"Ekhm!" Queen berdeham sedikit keras. Merasa lelah karena kehadirannya tidak di anggap ada yang saat ini berdiri di depan meja seorang cowok yang sama sekali tidak tertarik untuk memperhatikan Queen barang sedetik saja.
Queen bersidekap, memperhatikan cowok yang sedang membaca buku pelajaran dengan ketebalan yang tidak bisa ia toleransi. Seakan Queen hanyalah sebuah bayangan, cowok itu sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari buku tersebut untuk menatap Queen yang terlihat sangat cantik hari ini.
Rambut cewek itu tergerai, dengan aksesoris jepit bertabur mutiara berukuran kecil menempel indah di rambutnya.
"Gue ini manusia ya." Celetuk Queen, karena sudah tidak tahan dengan pengabaian dari Arga.
Cowok itu mendongak, menatap Queen dengan sorot tak terbaca dari mata coklat gelap itu.
"Gue kira lo setan."
Queen secara refleks menendang kaki Arga yang berselonjor melalui celah mejanya. "Damn you!" Umpat Arga, merasakan rasa sakit di tulang keringnya karena tendangan dari Queen yang keras.
Rasa penasaran yang cukup besar, membuat seorang Sia Queena bisa berakhir di dalam kelas dengan satu siswa bernama Arga pagi ini. Berhasil mengancam satu siswi yang ada di dalam kelasnya, Queen akhirnya mendapat jawaban dari pertanyaannya pada siswi itu tentang letak kelas seorang cowok yang bernama Arga Prasaja.
Queen melakukan semua ini, hanya karena ia bingung dengan kenyataan yang terjadi.
Queen ingat bagaimana penampilan seorang Arga yang menyebalkan saat berhadapan dengannya pertama kali di ruang musik, lalu kemarin saat insiden buku yang terjatuh itu, penampilan Arga yang ia lihat di sekolah sangat berbeda dengan penampilan Arga yang ia lihat kemarin malam.
Kemarin malam, Queen melihat dengan jelas mengunakan mata dan kepalanya sendiri bahwa Arga berada di arena balap, dengan penampilan yang hampir sama seperti cowok-cowok lainnya yang ada di arena tersebut. Bahkan, jika kemarin adalah pertama kalinya Queen melihat Arga, Queen langsung yakin jika Arga bukan tipe good boy dilihat dari pergaulannya, penampilannya, dan aksi balapnya.
Namun Arga yang sekarang ada di depannya adalah Arga yang jauh berbeda. Penampilannya rapi, telinganya tanpa tindik, dan arah pandangnya selalu saja beradu dengan buku.
"Lo punya kembaran?" Queen bertanya terlalu cepat, hanya dengan sekali tarikan nafas cewek itu menyelesikan satu kalimat yang membuat tidurnya tidak nyenyak kemarin malam.
Arga mendongak, menatap Queen dengan kernyitan di dahinya yang terlihat sangat jelas. "Gak." Jawab Arga, sangat singkat. Tapi sedikit beruntung karena cowok itu tetap menjawab pertanyaan Queen.
Queen menganguk paham.
"Fix. Berarti lo punya kepribadian ganda?" Cewek itu mengambil alih buku di atas meja yang sedang di baca oleh Arga agar Arga menatap Queen, dan menjawab pertanyaannya.
Queen butuh kepastian, agar tidurnya tenang nanti malam.
"Apaan si?" Sentak Arga membuat Queen sedikit terkejut, hanya sebentar, karena setelah keterkejutannya cewek itu mendelik ke arah Arga, sementara Arga menatapnya tajam bagaikan mata pisau yang siap menggores wajah mulus milik Queen.
Keduanya masih diam, dengan tatapan saling membalas satu sama lainnya. Queen menunggu cowok itu menjawab pertanyaannya. Sementara Arga masih betah menatap Queen, dengan sangat jelasnya cowok itu memperlihatkan bahwa dirinya sekarang sedang meneliti bagian wajah Queen satu persatu.
Mulai dari alis tebal teratur milik cewek itu, kedua mata indah berwarna hitam dengan bulu mata lentiknya, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang kecil dan lembab berwarna merah muda hasil polesan lipbalm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Syndrome
Teen FictionMungkin karena terlalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya sejak kecil, ia tumbuh menjadi cewek angkuh yang segala kemauannya harus di turuti. Dia, Sia Queena. Cewek pengidap 'princess syndrome' yang berwajah super cantik, kulit putih bersih bak po...