Bab 1 - Kenzie A. Dirgama

18.4K 1.8K 190
                                    

Note :
⚠️ Wajib vote dan Comment kalau bisa share!!
⚠️ Dilarang menjadi silent readers!!
⚠️ Gak suka, boleh tinggalkan cerita 😌

Happy Reading... ❤️

~~~•~~~

Pintu utama rumah megah itu terbuka, langkah kaki berbalut sepatu converse dan celana abu-abu itu memasuki rumah. Mata biru terangnya menatap kesegala sisi rumah, terasa begitu sunyi Ken bisa menjamin jika adik-adiknya belum pulang les dan Ayahnya masih berada di tempat kerja. Lalu, dimana Bundanya?

Membawa langkah menuju dapur, Ken kemudian melepas tas sekolahnya dan menyimpannya di atas meja makan sembarang. Berjalan kearah kulkas, Ken mengambil sebotol air mineral dingin yang segera ia teguk langsung dari botol. Meneguk rakus, setelah dahaganya hilang Ken kemudian menutup pintu kulkas yang sempat ia gunakan sebagai pendingin tubuh dan menyimpan botol bekasnya di atas kitchen set.

Tak melihat tanda-tanda keberadaan orang-orang, akhinya Ken memutuskan utuk naik ke lantai atas di aman kamarnya berada. Berjalan menaiki tangga, jejeran potret keluarga terpampang rapi di beberapa bagian dinding ruamah. Tak terkecuali potret adiknya dari bayi hingga sekarang, dan potret Ken semasa kecil.

Bisa di lihat jika dari sekian banyak foto Ken saat kecil di sana tidak ada satupun foto di mana Ken bayi atau baru saja di lahirkan, rata-rata saat ken berusia sekitar tiga tahunan. Ya, karena Ken berada dalam keluarga ini pun saat umurnya masih sekitar tiga tahun.

Ada hal yang sepertinya sudah menjadi rahasia umum jika Ken adalah anak angkat dari keluarga kaya raya dengan sosok ayah yang berwibawa dan di segani yang bahkan di beberapa tahun kebelakang merupakan mantan seorang ketua geng motor besar.

Ken merupakan anak yang berada di salah satu panti asuhan yang setiap bulannya mendapat bantuan dari geng motor yang saat itu di ketuai Ayahnya. Ayahnya pun sering berkunjung, ya meskipun memiliki wajah yang sangat datar. Ternyata Ayahnya bisa menarik simpati dan perhatian dari anak panti, tanpa terkecuali Ken yang semasa itu di umurnya yang sangat kecil sangat mengagumi sosok lelaki baik yang setiap berkunjung membawakannya mainan dan makanan. Dan siapa sangka takdir barbaik hati mempertemukan ia dan Ayahnya juga Bundanya dan membuat mereka bisa bersama hingga detik ini.

Meski pun begitu, kasih sayang Ayah dan Bundanya tak berkurang sedikitpun walaupun di antara mereka sudah ada dua putra lain yang jelas merupakan anak kandung mereka. Yang bahkan dulu pernah Ken tolak keberadaanya karena Ken takut jika suatu saat nanti Ayah dan Bundanya sudah tak menyayanginya lagi, tapi berkat bujukan dan janji-janji yang Ayah dan Bundanya bahkan hingga Omah dan Opahnya katakan. Akhirnya Ken bisa menerima, dan bersyukurnya mereka semua menepati janji itu. Ken tidak di anak pungutkan atau bahkan tak mendapat kasih sayang, Ayah dan Bundanya sangat menyayanginya.

Mengganti pakaian setelah melepas sepatu dan tasnya lalu menyimpannya di tempat semula, Ken terlonjak saat pintu kamar tiba-tiba terbuka membuat lelaki itu hampir saja melempar ponsel yang baru saja ia pegang.

"Ah, Bundaaa..." Rengek Ken saat mengetahui siapa yang baru saja memasuki kamar.

Wanita cantik, dengan rambut kecoklatan yang di kuncir kuda dengan baju rumahan seadaanya tersenyum. Berjalan memasuki kamar dan menghampiri putranya, tangannya terangkat menyibak rambut coklat Ken yang menutupi keningnya.

"Udah pulang anak Bunda, gimana sekolahnya?"

Menarik kedua sudut bibirnya lebar-lebar, ini salah satu hal yang sangat Ken sukai saat pulang sekolah. Bundanya selalu menyambutnya dan menanyai apakah sekolahnya baik? Apakaah harinya bahagia? Perhatian sederhana yang selalu membuat Ken bahagia.

"Eeeem... menurut Bunda?"

Terkekeh, Bunda Airys mengusap lengan atas Ken. "kamu ini, Bunda tanya malah balik bertanya."

A Truth (New)Where stories live. Discover now