JURNAL HARIAN

68 5 0
                                    

Bismillaahirohmaanirrohiim...

I'm back! Kali ini aku hadir dengan cerita baru, yang mudah-mudahan seru, ya!!! Aku pribadi, sih, suka sama ide ceritanya.

5% Ekspektasi, 95% Imajinasi.

Hahaha, so, ya, hope you enjoy this story!

Siap?

Siap?

Komen yang banyak ya!

Here we go!

Selamat membaca!

"Makasih, ya, sekali lagi." Aku tersenyum seraya berdiri setelah berjabat tangan dengannya.

Dia ikut berdiri kemudian mengangguk sekali. "Sama-sama lho. Oh iya, maaf juga ya, gara-gara aku, kamu jadi keseret masalah pribadiku," katanya dengan tampang yang merasa bersalah.

Aku tersenyum menanggapinya. "Ah, nggak apa. Itu udah risiko dari kegiatan ini, udah biasa kok. Udah, nggak usah merasa bersalah gitu."

"Makasih ya, kamu udah mengerti. Ya maklumin aja, pacar aku emang agak posesif gitu," jelasnya untuk yang kesekian kali.

Aku tersenyum saja. Jujur, aku tidak mau lagi mengingat-ingat kejadian kemarin. Saat aku sedang menjalankan tugasku sebagai jurnalis di sekolah. Saat itu memang nggak terprediksikan olehku sebelumnya.

"Ya udah, aku permisi ya," pamitku saat selesai membereskan peralatan yang menunjang kegiatanku sebagai jurnalis.

Tama, yang nama lengkapnya Utamakan keselamatan. Nggak deng, becanda. Namanya Utama Romizainalukmanulhakim. Ribet? Iya, emang! Ini serius lho, namanya emang seribet itu. Saat aku menerima tugas untuk mengikuti aktivitasnya sebagai bahan untuk artikel mading, aku terlebih dahulu diberi data dirinya. Di dalam profil itu tertulis nama, tempat dan tanggal lahir, prestasi yang pernah diraih selama di sekolah, dan nama-nama akun media sosialnya.

Ketika pertama kali aku membaca namanya, aku langsung mengernyitkan dahi. Ini serius nih? Nggak typo kan? Atau spasinya nggak keketik? Atau gimana? Saat kutanyakan ke tim kreatif—yang bertugas mengusulkan ide untuk kemakmuran mading—mereka bilang, bahwa memang namanya tanpa spasi seperti yang sudah mereka tuliskan di data diri tersebut.

Aku baru pertama kali, sih, dengar orang yang namanya seribet itu. Ya sudahlah, daripada memikirkan namanya yang berbelit-belit, saat itu aku langsung menyiapkan hal-hal yang diperlukan. Seperti pertanyaan, jadwal wawancara, dan hal teknis lainnya. Data diri narasumber yang aku dapatkan harus kumaksimakan untuk artikel yang akan kubuat dan nantinya akan dipajang di mading sekolah.

Oh iya, aku belum cerita mengenai diriku sendiri ya? Namaku Utari Septira. Yang udah kenal lama sama aku, biasanya manggil aku Riri. Tapi kalo yang baru kenal biasanya manggil aku Tari. Ya seputar situlah, sampai sekarang belum ada yang panggil aku di luar zona nama UTARI. Ya paling aneh sih, pas SD pernah dipanggil Uut. But, please, deh, aku nggak mau disamaain kayak nama panggilan orang lain.Apalagi orang itu udah terkenal, nanti disangkanya aku melanggar hak cipta. Hehehe, bercanda.

Kalau aku bilang bahwa aku lahir bulan April, ya kalian nggak akan percaya. Argumen yang paling kuat adalah sebab namaku Utari Septira. Septira, September. Septira, April—jauh banget. Jadi, aku iyain aja, aku lahir bulan September. Puas kamu?

Saat ini aku kelas sebelas. Aku sekolah di SMA Budi Pekerti, di kota Tasikmalaya. Aku mengikuti ekstrakurikuler jurnalis. Ekskul ini yang mengurusi segala hal yang berkaitan dengan mading sekolah. Sekolahku memang terkenal dengan madingnya, sudah beberapa kali mendapatkan penghargaan sebagai mading terbaik se-kota Tasikmalaya untuk tingkat SMA/SMK/sederajat.

Jurnal Harian (Sudah Diterbitkan)Where stories live. Discover now