ENAM

33.7K 1K 22
                                    

Cerita ini mengandung banyak adegan dewasa.

Diharapkan pembaca menyesuaikan umur secara bijaksana.

***

Adrian tersenyum penuh kemenangan, birahi yang ditahannya beberapa saat lalu saat melihat viki terbalas sudah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Adrian tersenyum penuh kemenangan, birahi yang ditahannya beberapa saat lalu saat melihat viki terbalas sudah. Diraihnya belakang leher viki dan mengecup keras bibir viki yang sudah didambakannya. Masih didalam mobil, mereka bertukar saliva dengan erangan-erangan yang memenuhi ruangan limosin itu. Adrian tidak bisa lagi menahannya. Supirnya yang sudah meninggalkannya bersama dengan pengawalnya membuatnya semakin nyaman dan berani.

Setidaknya tidak akan ada yang menikmati tubuh dan suara manis viki selain dirinya. Tangannya sudah aktif menyingkap dress viki dan memperlihatkan celana dalamnya yang seksi. Dengan kasar dirobeknya celana dalam itu, viki memekik pelan namun Adrian kembali melumat bibirnya. Viki membantu membuka tuxedonya dan bahkan celana kainnya. Kejantanannya sudah mengeras dan panas. Adrian membutuhkan kewanitaan viki sekarang juga. Jemarinya memasuki kewanitaan viki, dimasukkannya dan dikocoknya pelan, cairan pelumas viki mengalir deras membuat Adrian tersenyum senang. Inilah yang dicarinya setelah sekian lama. Adrian membuka lebar paha viki dan mengarahkan kepalanya disana. Menghisap habis cairan pelumas viki. Suara desahan viki semakin keras terdengar.

"Oh god." Viki menekan kepala Adrian untuk lebih keras menjilatnya. Adrian tersenyum disela aktivitasnya. Kejantanannya sudah berteriak ingin melepaskan benihnya. Diraihnya kejantanannya dan di kocoknya pelan. Wajah viki memerah menahan birahinya, melihat Adrian yang sudah bersiap memasukkan kejantanannya kedalam kewanitaannya tanpa pengaman, membuatnya panic. "Kondom?"

"Hah?" Adrian yang fokusnya adalah bagaimana caranya melepaskan birahinya menggerutu kaget. "SH*T!!!!" Dipandangnya viki dengan tatapan bingung, "Bukannya kamu menggunakan birth control?"

"Aku tidak pernah memakainya." Viki bangkit dan duduk memperbaiki dressnya. "Jika kamu tidak memakai pelindung, aku tidak ingin melakukannya." Suara viki seketika terdengar sedih namun dia kembali kepada sosoknya yang dingin.

"DAMN!!!" Adrian menyisir rambutnya frustasi. Tentu saja di limusinnya dia tidak menyimpan kondom. Diraihnya celananya dan memakainya. Kemejanya dikancing dengan asal-asalan. Dibukanya pintu limusin dan menarik viki keluar dengan tiba-tiba. "Kita lanjutkan didalam."

Viki yang tertatih mengikuti langkah Adrian panic tanpa alas kaki. "Heels aku masih didalam mobil dan celana dalamku." Bisiknya ke telinga Adrian.

"Tidak akan ada yang menyentuhnya. Aku jamin itu." Adrian berbalik dan melihat viki yang berantakan bahkan dia terlihat kesakitan tanpa alas kaki. Tanpa berpikir panjang Adrian menggendongnya bridal style bagai kapas yang ringan.

"Apa yang kamu lakukan!" pekik viki.

Adrian tidak menjawab pertanyaan viki, tanpa membuang waktu dia menuju kamarnya, pengawalnya membantu untuk membukakan pintu. Sesampainya di kamarnya dia menghempaskan tubuh viki di atas king bed nya. "Lepaskan bajumu, jika aku kembali kamu sudah tidak boleh mengenakan apapun." Perintah Adrian dengan suara beratnya.

Pinky Dearest (COMPLETED)Where stories live. Discover now