Extra - Lebih Menarik dari Langit

386 48 6
                                    

A/N : Ah.. nanti ada kok lanjutannya.. Plotnya masih belum solid tapi. Huhu Keasikan lanjut cerita yang lain. Orz

Anyway, ini sebenernya dibuat untuk menyambut Hujan Meteor di akhir April kemarin.. Tapi ya udahlah ya.. T^T

shintalucu semangat ujiannya! XD

****

"Kak Arthit." Kongphob memanggil kakak kesayangannya itu yang baru saja keluar dari tempat kostnya di Amphawa. Ia lambaikan tangannya dan menegakkan diri dari kap mobil, agar Kak Arthit bisa lebih jelas melihatnya. Ada senyum yang merekah ketika mulut Kak Arthit menganga, kehabisan kata karena Kongphob tahu-tahu sudah ada di sana, tanpa memberitahu.

"Kongphob!" Kak Arthit buru-buru mendekati. Wajahnya masih seperti tidak percaya kalau Kongphob ada di depannya. "Kok kamu ke sini nggak bilang-bilang?!"

Kongphob hanya membalas dengan cengiran. Sebelum kepalanya dipukul, buru-buru ia menambahkan. "Ya kan surprise, Kak. Kakak sendiri yang janji mau pergi denganku." Ia juga tidak lupa mengerucutkan bibirnya dan memberikan puppy-eyed look buat Kak Arthit. Biar dia luluh.

Kak Arthit hanya memutar bola matanya, sepertinya tampang itu mulai tidak mempan. Kongphob harus berpikir cara lain agar bisa meluluhkan Kak Arthit. "Ya tapi kan bagusnya bilang dulu. Gimana kalau ternyata aku ada acara?"

"Ah, itu.. aku udah tanya Bang Knot. Katanya kalian free untuk weekend ini." Kongphob memberikan senyum manis tanpa rasa bersalah pada pacarnya itu.

Oh. Pacar.. hati Kongphob semakin berbunga-bunga hanya karena satu kata itu. Bahkan Kak Arthit yang sedang sumpah-serapah merutuki Bang Knot di hadapannya ini terlihat begitu imut sekarang.

"So? Mau kemana kita?" Kak Arthit bertanya setelah puas memarahi Bang Knot lewat pesannya. "Aku belum sarapan nih. Pagi banget kamu datangnya."

"Sarapan di jalan aja gimana? Aku juga belum makan." Pinta Kongphob. "Dan bawa baju ganti. Aku mau bawa kakak ke satu tempat. Kita nginap semalam."

----

Ada yang sedang cemberut di sebelahnya, menatapnya penuh dengan kecurigaan saat Kongphob tengah mengemudi dengan santai. "Masih jauh?" kata si pemilik wajah yang cemberut dan curiga itu.

"Sabar, Kak.. bentar lagi sampai. Janji."

"Aku udah bosen~"

"Sebentar lagi.."

"Kamu daritadi bilangnya sebentar lagi! Ini rumah-rumah udah pada jarang tahu! Mau kamu bawa kemana aku, hah?!" Kali ini sebuah pukulan pelan mendarat di bahu. Tapi tetap saja Kongphob tidak menggubris.

Deretan rumah-rumah memang sudah mulai berkurang, tergantikan dengan jejeran pohon yang tinggi menjulang. Suhu udara di luar juga semakin dingin. Kak Arthit memang tidak tahu, Kongphob ingin mengajaknya ke villa di perkebunan milik keluarga.

"Sebentar lagi. Aku kan udah bilang, aku mau ajak ke tempat yang bagus buat foto."

"Ya tapi kan nggak harus sejauh ini.." bibir Kak Arthit mengerucut. Kongphob jadi takut kalau-kalau ekspresi pacarnya itu bisa permanen setelah ini. Mereka memang sudah cukup lama di perjalanan, dan wajar Kak Arthit mulai kehabisan sabar. Tapi demi malam ini, Kongphob rela Kak Arthit melakukan apa pun padanya.

Untunglah gerbang menuju perkebunan sudah di depan mata. Kongphob dengan cekatan mengganti gigi dan memelankan mobil, berhenti tepat di samping pos satpam dimana seorang penjaga langsung menghampiri.

"Oh.. Den Kongphob. Mari masuk, villanya udah siap." Pak Penjaga tersenyum ramah begitu melihat wajahnya, dan langsung menyuruh temannya menaikkan palang.

[BAHASA] Bukan Logika - FanfiksiKde žijí příběhy. Začni objevovat