Spin Off : Selang

46.9K 8.2K 1.9K
                                    

©motonoona

©motonoona

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Akhir pekan.

Saat yang paling dinanti semua orang. Melakukan banyak kegiatan, bersama sosok yang disayang. Atau, lebih memilih untuk menikmatinya sendiri.

Pun, ada juga yang akan menggunakannya sebagai waktu beristirahat. Mulai dari bangun lebih lambat, bermalas-malasan, tidak memasak makanan, bahkan sampai tidak mandi. Semua wajar dilakukan.

Terlebih, matahari baru menampakkan sinarnya. Menciptakan warna indah yang bernaung agung pada sang biru. Dihiasi dengan kepakan sayap induk serta anak burung, aktivitas makhluk bumi baru dimulai.

Salah satunya saya. Sudah berdiri di depan pintu rumah tetangga. Bersiap mengetuk, namun kembali mengurungkan niat.

Merasa ragu, melirik jam dipergelangan tangan.

Pukul 05.30.

Tidak terlalu pagi, kan?

Ah iya, hampir lupa. Saya belum memperkenalkan diri.

Kim Doyoung.

Itu nama saya. Biasa dipanggil Doyoung atau Doy. Hanya orang terdekat yang memanggil dengan sebutan Odoy.

Iya, ini saya. Tetangga sebelah rumah Seo Johnny dan Seo Grace. Yang kerap datang diakhir minggu, hanya untuk meminjam selang air.

Kalian pasti bertanya, kenapa saya tidak membeli sendiri? Memangnya berapa harga satu selang? Kim Doyoung miskin atau pelit?

Jika iya, maka saya akan bertanya juga.

Kenapa harus membeli kalau tetangga sudah punya? Bukankah saling membantu itu sebuah hal yang lumrah?

Dan, saya tidak pelit. Hanya hemat demi masa depan. Tidak pula miskin. Bekerja sebagai manager utama salah satu perusahaan besar, cukup menunjang hidup sampai tua nanti.

Sudah dapat jawabannya, kan?

Sekarang kembali pada kenyataan. Saya harus segera meminjam selang. Kasihan mobil saya, terparkir di depan pagar dengan lumpur disetiap sisi luar.

Tok! Tok! Tok!

Mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada respon. Sebenarnya, saya tahu ada tombol bel. Tapi, sengaja tidak menekan. Takut mengganggu orang rumah yang masih beristirahat.

TOK! TOK! TOK! TOK!

Kali ini sedikit dengan tenaga tambahan. Dan sesuai dugaan, pintu terbuka didetik berikutnya. Menampilkan sosok gadis berbalut piyama berwarna peach. Dengan rambut berantakan, dia menguap lebar-lebar.

Seo Grace.

Saya kenal dia. Bukan kenal dalam artian akrab. Setiap berkunjung untuk meminjam selang, selalu Adik dari Seo Johnny ini yang menyambut.

"Apa?"

Grace bertanya singkat. Matanya setengah terpejam, dengan kepala yang bersandar pada daun pintu.

"Pinjam selang."

"Kamu bisa beli mobil, tapi tidak mampu untuk beli selang."

"Kalau punya kamu rusak, nanti saya beli sendiri."

"Untuk mengganti punya aku?"

"Untuk saya gunakan sendiri."

Tangan saya reflek menahan, kala Grace melakukan gerakan menutup pintu. Nyaris terjepit, untung gadis itu tidak melanjutkan aksinya.

Heran.

Setahu saya, Grace ini gadis yang ramah. Bersikap hangat dan manis pada setiap orang yang ditemui. Tapi, selalu saja ketus kalau saya yang memamerkan muka.

Sebenarnya, saya salah apa?

Bisa mendengar helaan nafas dari arahnya, saya masih diam di tempat. Melepaskan tahanan dari pintu, kemudian mengulurkan kedua tangan ke depan.

"Saya pinjam selang, ya?"

Tidak ada jawaban. Grace menatap lempeng, sebelum membalik badannya untuk melangkah lebih dalam. Setahu saya, itu arah yang akan membawanya pada pintu belakang.

Memang tidak akrab, tapi sekali-dua kali, Johnny pernah mengundang saya kemari. Untuk sekedar makan malam bersama atau membahas kontrak tentang "perjanjian pinjaman selang air" yang dipelopori oleh Adiknya sendiri.

Menyandarkan punggung pada dinding disisi pintu, saya mengedarkan pandang ke halaman rumah.

Tidak berbeda jauh dari milik saya. Ada beberapa tumbuhan hias, tertata rapi di dalam pot di pojok halaman. Di tengah, ada kolam kecil dengan pancuran air buatan.

Dulu, saya pernah nyaris tercebur disana. Saat menghindari lemparan remote tv dari Grace yang sedang marah. Kalau tidak salah ingat, itu karena saya memotong selang airnya tanpa izin.

Kali pertama kenal Grace, saat mengatarkan makanan sebagai salam perkenalan. Saya yang baru pindah, cukup terkejut melihat ada gadis secantik dia dilingkungan ini.

Iya, Grace cantik. Saya tidak bohong. Hanya sedikit posesif dengan selang airnya.

Kami jarang bertemu. Dengan saya yang selalu pulang larut malam, sedangkan dia yang akhir-akhir ini jarang terlihat. Nampak lebih sibuk. Padahal masih mahasiswi.

Belakangan ini, saya juga sering melihat dua laki-laki asing datang berkunjung ke rumahnya. Tidak tahu siapa mereka. Yang pasti, salah satunya terlihat seperti anime yang diberi nyawa. Bisa berjalan.

Hampir sebulan, rumah penyewaan selang langganan saya ini terlihat sepi. Bahkan, sudah jarang bertegur sapa dengan sang Kakak, Seo Johnny.

"Sana pulang."

Berbalik, melihat Grace berdiri diambang pintu dengan gulungan selang ditangannya. Menyodorkan, saya tersenyum menerimanya.

"Grace."

"Apa lagi?"

"Boleh tidak?"

"Ha?"

"Boleh tidak saya potong selangnya? Untuk hiasan di akuarium."

Kesalahan besar. Seharusnya saya tidak bertanya. Pintu tertutup keras tepat di depan wajah. Hanya berjarak beberapa inchi, sebelum hidung saya bertegur sapa dengan permukaan benda yang terbuat dari kayu jati asli ini.

Bisa mimisan mendadak.

"Kamu itu galak sekali, Seo Grace."

BRUK!

Cepat-cepat melangkah pergi, kala mendengar tendangan pada pintu. Pandangan saya masih terarah pada teras rumah, takut-takut kalau Grace kembali muncul untuk melemparkan remote tvnya.

Tertawa kecil.

Saya baru sadar, selain cantik dan galak, Seo Grace menggemaskan juga.

-

Author's Note :

Capek gak sih setiap chapter sedih terus? Lihat Grace direndahkan terus? Saya sih capek. Makanya bikin chapter ini. Setidaknya, bersama Odoy, Grace gak sedih. Maaf kalau absurd dan penulisan saya gagal.

Terimakasih sudah membaca. ♡

Istri Paruh Waktu | Nakamoto YutaWhere stories live. Discover now