🍬 Enam

660 6 2
                                    

Weekend. Hari yang paling ditunggu oleh semua orang dimana bisa bersantai dan berkumpul dengan keluarga masing-masing. Lain halnya dengan Anis, weekend kali ini sangatlah buruk baginya. Bagaimana tidak buruk, jika tiba-tiba Asta memberitahunya sudah ada di depan rumahnya dengan penampilan yang bisa membuat para kaum hawa meleleh-termasuk dirinya.

"Pak Asta ada perlu apa ya?" tanya Anis seraya mengajak Asta masuk ke dalam rumah.

"Saya mau ajak kamu jalan-jalan." jawab Asta.

"Jalan-jalan? Bapak gak salah ngajak saya?" ucap Anis heran.

"Jangan panggil saya Bapak kalau diluar kantor. Saya tidak terima penolakan lebih baik kamu siap-siap sekarang." ucap Asta sambil melihat jam ditangannya.

Anis yang mendengar jawaban Asta, hanya bisa memutar bola matanya. Asta tetaplah seorang pemaksa, "Iya pak eh Asta. Saya siap-siap dulu."

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya mereka berangkat dan menuju tempat yang sudah ditentukan oleh Asta, Dufan. Iya, Asta pertama kali mengajak seorang wanita ke tempat berbagai wahana seru itu. Dia sama sekali tidak mendapatkan waktu luang untuk sekedar jalan-jalan dan hanya fokus bekerja-work holic. Keajaiban jika sekarang Asta berada di tempat ini dengan seorang wanita yang sudah memikat dirinya saat pertama kali bertemu.

Anis mencoba menikmati jalan-jalannya dengan Asta. Walaupun Anis terlihat cuek dan jutek tapi jangan salah jika dia sangat menyukai wahana yang ada disini, dia terlihat seperti anak kecil saat menikmati berbagai wahana bahkan ia lupa jika seharusnya dia membenci Asta dengan sifat pemaksanya tapi biarkanlah untuk kali ini dia berterima kasih kepada atasannya itu.

"Terimakasih Asta." ucap Anis tulus sembari tersenyum manis.

Asta yang mendengar ucapan Anis segera menoleh dan tertegun saat melihat sebuah senyuman paling manis, "Untuk apa?"

"Untuk mengajak saya jalan-jalan. Saya sudah lama tidak berlibur dan menghibur diri sendiri." ucap Anis sendu.

"Kalau kamu mau, saya bisa mengajak kamu jalan-jalan setiap weekend. Saya akan lakukan apapun untuk kamu agar senyum manis kamu kembali." ucap Asta seraya mengelus lembut pipi Anis.

Anis yang menerima perlakuan tersebut dibuat terpaku. Ini kali pertama dia sedekat ini dengan pria. Jangankan mengelus pipinya, memegang tangannya saja sudah pasti Anis tolak. Tapi entah kenapa dengan Asta semua terasa berbeda bahkan jantungnya secara tidak sopan berdegup kencang. Apa dia jatuh cinta dengan Asta? Semudah inikah? Bahkan mereka belum ada satu bulan bertemu. Jatuh cinta memang tidak memandang berapa lama kamu mengenalnya, jika sudah jatuh kamu tidak bisa berbuat apalagi.

🍭🍭🍭

Setelah seharian bermain di Dufan, mereka melanjutkan jalan-jalannya dengan makan malam disebuah restoran mewah. Padahal Anis sudah menolak ajakan makan malam tersebut tapi tetap saja Asta tidak menerima penolakan. Sebenarnya Anis bingung dengan semua yang terjadi kepadanya beberapa hari terakhir, dengan Asta yang tiba-tiba mengklaim dirinya dan Asta yang tiba-tiba mengajak dirinya jalan-jalan. Dia harus meluruskan semua ini sebelum otaknya bertambah rumit dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa ia jawab.

"Hmm, Asta?" panggil Anis setelah beberapa menit kesunyian menghampiri mereka.

"Kenapa?" tanya Asta menaikkan salah satu alisnya.

"Kenapa kamu mengajak saya jalan-jalan dan waktu di kantor kamu mengklaim saya seperti itu?" tanya Anis penasaran.

Asta terdiam beberapa lama sebelum menjawab rasa penasaran wanita yang berada didepannya ini, "Kamu milik saya. Saya bisa melakukan apapun."

"Maksud saya bukan itu. Bisakah kamu menjelaskan secara jelas? Saya merasa ini semua terlalu mendadak."

Asta tersenyum tipis dan menggengam tangan Anis yang berada diatas meja, "Aku sudah tertarik dengan kamu saat pertama kali kita bertemu. Awalnya aku menganggap semua biasa saja tapi entah mengapa aku penasaran denganmu. Dan saat aku tau kamu ternyata karyawan di perusahaanku entah mengapa aku merasa sangat senang melebihi saat aku memenangkan tender. Awalnya aku ragu dengan perasaanku tapi aku juga tidak membohongi perasaanku, kalau aku sayang denganmu. Aku tidak pandai berbasa-basi dan aku tidak pandai memberi gombal atau rayuan. I want you to be mine, My Ala."

Oksigen. Iya, Anis sangat memerlukan oksigen untuk saat ini. Entah kenapa ia merasa sesak sekaligus bahagia saat mendengar penjelasan Asta. Anis yang mendengarnya merasa terharu dan berkaca-kaca, ia tidak pernah dekat dengan seorang pria seperti ini. Ia hanya menganggap semua teman tapi Asta tidak. Hati kecilnya memang tidak pernah berbohong jika dia sudah menyukai Asta tanpa ia sadari. Ia memang tidak memerlukan ucapan gombal atau apapun, ia hanya perlu keseriusan seorang pria dan Anis melihatnya saat Asta berbicara dengan lantang seraya menatap lekat matanya tanpa teralihkan. Dan untuk sekarang apa yang harus ia lakukan? Anis bingung dengan semua keadaan ini.

"Kamu tidak harus menjawab ya atau tidak. Karna kamu tetap menjadi milikku." ucap Asta.

Anis yang mendengar itu tiba-tiba menjadi kesal. Setelah tadi dia menjadi romantis tapi langsung berubah menjadi pemaksa. Sepertinya Anis harus terbiasa dengan semua sifat Asta.

Hayukk lanjut.

AlasthaWhere stories live. Discover now