E

182 33 3
                                    


» E for Egg
Akabane Karma X Reader

Written by: Arisacrlight

***

Netra milik [Name] menyusuri deret huruf dengan tinta hitam yang berjajar di atas kertas, membaca satu demi satu bahan yang hendak digunakan untuk membuat kue bolu kukus.

"Tepung terigu, gula pasir, susu bubuk vanilla, margarin ..." Bibir [Name] menggumamkan satu demi satu bahan tersebut, sesekali memastikan bahan yang tertulis sudah ada di atas meja.

Tunggu. Ada yang kurang.

Alis [Name] bertaut, menyadari suatu kejanggalan. Salah satu bahan pokok yang ia butuhkan belum tersedia di meja.

Memutar balik tubuh untuk beranjak ke kulkas, [Name] justru menabrak sosok laki-laki yang entah sejak kapan berdiri di belakangnya. Mengerang tertahan, gadis itu pun mengangkat wajah; bertatapan langsung dengan sepasang merkuri milik Akabane Karma.

"Kau—" Menemukan bahwa suaranya sudah kembali setelah keterkejutan sesaat, [Name] beringsut mundur menjauh dari sang kekasih yang masih memasang wajah datar. "—sejak kapan kau di situ?"

Karma berlagak menguap, jelas tidak merasa bersalah sama sekali sudah membuat [Name] nyaris jantungan. "Tidak lama. Kau asyik sekali dengan resep itu, sampai tidak menyadari kedatanganku."

[Name] mendengus, hendak maju untuk melewati Karma, tapi pemuda merah itu sudah menahannya—melingkarkan tangan kiri demi membelit pinggang sang gadis, kemudian menariknya mendekat.

"Merasa membutuhkan sesuatu, [Name]?" Karma berbisik persis di telinga sang kekasih, mengirim getaran antara geli bercampur risi dalam diri [Name]. "Katakan saja."

"Lepaskan aku, Karma," Berusaha untuk tidak terpancing, yang perempuan pun memukul bahu lelakinya. "Atau aku tidak akan memberimu kue bolu."

"Hmp, aku tidak butuh kue bolu." Karma dengan gesit mendorong [Name] ke meja, membuat gadis itu tersudut di sana dengan posisi kedua tangan tertahan di atas kepala. Seringainya makin lebar, dengan sengaja mendekatkan wajah agar kekasihnya gelagapan. "Kau saja sudah cukup manis."

Andaikan situasinya lebih baik, [Name] pasti sudah berpura-pura muntah—berlagak muak dengan kalimat Karma barusan. Akan tetapi, dalam posisi seperti ini, ia merasa terintimidasi; belum lagi jarak wajah mereka berdua yang hanya terhitung sekian senti.

"Karma," panggilan keluar dari bibir [Name], diikuti dengan permintaan​, "lepaskan aku."

"Tidak. Aku tahu kau membutuhkan sesuatu," Kepala dengan helaian merah itu menggeleng. "Katakan padaku, apa itu? Aku akan memberikannya padamu."

Wajah [Name] memerah padam. Memangnya apa yang ia butuhkan? Apa yang ada di pikiran Karma sekarang?

Wajah mereka semakin dekat. [Name] memejamkan mata, bersiap menerima apapun yang terjadi, ketika Karma dengan nada lirih berbisik tepat di depan wajahnya,

"Telur, [Name]."

... Apa?

Mata [Name] langsung membuka lebar, diiringi gelak tawa puas dari Karma yang beringsut menjauh. Mengabaikan wajah syok sang kekasih yang ditinggal begitu saja di meja, Karma meraih kantong plastik hitam dari meja kecil di dekat dispenser.

"Ini telurmu," ucapnya, menyengir lebar dengan tangan terulur ke arah [Name]. "Aku tahu persediaan telur di kulkas sudah habis, padahal kau ingin membuat kue hari ini. Jadi tadi pagi aku membelinya. Ini yang kau butuhkan, kan, [Name]?"

Wajah [Name] memerah padam menahan malu, sementara Karma tertawa geli di seberangnya.

"KELUAR, AKABANE KARMA!"

"Baik, baik—hei, kau tidak perlu mengacungkan telurnya seperti itu, nanti bisa pecah—BAIK, AKU KELUAR, [NAME]!"

Akhir pekan mereka pun menjadi heboh akibat kejailan Karma, beserta [Name] yang kesal bukan main gara-gara ulah kekasihnya.

***
E;
egg, END.

« 190502 »

First Collaboration: AlphabetWhere stories live. Discover now