I Lied, He Lied

293 52 12
                                    

Author's POV

   Leo berangkat lebih pagi hari ini karena ia harus ke rumah sakit. Perawat yang biasa menjaga Mama dan adiknya pagi hari tadi menelpon dikala Leo tengah lelap-lelapnya tertidur. Ia bilang Mamanya lagi-lagi mengalami pendarahan, terus meronta meminta Leo datang dan menemaninya di rumah sakit.

   Leo berbohong ketika ia bilang bahwa ia bekerja. Ia tidak bekerja, ia pergi ke mall untuk tugas mengepelnya tepat pukul jam sembilan pagi, tapi ia terus mencari alasan dan hanya berkata bahwa kerjanya dimulai lebih pagi hari ini.

Ia hanya tidak ingin Keyrina cemas padanya.

   Lagipula, sesibuk apapun Leo, ia akan tetap meluangkan waktu untuk Key, sekalipun itu hal sederhana seperti mengantar atau menjemput Key ke kampus.

   Bahkan pagi tadi, hal yang Keyrina bilang bahwa ia berangkat naik angkutan kota. Leo tau itu tipuan. Karena jauh disebrang jalan, ia melihat gadisnya naik ke dalam mobil milik lelaki populer di seantero kampus.

   Leo sudah berniat mengantar Key pagi ini. Meskipun ia tidak janji, karena ia pikir ia akan menghabiskan banyak waktu di rumah sakit, tapi ternyata membuat Mama tidur hanyalah semudah itu, hingga ia memiliki kesempatan untuk segera menjemput Key di halte dan lanjut mengantarnya ke kampus, lantas setelah itu Leo bisa berangkat kerja tanpa perasaan tidak enak hati karena semudah itu membiarkan gadisnya pergi sendirian.

   Itu yang ia harap. Tapi nyatanya Key lebih dulu naik dan duduk di kursi nyaman mobil mewah itu.

   Hal sederhana yang selanjutnya membuat Leo pergi bekerja dengan perasaan gundah.

   Tapi ia tetap diam. Hanya mengangguk ketika Key berkata bahwa ia berangkat ke kampus dengan angkot. Leo sedang tidak ingin mencari masalah, atau berdebat dengan gadisnya. Karena jauh di dalam hati dan pikirannya, ada perjuangan yang jauh lebih besar yang harus ia lakukan.

   Lagipula Keyrina cuma menumpang pagi tadi. Leo tau, yang ada di pikiran Keyrina adalah ia hanya takut akan telat untuk tiba di kampus. Leo tau dan akan selalu tau, ia sudah mengenal dan mengerti diri Key bahkan lebih dalam daripada Keyrina sendiri.

   Lagipula sederhananya, jika memang Key sudah merasa bosan dengan Leo, ia tidak mungkin ikut berjuang sejauh ini demi dirinya.

   "Nanti gua jemput."

   Keyrina mengangguk tepat ketika Leo selesai berucap demikian. Hal yang selanjutnya membuat Key masuk ke dalam setelah sebelumnya dihampiri oleh Laras.

   Leo masih berdiri di dekat ambang pintu, tempat di mana ia membiarkan Keyrina pergi. Lantas ketika Key masuk ke dalam pintu cokelat di dalam sana, Leo segera beranjak menjauh.

   Tujuannya kali ini kembali pada mall. Kembali bergelut dengan kain pel dan kawan-kawannya untuk membersihkan noda noda di sekitaran lantai yang terus saja dipijak pengunjung. Jujur itu bukan sesuatu hal yang mudah untuk Leo lakukan, benar kata Keyrina bahwa memang dirinya tidak handal dengan apapun itu yang mengangkut pekerjaan rumah. Tapi Leo tetap melakukannya, demi uang, demi agar Mama bisa segera angkat kaki dari rumah sakit.

   Sesuatu hal yang berat untuk Leo lakukan. Selain karena ketidak ahliannya dengan pekerjaan rumah semacam mengepel, di sisi lain juga ia masih saja menahan sakit dan luka akibat pukulan lawan dari malam malam yang lalu. Sejenak terlihat biasa saja, hanya meletakkan kain pel pada ember, memerasnya, lalu mendorong gagang kain pel kesana kemari, terlihat sederhana dan rendah untuk sesuatu hal yang dilakukan demi uang. Tetapi orang lain tidak akan pernah peduli dengan memarnya, atau dengan beberapa luka di sudut wajah yang seringkali dipuji oleh sebagian wanita yang lalu lalang lewat di lantai yang sedang ia bersihkan.

Homesick HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang