Bab 6 - Kegundahan Ken

13.5K 1.7K 376
                                    

Ken membuka matanya, meregangkan otot-ototnya di atas tempat tidur. Menatap sekelilingnya dan hari sudah gelap, Ken melirik jam digital di atas nakasnya yang kini udah menunjukan pukul delapan malam. Dan Ken sepertinya melewatkan makan malam bersama degan keluarganya.

Ken mendudukan tubuhnya, mengusak rambutnya lalu segera beranjak menuruni tempat tidur. Ken berjalan menuju jendela kamarnya dan menutup gorden kamar, setelahnya ia berbalik dan segera mengambil handuk untuk membersihkan tubuhnya.

Beberapa menit kemudian, Ken sudah selesai membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya. Ken berjalan keluar kamar, niatnya akan mencari makanan karena perutnya sudah berbunyi. Tapi, saat melewati kamar adiknya, Ken menghentikan langkahnya. Pintu kamar itu sedikit terbuka, membuat Ken bisa mengintip ke dalam. Terlihat gorden balkon kamar itu terbang tertiup angin pertanda pintu balkon terbuka.

Ken berpikir jika adiknya sudah tidur dan lupa menutup pintu balkon pun akhirnya memilih melangkah masuk, tapi tak ada sosok adiknya di atas tempat tidur. Membuat Ken melanjutkan langkahnya menuju balkon dan terlihat adiknya tengah duduk termenung di atas pembatas balkon.

"Dov," Panggil Ken.

Terdengar helaan napas kasar dari adiknya, "ngapain Lo ke sini?" tanya Aldov tanpa menatap membalikan tubuhnya.

"Lagi apa di luar? Ayo masuk, dingin." Ucap Ken kemudian.

"Keluar Lo, ini kamar gue!"

Ken terdiam sejenak, hingga kemudian memilih berjalan mendekati Adiknya dan menepuk pundak Adiknya pelan. Ken juga kemudian merangkul Aldov, tetapi rekasi Aldov tidak lah baik. Anak itu menggedikkan bahunya kasar membuat tangan Ken yang merangkulnya terlepas.

"Dov, Kakak mau tanya."

Aldov diam tak menjawab, jangankan menjawab bahkan anak itu hanya diam tak merespon sedikit pun. Aldov hanya menatap kearah depan.

"Kenapa Aldov benci banget sama Kakak? Apa Kakak punya salah sama Aldov?" tanya Ken kemudian dan hanya di jawab oleh suara nyaring jangkrik dari taman rumah.

Aldov acuh, tak memberikan jawaban apapun. Anak itu hanya diam dan abai akan pertanyaan Kakaknya, melihat itu Ken mencoba kembali merangkul Aldov.

"Kalau Kakak punya salah, Kakak minta maaf. Tapi tolong, jangan benci Kakak."

Aldov kembali menggedikkan bahunya kasar hingga membuat rangkulan Ken terlepas lagi, segera berbalik dan turun dari pembatas balkon. Berdiri di hadapan Ken, Aldov menatap Ken dengan kilatan mata tajam tepat di mata biru teduh itu.

"Lo mau tahu kesalahan, Lo?" Aldov membuang pandangannya sambil mendengus, menahan luapan emosi yang menguras kesadarannya untuk berbuat lebih. Tapi kemudian, Aldov kembali menatap Ken dengan mata berkaca-kaca.

"LO SALAH UDAH HADIR DI KELUARGA INI, LO ORANG LAIN DAN LO BUKAN SIAPA-SIAPA!" bentak Aldov dengan nada tingginya sambil menujuk-nunjuk leki yang lebih tinggi darinya itu menggunakan telunjuknya.

"Lo ngerebut semua yang gue dan Adik gue punya! Lo Cuma orang asing, TEMPAT LO BUKAN DI SINI BAJINGAN!" napas Aldov memburu, setetes demi setetes air matanya terjatuh. Wajahnya di penuhi emosi dan ketidak sukaan.

Ken hanya menatap Adiknya datar tanpa menyela, bahkan tak bereaksi apapun. Membiarkan Adiknya meluapkan semua emosi dan kebenciannya.

"Gue muak liat mereka perhatiin, Lo. Gue muak liat mereka bangga-bangain Lo seolah-olah Lo pangeran di keluarga ini. Sedang gue dan Adik gue?"

"Lo cuma anak pungut KENZIE, Lo anak pungut!"

Cukup! Sudah habis kesabaran Ken mendengar setiap penuturan Aldov, Ken tersenyum kemudian menganggukan kepalanya. Menatap Aldov lamat hingga kemudian Ken pergi begitu saja meningggalkan Aldov yang tengah membiarkan tangisnya pecah kembali, Aldov sudah dibutai rasa iri dan benci yang berujung melukai dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya terutama Ken.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 02, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A Truth (New)Where stories live. Discover now