jadilah Aletta yang mengalah.Sampai di kamar El Aletta langsung merebahkan diri disamping El yang tertidur, mengelus pipi putranya dengan sayang, lalu mencubit pelan pipi El, karena Aletta sangat gemas dengan pipi El yang seperti bakpao.
"Bunda."
"Maaf ya, El jadi kebangun gara-gara bunda."
"Em mau jus alpukat."
Aletta tersenyum mendengar kemauan putranya itu, Aletta sudah tau apa kebiasaan El saat bangun tidur."Bi Sur lagi bikin buat El sama bunda sabar ya sayang." Ucap Aletta, El mengangguk lalu bangun dari tidurnya untuk mengelus perut bundanya.
"Waah dede nya bergerak bunda." Seru El dengan raut wajah senang, El sudah bisa bicara dengan baik tanpa cadel lagi, semenjak kandungan Aletta mulai membesar El selalu mengelus perut Aletta dengan sayang dan itu membuat Aletta bahagia.
Tok tok!
"Masuk bi." Seru Aletta.
Tapi yang masuk bukan bi Sur melainkan Lio, yang membawa nampan berisi dua buah jus alpukat, pipi Aletta bersemu melihat Lio yang masih mengenakan pakaian kerjanya, suaminya yang berjanji akan pulang nanti malam, tapi sudah menunjukkan batang hidungnya sekarang.Lio menaruh jus alpukat itu di nakas tempat biasa El manaruh minuman.
"Ayaaaah." El langsung melompat dari ranjang dan memeluk Lio.
"Hai sayang." Lio langsung menggendong El lalu mendekati Aletta yang masih tiduran di ranjang.
"Kamu gak papa kan?" Tanya Lio.
"Ggak papa kok, emang kenapa?"
"Kok tiduran mulu."
"Aku baru tiduran loh kak, dari tadi duduk mulu capek pinggang aku."
Lio menurunkan El dari gendongannya, lalu Lio mengelus pinggang Aletta dengan perlahan, sedangakan El mengelus perut besar Aletta, Aletta tertawa melihat dua jagoannya kompak seperti ini.
~~~
"Coba Juna jujur sama papa, ini kenapa tangan sama kaki Juna pada biru kayak gini." Dari tadi Raka mencoba untuk membujuk Juna agar mengatakan apa yang terjadi, karena hampir di semua bagian badan Juna membiru.
"Tapi papa jangan marah ya." Lirih Juna.
"Iya sayang."
"Sebenernya selama ini mama jahat sama Juna, mama gak pernah sayang sama Juna, mama juga sering cubitin Juna, makanya Juna gak mau kalo papa lama ninggalin juna."
Cicit Juna.Raka tidak percaya apa yang baru saja ia dengar dari Juna, anak kecil pasti tidak bisa berbohong, Raka juga tau selama ini Juna selalu nurut dan takut pada Lila, ternyata ini yang sebenarnya terjadi.
"Dari kapan mama kayak gini sayang?"
"Dari dulu pa, mama selalu memukul Juna tapi mama kadang baik sama Juna, Juna takut pa." Juna langsung memeluk Raka karena takut mamanya akan mencubitinya lagi.
"Sekarang Juna gak perlu takut lagi, karena papa udah memutuskan akan membawa pulang kerjaan papa."
Juna mengangguk lalu memeluk Raka kembali, pantas Raka tidak melihat tubuh Juna yang menggemuk karena bahagia bertemu dengannya, ternyata selama ini Juna menyimpan keluh kesah yang berat.Raka jadi tidak tega meninggalkan Juna untuk bekerja, pasti Lila akan menyiksa Juna disaat Raka sedang bekerja.
"Sekarang Juna makan ya habis itu tidur siang, papa mau ambil berkas dulu sebentar di kantor."
"Juna ikut ya pa." Pinta Juna.
"Cuma sebentar sayang."
"Pa Juna mohon, Juna takut." Mohon Juna.
Raka bisa melihat hal baru saat ini, Juna seperti anak yang trauma tapi disembunyikan, salah apa Raka bisa memiliki istri seperti Lila yang tidak punya perasaan.
"Ya udah Juna ikut, sekalian kita makan di luar aja ya." Raka menggandeng Juna menuju mobilnya yang sudah terparkir di halaman rumah.
Raka tidak memikirkan Lila sama sekali, istri macam apa yang sering keluar tanpa memberitahu dan meminta izin pada suaminya, Raka sudah lelah dengan kelakuan Lila.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Leaving (SELESAI)
RomanceGadis yang berdiri di depan pintu rooftop itu diam membeku, dia tau suara itu, bahkan sangat tau, tapi kenapa kenyataan ini sangat menyayat hatinya? Laki-laki yang dicintainya ternyata mencintai sahabatnya, setitik air jatuh di pipinya, niat hati in...