•02° Si Arogan - A••••

54.3K 2.9K 234
                                    

T E K A N B I N T A N G
V O T E S
••••••

Hingga kini, belum bisa kutemukan rumah yang bisa kusinggahi sebagai tempat bernaung.

Sekian waktu mencari, aku sadari telah membuang banyak waktu berarti.

Terlintas pemikiran,
jika tak kutemukan rumah itu, maka sudah saatnya aku sendiri yang membangunnya.

Mendirikan sebuah rumah untuk tempatku berlindung kelak.

••••••••••

Rahma merasakan bagian bawah tubuhnya terasa berdenyut gatal. Ingin segera dimasuki. Entah perasaan apa itu. Ia seperti sedang dirasuki arwah hantu jalang yang haus belaian. Dirinya terus menggeliatkan tubuhnya, sedangkan laki-laki yang menjanjikan kenikmatan duniawi itu tak kunjung memuaskannya.

"Mmhh Mas..." panggilnya setengah mendesah. Reyhan hanya menggesek-gesekkan miliknya di daerah sekitar kewaniataan Rahma.

"Mas sayang kamu, Rahma." Lalu laki-laki itu menjauhkan dirinya terutama miliknya yang sudah sepenuhnya menegang.

Reyhan tidak bisa melakukannya karena beberapa hal yang membuatnya bimbang.

Rahma menatap Reyhan dengan tatapan tidak percaya. Tadi, laki-laki itu yang seperti menginginkannya. Sekarang, laki-laki itu juga yang mencampakkannya. Reyhan merapikan diri, membenarkan pakaiannya yang sempat lusuh. Juga membetulkan letak celananya.

"Mas Reyhan..."

Tidak jadi, ya? pikir Rahma dalam hati. Mungkin, Reyhan sudah sadar jika Rahma bukanlah orang yang tepat untuk dijadikan kekasihnya.

"Mas tidak bawa kondom," bisa saja Reyhan mengeluarkannya di luar. Hanya saja ia takut kebablasan.

"Kon-dom?" ulang Rahma tidak mengerti.

"Alat pengaman agar kamu tidak hamil," jelas Reyhan. "Lain kali akan kita lakukan."

Rahma segera turun dari atas meja dan berganti merapikan baju tidurnya yang sempat dikoyak sedemikian rupa oleh Reyhan. Laki-laki itu ikut membantu Rahma sedikit berbenah diri.

"Kembalilah ke kamar. Kamu butuh istirahat."

Rahma mengangguk lalu melangkah menuju pintu, sebelum membuka pintu itu ia bertanya pada Reyhan. "Ehm, bagaimana dengan perjanjian kita? Kita... gagal berhubungan..."

"Perjanjiannya tetap berlangsung," potong Reyhan cepat. "Kita bicarakan besok lagi."

"Ah, iya." Rahma menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Ia masih berdiri di sana, tak berniat keluar dari gudang.

"Ada lagi yang ingin kamu tanyakan?"

"Ibuku... ibuku pasti tidak mengizinkanku untuk sekolah," rasanya percuma ia menjual diri kalau Marni tak mengizinkannya menempuh pendidikan.

"Serahkan semuanya padaku. Dan cepatlah kembali ke kamarmu."

"Ba-baik, Tuan. Eh, Mas Reyhan." Rahma langsung membuka pintu gudang lalu bergegas menuju rumah kecil yang ada di belakang istana itu.

••••••••••

"Ada apa, Tuan memanggil saya? Apa saya melakukan kesalahan?" kaki Marni sedikit bergetar memasuki ruang kerja Reyhan.

Tadi dirinya dibuat terkejut ketika sedang menjemur pakaian tiba-tiba dipanggil oleh sopir Reyhan dan mengatakan bahwa majikannya ingin menemui dirinya. Hanya ada dua kemungkinan yang biasa terjadi jika para pembantu dipanggil langsung ke ruangan Reyhan. Pertama ada yang melakukan kesalahan fatal hingga berujung pemecatan dan kedua adalah karena hal yang sama, tapi tidak sampai dipecat.

R2•Where stories live. Discover now