Epilog

1.1K 55 3
                                    

Happy reading!!!

I love you!!!!

--------------

Ancol, 11.25 pm~~

Angin malam yang semakin kencang menerpa wajah Anzel yang tengah menikmati udara pantai di malam hari. Ia duduk sendiri di tepi pantai dengan memeluk kedua lututnya menatap gelapnya malam dengan iringan deru ombak yang saling beradu.

Rindu, itulah yang Anzel rasakan saat ini. Anzel menatap ribuan bintang yang ada di atasnya. Apa Mama ada di antara mereka? Kata orang bintang adalah jiwa-jiwa mereka yang sudah pergi meninggalkan dunia. Jika memang benar, Mamanya pasti ada di antara mereka bukan.

"Mama Anzel rindu," ucap Anzel menatap luasnya hamparan langit penuh bintang itu.

Deru ombak masih saling beradu. Sepertinya laut sedang pasang karena semakin lama deru ombak semakin terasa mendekat.

Dari kejauhan Theo melihat Anzel yang tengah duduk sendirian. Waktu memang sebentar lagi menunjukkan tengah malam. Theo melihat teman-temannya yang sudah tertidur di alas yang mereka gelar, di antara mereka hanya tinggal Kenzo dan Yuki yang masih terjaga. Kenzo tengah mengobrol berdua dengan Yuki, entah apa yang mereka bicarakan namun sepertinya itu hal serius.

Para orang tua sudah kembali ke hotel karena hari memang sudah malam dan efek kelelahan semakin membuat mereka merasa mengantuk. Mungkin nanti Theo akan membangunkan teman-temannya untuk kembali ke hotel.

Theo duduk di samping Anzel yang masih berdiam diri. Mereka hanya berdiam diri menikmati angin malam.

"Masih marah?" Tanya Theo setelah cukup lama mereka saling berdiam diri.

Anzel menatap Theo menyipit. Anzel masih kesal dengan Theo karena kejadian tadi hingga ia hanya diam membisu tanpa mengatakan apapun.

"Kenapa diam?" Tanyanya lagi.

"Kamu siapa ya?" Tanya Anzel dengan nada ketus.

Theo terkekeh melihat respon Anzel. Ah, rupanya kemarahan gadis itu masih ada.

"Pacar kamu kalo lupa," jawab Theo kalem.

"Emang aku punya pacar? Punya pacar kok berasa gak punya pacar ya,"

Theo sadar Anzel tengah menyindir dirinya memang Theo jarang sekali bertingkah romantis dengan gadis itu. Ia terkesan cuek walau selalu mengawasi gadis itu dalam diam.

"Marah banget ya sama aku?"

"Menurut kamu?" Tanya balik Anzel semakin ketus.

"Katanya kalo suka marah bakal cepet tua," ujar Theo yang mendapat delikan tajam dari Anzel.

"Kamu do'ain aku cepet tua gitu?" Tanya Anzel judes.

"Aku gak bilang gitu."

"Terus maksudnya apa?"

Theo menghela nafas seperti Anzel memang benar-benar marah padanya. Biasanya gadis itu tidak akan pernah seperti ini sekesal  apapun gadis itu dengan dirinya.

Anzel benar-benar kesal dengan Theo kali ini. Sikap cuek Theo benar-benar membuatnya kesal. Anzel juga ingin seperti Ghea yang selalu mendapat perhatian dari Gevan mereka terlihat romantis. Anzel tidak ingin banyak ia hanya ingin di perhatikan tidak perlulah berlebihan cukup dengan hal-hal kecil saja Anzel sudah merasa cukup.

Kalian pasti juga kesal jika ada di posisi Anzel, di tinggal nge-game berjam-jam Anzel tidak protes, di cuekin saat bersama ia juga tidak protes, ketika ingin bermanja-manja di respon biasa saja ia juga tidak protes banyak. Tapi tadi benar-benar membuat Anzel kesal kesabarannya juga ada batasnya. Anzel bukan wanita suci yang sanggup bersabar dengan sikap Theo yang selalu seperti itu.

GAMERS VS PLAYGIRL (TAMAT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin