DUA

50.4K 1.2K 27
                                    

Adrian memasuki mobilnya, pertemuan singkatnya dengan Viki merubah mood pahitnya. Adrian bahkan tersenyum saat memasuki mobilnya, mengabaikan panggilan-panggilan remaja-remaja wanita yang menggilainya. "Victoria masih sama seperti dulu." katanya pelan. Adrian menarik napas dan menutup matanya, mencoba mereka ulang kejadian tadi, tubuh hangat Victoria yang menempel erat ditubuhnya. Wajahnya yang polos dan sangat cantik mengenakan kacamata bacanya. Victoria tumbuh menjadi gadis remaja. Tubuhnya yang berisi di tempat tertentu, tubuhnya yang tinggi dari remaja seusianya. Bibirnya yang merah dan matanya yang bulat membuat Adrian sudah merindukannya. WHAT? Adrian terbangun dari khayalannya. Rindu? Ini tidak mungkin. Apalagi jika Adrian kembali mengingat wajah mengesalkan grace. Dilajukannya mobilnya menuju sekolahnya kembali.

Waktu berputar sangat cepat setelah kejadian itu. Adrian pun tidak ingin melakukan sesuatu terhadap puteri kembar keluarga Vinc. Adrian menyadari, dia tidak bisa bermain-main dengan mereka. Ayahnya pasti akan sangat murka. Sementara prinsip Adrian adalah hanya sebatas teman seks. Mengingat wajah polos Viki, dia wanita yang tak pantas untuk itu. Adrian melanjutkan kuliahnya di MIT (Massachusetts Institute of Technology) University, jauh dari orangtuanya dan memiliki segala fasilitas membuatnya bebas melakukan apapun. Tentu saja dia tetap melakukan yang terbaik dalam proses perkuliahannya.

Sedikit demi sedikit dia sudah menghandle bisnis penerbangan nasional dan internasional milik ayahnya dan beberapa bisnis property milik ibunya. Diusia 21 tahun dia menyelesaikan bachelor nya dan melanjutkan study S2 di universitas yang sama dan lulus di usia 23 tahun. Sejak saat itu Adrian membangun raksasa bisnis keluarganya dan memilih menetap di Amerika untuk memperluas rintisan bisnisnya.

Disisi lain Viki memilih melanjutkan perkuliahan di Harvard University di bidang arsitek. Viki bahkan mendapat gelar kehormatan dengan lulus sebagai mahasiswa terbaik di usia 16 tahun. Viki memilih kembali melanjutkan study S2 nya di MIT (Massachusetts Institute of Technology) University dan lulus diusia 18 tahun. Sementara saudari kembarnya Grace masih melanjutkan kuliah S1 di Columbia University dan sedang mengurus kelulusannya. Selama di Amerika, Grace dan Viki tinggal bersama dan sesekali orangtua mereka menjenguk dengan berkala.

Grace memilih dunia modeling dan Viki membantu bisnis ayahnya di bidang property yang kini semakin merambah dunia international. Design-design Viki membuatnya banyak mendapat tawaran dan kemampuannya dalam mengelola bisnis membuat ayah dan ibunya tak lagi kuatir. Hanya menunggu waktu hingga Aiden, adik bungsunya yang kini berusia 12 tahun untuk melanjutkan setengah dari bisnis keluarga.

Satu tahun kemudian, Victoria mendapatkan undangan reuni dari kampusnya MIT. Grace yang sedang mendapat day off dari jadwal modelingnya memilih menghabiskan waktu menonton TV. Viki duduk disampingnya berkutat dengan laptop. Grace membuka surat itu. "Kamu ga mau join?"

"Untuk?" tanya Viki, tatapannya masih menghadap laptop.

"Reuni. One Invitation bisa buat dua orang."

"Oh ya?" Viki menjawab masih tidak tertarik.

"Join yuk. Mana tau aku bisa dapat mangsa disana." Grace menjilat bibirnya. Viki memukul pahanya keras. "Ouch!"

"Ini yang bikin papi mami kuatir sama kamu. Ga pernah stick sama satu pria. Selalu gonta ganti."

"Yeah.. I know.. I know... tapi bukan aku yang menggoda mereka. Mereka yang datang kepadaku."

"Iya tetapi kamu tau kan mereka hanya iseng terhadapmu. Mereka ga benar-benar serius." Viki menceramahi kakaknya.

"Toh memang aku ga berniat untuk mencari yang serius. Stick pada satu pria itu ga menyenangkan." Grace bersiul dan mendapat pukulan yang sama lagi dari Viki. "Oke... oke... stop. Sakit tahu." Grace merubah mimiknya menjadi sedih dan memeluk Viki erat. "Setidaknya aku ga perawan sampe sekarang dan mengenakan kacamata tebal."

Pinky Dearest (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang