🍬 Delapan

591 3 0
                                    

Terkejut. Mungkin itu yang bisa mendeskripsikan suasana untuk kali ini. Bagaimana tidak terkejut jika tahu temanmu sendiri berpacaran dengan atasanmu. Sungguh kali ini ia tidak percaya, tetapi ia juga merasa bahagia. Temannya itu akhirnya bisa jatuh cinta dan tidak cuek lagi terutama kepada pria. Ia harus menuntut penjelasan sedetail mungkin.

"Oke lo utang cerita sama gue. Pokoknya lo jelasin semuanya." kepo Devi.

"Iya..ya gue bakal jelasin semua asal lo ga bocorin ini semua."

Akhirnya, Anis menceritakan semua kejadian yang dia alami dengan atasannya itu. Sampai puncaknya, dia yang mendengar pengakuan dan keseriusan Asta. Oke, kalian bisa bayangin gimana ekspresi Devi.

"OEMJI ANISSS!! GUE YANG DENGER KENAPA DAG DIG DUG GINI. PLEASE, LO BERUNTUNG BANGET." teriak Devi setelah mendengar penjelasan Anis.

Anis yang mendengar teriakan Devi langsung menutup telinga, "Lo bisa ga sih gak usah teriak. Budeg nih entar gue."

"Ya maaf, abisnya gue seneng banget sumpah." ucap Devi sambil memeluk Anis saking senangnya.

"Udah ah, gue mau lanjut kerja aja. Lo gak usah ganggu gue." usir Anis yang langsung membuat Devi pergi sebelum macan cantik tersebut mengamuk.

🍭🍭🍭

Seperti hari-hari sebelumnya, Asta akan mengantar Anis pulang tapi untuk hari ini sepertinya ia harus mengajak Anis untuk lembur menemaninya. Ia tidak mau Anis pulang sendiri ataupun memesen taksi dan sebagainya.

"Kamu temenin aku lembur ya hari ini." ucap Asta sambil menggandeng tangan Anis menuju ruangannya.

"Aku kan bisa pulang sendiri As, gak harus ikut kamu lembur gini." tolak Anis.

Asta langsung menghadap Anis sambil memegang kedua bahu wanitanya ini, "Aku gak biarin kamu pulang sendiri."

Setelah Asta bicara seperti itu, mau tidak mau Anis menurutinya. Susah punya pacar posesif. Mereka segera menuju ruangan Asta dan setelah sampai, Asta langsung bergelut dengan pekerjaannya sedangkan Anis hanya duduk diam sambil bermain handphone. Membosankan.

"Kamu kalo ngantuk bisa tidur dulu sayang." ucap Asta tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas tersebut.

Anis yang mendengar ucapan sayang dari Asta tiba-tiba saja merasa hawa diruangan tersebut panas, padahal sudah sering kali Asta memanggilnya dengan kata sayang tetapi tetap saja efek buat dirinya tidak bisa hilang. Anis tidak menjawab, ia malah diam saja sambil memegang kedua pipinya yang memerah.

Asta yang tidak mendapat jawaban dari Anis segera mengalihkan perhatiannya, ia kira Anis sudah tertidur ternyata wanitanya itu sedang memegang kedua pipinya. Asta tahu Anis sedang salting setiap dia memanggil sayang. Lucu, itu yang ada dipikiran Asta. Bisa-bisa ia membawa Anis pulang dan tidak memperbolehkan Anis keluar kamar.

Sekian lama memperhatikan Anis, Asta segera menghampiri Anis dan langsung duduk dihadapan Anis sambil berjongkok untuk memandang wajah wanitanya yang lucu ini.

"Kamu kenapa megang pipimu? Itu juga kenapa merah banget pipimu?" goda Asta.

"Ah..enggak kenapa. Kamu lanjut aja sana kerjanya." ucap Anis mengalihkan pandangannya.

"Aku mau liat kamu sayang, kangen hehe."

"Kangen apasih. Kan udah sering ketemu."

"Ketemu cuma makan siang, itu sebentar tau." ucap Asta sambil memeluk Anis.

"Ih lepas gak. Kamu kerja sana."

"Bentar aja yang, emang kamu gakmau aku peluk?" ucap Asta sambil memandang wajah Anis dari dekat.

Anis yang merasa wajah Asta berada sangat dekat merasa pipinya semakin memerah dan panas. Ya Tuhan, ini apaan sih? Kenapa jadi degdegan gini. Duh, jangan buat dia tau pikiranku udah kemana-mana.

"Bu..bukan gitu As. Tapi kan kamu lagi banyak kerjaan, biar cepet kelar terus kita bisa pulang cepet."

"Oke." ucap Asta dingin.

Huh, Anis paling benci jika sifat Asta yang dingin itu keluar. Ia kan berkata seperti itu agar mereka tidak terlalu berdekatan dengan jarak seintim itu. Bisa-bisa jantungnya lepas dari tempatnya. Dan sekarang Asta pasti ngambek dengannya, pria itu walaupun dingin, posesif tetap saja manja jika dengannya. Oke sekarang waktunya Anis berpikir untuk membuat Asta tidak ngambek lagi. Setelah berpikir lama, ia menemukan jalan keluar tapi ia ragu untuk menjalankannya. Ragu karna takut Asta akan marah atau malah semakin ngambek.

"Hmm, Asta?" panggil Anis dan tentunya tidak ada jawaban. Hening.

"Asta, kamu marah sama aku?" coba Anis lagi sambil mendekati meja Asta dan diam berdiri di sampingnya.

Hening. Asta benar-benar mengabaikan Anis. Asta pasti salah paham, mau tidak mau ia harus menggunakan caranya. Anis perlahan mendekati Asta dan memeluk Asta dari samping. Bisa Anis rasakan tubuh Asta menegang.

"Aku minta maaf, bukannya aku gakmau deket-deket sama kamu. Aku cuma masih grogi tau kalo kamu meluk aku seintim itu." jelas Anis dengan menenggelamkan wajahnya, ia sudah malu sekali dengan melakukan hal seperti ini. Bukan Anis banget.

Dan tanpa diduga, Asta langsung mengambil wajah Anis dan cup. Iya, Asta mencium Anis karna saking gemasnya. Ia tidak bisa menahan lagi, rasanya ia mau mengabaikan Anis jika akan seperti ini.


Lanjut yuk.

Maaf lama tidak update ☺

AlasthaWhere stories live. Discover now