BAGIAN 19

6.8K 296 2
                                    

ARAH pandangan penghuni kelas XII IPA 2 itu menatap Zafi yang berdiri diambang pintu kelas. Sementara Ivan dan Riko langsung menghampiri Zafi. Alka masih sibuk dengan handphonenya dibelakang kelas.

"Lo jadi laporin kita ke bu Atun, Zaf?" tanya Riko langsung. Ia menatap Zafi lamat-lamat, tidak sabar mendengar jawaban dari sohibnya itu.

Ivan mendengkus panjang. "Nggak asik lo ah, gitu aja pake lapor segala," timpal Ivan. Matanya kini memutar malas.

Zafi berkacak pinggang, "lo berdua nyamperin gue ke sini cuma mau ngomong kayak gitu doang?"

Tubuh Zafi menerobos diantara Ivan dan Riko, bahu mereka saling bertubrukan. Kedua cowok itu masih terpaku menatap Zafi yang sudah pergi ke bangkunya.

Alka dan Riko mengekori Zafi dari belakang dan mengambil duduk di depan Zafi. Cowok itu sedang mengambil laptop dari laci mejanya.

"Zaf, gue mau nonton juga dong!" seru Ivan, ia sudah tau apa yang akan Zafi tonton.

"Emang gue mau ngapain?" Zafi langsung  menatap Ivan.

"Alah nih abang sok menghindar lagi," ucap Ivan diiringi senyum sinis.

"Gue mau ngerjain tugas dari Bu Mifta, lo berdua juga belum buat kan? Sana buat! dua hari lagi dikumpulkan jangan lupa," perintah Zafi.

Riko memutar kepalanya menghadap ke Zafi, "emang Bu Mifta ngasih tugas apaan? Gue kok lupa," tanya Riko.

"Buat cerpen," lugas Zafi cepat, matanya yang berwarna cokelat terang masih terpaku menatap laptop itu.

"Oh iya, gue belum buat aduh. Buat apaan ya?" Riko berpikir sembari menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. 

Zafi mengendikkan bahunya. "Nggak tahu, terserah lo aja mau buat apaan. Kan bebas temanya."

"Gue bingung."

"Nggak bakal bingung kalo lo mikir. Buruan kerjain kalo lo nggak mau kena hukuman."

"Lo judulnya apa? Coba gue mau lihat."

"Ogah, entar lo plagiat!"

***

Bakso yang sudah dipesan beberapa menit yang lalu akhirnya telah sampai dimeja, Fio mengambil mangkuk satu persatu dan menyerahkannya kepada sahabatnya. Tidak lupa pula, jus jeruk yang menjadi pelengkap juga turut melengkapi meja yang kosong.

"Ret, tolong ambilin kecap dong," pekik Friska, Retta segera mengambil botol yang berada didekatnya. Cewek itu kemudian berterima kasih kepada Retta.

"Bakso gue rasanya hambar," ucap Karin, ia meletakkan garpu dan sendok ke mangkuk lagi.

Fio menyeruput jusnya, "lo belum kasih cuka sama sambel kali," gumam Fio, tangannya masih gesit memotong daging bakso.

"Udah, barusan."

"Lo belum masukkan saos kali, " tebak Retta pula.

Karin mendengus, "mata lo ada dimana? Lo nggak lihat kuah bakso gue udah berwarna merah gini?"  Karin bersungut-sungut.

"Ya nggak mungkin juga rasanya hambar, coba gue cobain sini." Friska sudah memegang mangkuk bakso milik Karin, namun tuan pemilik menepisnya dengan keras.

"Gue baru inget, kesayangan gue kan belum dimasukin. Gimana si lo bertiga, kenapa nggak ingetin gue?" teriak Karin.

Seketika Fio, Friska, dan Retta berhenti menyumpalkan bakso ke dalam mulutnya. Mereka melotot kepada Karin.

Zafio (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang