F

226 31 3
                                    


• Foto •

Akashi x Reader
[Kuroko no Basket]

Writter; RaeuCh

***

Akashi Seijuro nampak berusaha menahan senyum pada wajah ketika melihat hasil jepretan kamera berisi sosok wanita yang selama ini berhasil menempati tempat istimewa dalam hatinya. Jari bergerak menggeser satu per satu foto dengan model yang sama namun dengan pose yang berbeda.

Kedua pipi perlahan menghangat saat salah satu foto mampu menarik perhatiannya, masih dengan sosok yang sama, namun aura di sekitarnya terasa berbeda. Surai [Hair Colour] terlihat berkilau akibat siraman cahaya mentari kala sore menyingsing, berkibar lembut mengikuti arah angin membawa sehingga menampilkan efek yang luar biasa bagi pemotret. Dress putih gading sepanjang lutut membalut tubuh mungil sang model yang turut berkibar terbawa angin, kaki polos tanpa alas menginjak tumpukan pasir halus sebagai tanda latar sedang berada dalam suasana khas pantai di sore hari. Kurva lebar yang terlukis tanpa adanya ekspresi selain bahagia dan gembira pun tak luput dari pengamatan sang surai merah, senyum yang selama ini mampu menenggelamkan dirinya dalam pesona sang gadis, secara tak sadar menularkan rasa bahagia ke dalam diri dengan bukti senyum serupa yang terlihat lebih lebar kini tengah bergantung hangat pada belah bibir.

Jari kembali menekan tombol geser, berkeinginan untuk melihat foto lain berisi sosok gadis pujaan, aksi menggeser terhenti kala netra serupa dengan surai menatap dalam ke arah fokus hasil jepretan dengan data bertanggal tiga tahun lalu, waktu yang bertepatan dengan hari kelulusan mereka berdua dari universitas. Semakin banyak memutar peristiwa manis dalam benak seiring tatapan menganalisis seluruh bagian foto.

Model gadis yang sama sedang berdiri menyamping dari arah kamera, berbinar menatap helai kelopak sakura yang menandakan musim semi telah dimulai bersamaan dengan hari kelulusan mereka. Pakaian casual menyelimuti tubuh mungilnya; kaus turttle neck terusan hingga di bawah lutut sewarna kulit cream dengan dalaman putih pucat. Rambut [Hair Colour] yang diikat sedemikian rupa turut melengkapi pesona sang gadis.

"Nee, Sei, bisakah kau- WA! APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Teriakan seorang gadis mengudara kala netra menyadari eksistensi benda kotak bernama kamera sedang berhadap ke arahnya. Dengan cepat ia berusaha menggapai tinggi objek yang kini tengah terangkat ke atas sehingga tangan tak mampu menjangkau, pelaku pemotretan hanya memberikan respon kekehan tertahan dalam leher.

"Memotretmu tentu saja."

"Kenapa kau lakukan?!"

"Salah?"

"Ti-tidak salah sih ... Tapi tetap saja memotret diam-diam itu melanggar hak privasi seseorang tahu."

"Tetap saja kau terlihat cantik di sini- tapi aku heran, kapan ekspresi jelekmu itu terlihat, sih? Tanganku lelah terus menunggunya muncul di wajahmu," canda sang pria sembari kedua tangan sibuk memeriksa hasil jepretan miliknya.

"Kau itu memuji atau menghinaku sih?! Huh! Menyebalkaaann!!"

"Hmph-~"

Tawa kecil meluncur mulus dari belah bibir, tanpa sadar ikut menertawakan kekonyolan yang pernah terjadi lewat keping memori.

Belum selesai nostalgia satu foto dihabiskan, jari tak sengaja menekan bagian jepretan selanjutnya; menampilkan sosok pujaan yang berdiri membelakangi kamera sehingga lensa hanya dapat mengambil bagian punggung. Tangan berpegang pada pagar pembatas, rambut yang biasa tampil rapi dengan bermacam gaya ikatan kini terlihat kusut dan berantakan, tak ada lagi ikatan dalam foto tersebut, hanya ada uraian penuh kekusutan. Seakan yang berada dalam fokus kamera tersebut bukanlah gadis yang sama dengan yang biasa sang lelaki potret. Senyum memudar perlahan, tergantikan oleh sorot sayu dan senyum penuh kehampaan. Hatinya mencelis kala memori kembali memutar kenangan beberapa bulan lalu.

First Collaboration: AlphabetDove le storie prendono vita. Scoprilo ora