48 - A tragedy

2.3K 173 31
                                    

Hubungan Queen dan Arga sudah berjalan selama beberapa hari, namun tidak ada satupun orang di sekolahnya yang menyadari bahwa mereka telah menjadi sepasang kekasih.

Hal itu disebabkan karena Arga dan Queen bersikap layaknya teman biasa, yang tidak menunjukan secara terang-terangan bahwa mereka saat ini telah menjalin hubungan lebih dari sekadar teman. Bukan Arga tidak ingin atau malu mengakui hubungannya, bukan juga karena Queen yang melarang, semua itu dilakukan karena satu alasan; melindungi Queen dari orang yang berpotensi berbuat nekat ingin mencelakainya.

Saat ini Arga sedang berada di ruang musik untuk berlatih bersama peserta lainnya. Cowok itu berhasil lolos dari seleksi untuk bisa tampil saat acara malam perpisahan angkatan kelas dua belas. Ada tiga peserta lainnya yang juga lolos dari seleksi yang dilakukan di hari sebelumnya, satu perwakilan dari kelas sepuluh dan satunya lagi perwakilan dari kelas sebelas.

Tidak hanya berhasil lolos dari seleksi pemilihan pianis terbaik, Arga juga lolos dari seleksi pemilihan prince of Pelita Raya pada tahun ini. Dan Queen tentu saja berbahagia atas kabar baik itu, karena ia juga berhasil lolos dari seleksi atas pemilihan princess of Pelita Raya.

Tentu saja itu bukan seleksi yang terakhir kalinya. Memang semua syarat diawal berhasil terpenuhi dengan mudah, namun tersisa satu syarat lagi bagi peserta yang lolos agar benar-benar berhasil mendapatkan mahkota tahunan itu.

Queen mengeser layar ponselnya keatas, memeriksa akun khusus untuk para peserta Princess Pelita Raya. Ekspresi wajahnya berubah datar karena mengingat ia harus bersaing mendapatkan suara terbanyak dari dua siswi yang paling dibenci—Yunda dan Putri.

Ya. Takdir memang paling suka mempermainkan. Bahkan pada kegiatan seperti inipun, saingannya tak jauh-jauh dari orang-orang tersebut.

"Gue yakin lo pasti ga akan ada di atas panggung untuk pakai mahkota Princess Pelita Raya." Yunda, siswi itu selalu saja datang tanpa Queen bisa sadari sebelumnya.

"Kebetulan lo udah lihat kan? Foto lo yang paling dikit di vote orang-orang di sekolah ini. Sementara gue ada di peringkat kedua, beda lagi dikit dari Putri." Nada suaranya terdengar kesal saat mengucapkan kalimat terakhir.

"Lo terlalu bangga sama hasil yang belum tentu juga bakalan baik sampai akhir." Ucap Queen angkuh.

Yunda memberikan Queen senyum remeh, "jelas dong, karena gue bisa aja nyalip jumlah vote-nya Putri, tapi lo ga akan bisa. Tahu kenapa?"

"Karena semua orang suka duit, gue tinggal bayar mereka untuk vote foto gue. Tapi lo ga bisa lakuin itu, karena...," Yunda merendahkan nada suaranya, "bokap lo udah bangkrut."

"Orang yang berbuat curang tentu harus dapet ganjarannya bukan? Gimana kalo rekaman suara ini gue kasi ke panitia? Gue yakin lo bakal di diskualifikasi sekarang juga dan duit ga akan bisa nolong lo lagi."

"Lo siapanya Queen sih? Kenapa ikut campur terus?!" Pekik Yunda.

Arga melirik Queen sekilas, yang dihadiahi tatapan tajam lalu cewek itu, kemudian ia melengang pergi tanpa sepatah kata.

"Hapus rekaman suara itu!" Ucap Yunda, yang kembali menarik perhatian Arga.

"Gampang. Tapi lo kasi tau dulu, darimana lo tahu bokap Queen bangkrut?" Arga tahu bahwa alasan kekasihnya menatap tajam ke arahnya lalu langsung melesat pergi karena berfikir bahwa dia orang yang membocorkan hal itu.

"Lo mau gue kirim ini sekarang juga ke panitia?" Ancam Arga, karena Yunda masih memilih bungkam.

"Dari Putri. Dia punya rekaman suara Queen." Sahut Yunda cepat, bahkan sampai Arga harus meminta agar Yunda kembali mengulang ucapannya.

Princess SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang