Berdamai

2.4K 121 8
                                    

Wajah Anzel terlihat ceria pagi ini. Ia melangkahkan kakinya dengan perasaan senang. Anzel memasuki area sekolah dengan senyum yang selalu menghiasi wajah cantiknya. Tak jarang pujian ia dapat dari teman, kakak kelas dan adik kelasnya. Predikat primadona yang melekat padanya membuatnya harus bersikap ramah.

Anzel menyusuri halaman sekolah, hari ini ia tidak akan mendapatkan hukuman karena terlambat. Saat Anzel tengah asik dengan pikirannya tiba-tiba saja ada yang menepuk pundaknya.

"Dimas," ucap Anzel tersenyum ramah.

"Kok sendirian? Biasanya lo sama Gevan." tanya Dimas basa-basi.

"Oh itu, si Gevan gue tinggal kelamaan kalo nunggu dia."

"Ke kelas bareng boleh?"

"Kita kan gak sekelas kalo lo lupa," kata Anzel dengan santai membuat Dimas tersenyum malu.

"Hehehe, itu gue anterin lo maksudnya." Dimas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Emm, lo gak keberatankan ya gue antar?"

"Boleh aja kok santai," Anzel tersenyum menatap Dimas. Dimas yang mendapat senyum manis itu pun makin semangat melancarkan jurus-jurus PDKT pada Anzel. Ini adalah kesempatan untuknya mendapatkan hati Anzel.

Mereka berjalan dengan santai menuju kelas Anzel. Lama mereka terdiam hingga Dimas memecah keterdiaman itu. "Lo lagi deket ya Zel sama Radit?" Dimas sedikit ragu saat menanyakan itu takut Anzel merasa tidak nyaman dan ia di sangka kepo pada kehidupan Anzel.

"Emm, gimana ya? Gue cuma teman kok sama kak Radit," jawab Anzel seadanya.

"Oh, gue kira lo pacaran sama dia. Soalnya gue sering liat lo di antar jemput sama dia kapan hari itu."

"Kita cuma teman. Dia nawarin gue tumpangan buat pulang sama berangkat sekolah karena gue gak enak buat nolak ya gue iya in aja." Anzel memang tidak tegaan untuk menolak ajakan seseorang terlebih orang itu sangat baik padanya.

"Kalo gitu nanti kalo lo balik gue antar lo mau gak?" Tanya Dimas memulai jurus PDKT nya.

Ehemm!!!

Dehaman keras dari belakang membuat Anzel dan Dimas menoleh ke belakang. Anzel melotot melihat siapa yang tengah ada di belakangnya. "Lo! ngapain lo di belakang gue?" Tanya Anzel pada seseorang yang tidak lain dan tidak bukan adalah Theo.

Theo menatap Anzel tajam seolah melarangnya untuk genit dengan pria lain. Hello! Kenapa sikap Theo tiba-tiba jadi sok peduli begini. "Gue pinjem Anzel nya bentar ya, Dim. Ada urusan." belum sempat Anzel protes tanpa babibu Theo mengajak Anzel pergi begitu saja dengannya. Anzel menoleh kebelakang menatap Dimas sambil mengatakan maaf ya pada Dimas.

Dimas merasa dongkol luar biasa baru saja ia akan melancarkan aksinya untuk mendekati sang pujaan hati, belum sampai setengah jalan sudah gagal gara-gara Theo yang pasalnya memiliki potensi besar menjadi pesaingnya untuk mendapatkan Anzel.

◾◾◾◾

Anzel berjalan dengan napas tersengal-sengal tidak sadarkan Theo jika dia itu memiliki badan yang tinggi menjulang, sedangkan Anzel hanya gadis mungil dengan tinggi 155 cm. Astaga! Anzel itu diseret, catat ya diseret bukan di gandeng. Anzel bahkan sangat kewalahan menyamakan langkah mininya dengan langkah super lebar Theo.

Dengan keras Anzel menyentak tangannya dari genggaman Theo. Anzel mengusap tangannya yang terlihat merah karena genggaman Theo yang cukup kuat.

"Astaga lo itu sebenernya kenapa sih hah? Lo itu niat gandeng tangan gue apa nyeret gue? Gila lo ya! Gak sadar apa kalo langkah lo itu kelebaran, capek gue tuh ngimbangin langkah lo yang kelewat lebar. Lagian lo itu mau ngomong apa sih? Kalo lo mau ngomong mah ngomong aja gak usah pakek seret-seret gue segala. Pegel tau lah, lo mah jadi cowok gak ada pekanya apa ya?" omel Anzel panjang lebar menumpahkan kekesalannya.

GAMERS VS PLAYGIRL (TAMAT)Where stories live. Discover now