13. Fucked Up

4.6K 116 3
                                    

"Sebelum membaca, absen dulu disini!"

Tolong penuhi komentar di setiap paragraf. Juga vote yang gratis di pojok kiri bawah. Don't be siders. Kalau kalian aktif, aku juga akan aktif update.

• Selamat Membaca •

•••

"Tunangan? Lo emang nggak tau, Jem?" Pertanyaan itu adalah pembuka percakapan antara tiga cewek yang saat ini masih memakai seragam sekolahnya.

Mereka bertiga-Arini, Jemi, dan Elena-saat ini sedang berada di kamar kosannya Arini. Seperti biasa, semenjak kandungan Arini semakin bertambah, berkumpul bertiga di kosan Arini sudah menjadi kegiatan rutinitas mereka.

Takut Arini kenapa-napa, nanti Arini ngidam siapa yang mau mewujudkan rasa ngidamnya? Mereka 'kan, mau menjadi aunty yang baik sebelum keponakan mereka lahir. Setidaknya itu kata mereka berdua saat itu. Arini hanya tertawa mendengarnya.

Arini pun tentu saja senang dibuatnya. Apalagi sejak terakhir pertemuannya dengan Ragaz, juga sejak terakhir kali mereka berdua berhubungan intim, serta perdebatan panas itu, sejak saat itu lah Ragaz tak pernah lagi menghubunginya.

Cowok brengsek itu benar-benar seperti sudah memutuskan hubungan dengannya. Seolah sudah bosan bersama dengan Arini.

Tapi berita yang didengarnya tadi di sekolah, jelas banyak mengusik pikiran Arini. Entahlah, mau bagaimana pun Ragaz tetap Ayah dari bayi yang dikandungnya. Ragaz pernah menjadi salah satu alasan Arini bahagia hidup di dunia. Rasanya tetap menyakitkan walaupun Arini sudah tak lagi memiliki perasaan pada cowok itu.

"Ragaz sudah bertunangan dengan anak kelas sepuluh."

Wah, Arini bahkan hampir menangis mendengarnya. Perasaannya sebagai ibu hamil mengambil banyak peran dari pada pikiran yang seharusnya tidak perlu lagi memikirkan apapun tentang cowok brengsek itu.

Arini merasa dibuang.

Setelah hal paling berharga yang dimiliki setiap perempuan termasuk dirinya, sudah habis tak bersisa.

Direnggut oleh cowok tak bertanggung jawab.

Lagi, Arini merasa kotor, juga tak berharga.

Dan, rusak.

Semua itu mengambil alih pikirannya, membuat perasaannya yang sudah sensitif, semakin sensitif.

"Sumpah, gue nggak tau. Gue rasa keluarga gue juga nggak tau, deh. Tapi nggak tau ya, kalau nyokap sama bokap gue," jawab Jemi mengangkat bahunya.

"Rin? Lo nangis? Kenapa anjir?" celetuk Jemi tiba-tiba. Cewek itu menatap khawatir pada Arini yang bahkan kini menatap bingung melihat Jemi.

"Hah? Apaan, nggak!" ucap Arini bingung.

"Itu. Lo keluar air mata, weh," balas Jemi menunjuk pipi Arini. Elena mengangguk mendengar ucapan Jemi.

Arini tertegun ditempatnya saat tangannya yang mengusap pipinya terasa basah. Benar, Arini tanpa sadar menangis saat memikirkan hal-hal tadi.

"Lo kenapa? Ada yang sakit perut lo?" tanya Elena hati-hati. Tangan cewek itu menggenggam tangan Arini yang lain, mengelusnya dengan pelan.

RAGAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang