Key, Fly!

146 24 7
                                    

   Pagi ini, sebelum berangkat ke mall untuk bekerja, Leo menyempatkan diri untuk bertemu Melly di sebuah tempat dekat kampus. Sesuai permintaan tolongnya kemarinan hari, Leo berniat meminjam uang Melly untuk keperluan rumah sakit, dan Melly setuju untuk bertemu Leo pagi ini. Carla sebelumnya sudah ia tinggalkan di rumah sakit, bersama sang mama yang subuh hari tadi baru saja sadar. Leo terus berusaha menjelaskan perihal sang adik tanpa mau membuat mama sakit hati. Tapi ia salah, ibu mana yang tidak sakit hati ketika mengetahui anak mereka tiada.

   Respon mama sebenarnya tidak begitu berlebihan. Leo pikir, mamanya akan memberontak dan hilang kendali ketika mendengar berita itu. Tapi tadi, ia hanya menemukan sorot duka dari mata sang mama, masih diiringi senyuman kecil dengan tetesan air mata di wajahnya. Mama bahkan masih sempat mengelus wajah Leo dan bertanya soal luka di wajahnya, jawaban Leo lagi-lagi hanya perihal jatuh dari motor. Leo agak kaget melihat sang mama bisa secepat itu mengalihkan topik pembicaraan dan seakan ikhlas perihal bayinya yang bahkan belum ia lihat. "Abang siap-siap gih, kuliah," begitu ucapan terakhir sang mama setelah selanjutnya ia pergi untuk tertidur. Entah benar-benar tertidur atau meratapi nasibnya.

   "Woi."

   Leo langsung buyar ketika mendengar sapaan itu, ia yang duduk setengah berdiri di atas motornya pun langsung menoleh dan mendapati Melly di dekatnya dengan ekspresi wajah yang begitu datar.

   "Mel, sori banget ya kalo ngerepotin," kata Leo basa-basi. Dan Melly hanya terdiam.

   Kemudian, Melly menyodorkan sebuah amplop di mana itu berisi uang yang Leo butuhkan. Leo tersenyum dan tangannya mengulur berniat mengambil amplop itu, namun belum sempat tangannya meraih, Melly lebih dulu menjatuhkan amplop putih itu ke bawah. Leo lantas kaget, merasa ada yang salah dengan dirinya dan juga Melly.

   "Lo kenapa?" tanya Leo.

   "Kenapa?! Lo bilang kenapa?!"

Leo mengerutkan dahinya. "Ya gue nggak tau lo kenapa. Kita baru ketemu, lo tiba-tiba begini."

   "Anjing!"

Plak!

   Satu temparan mendarat mulus di pipi Leo tanpa ia tau apa penyebabnya. Suasana yang sepi dan juga karena mereka berada agak jauh dari jalan raya membuat Melly tak perlu liat-liat sekitar untuk mendaratkan telapak tangannya.

   "Bisa-bisanya masih nanya kenapa!" ketus Melly.

   "Gue nggak paham. Serius. Ada apaan si?"

   "Tolol! Masih bisa ngerasa nggak bersalah setelah ngehamilin sohib gue?!"

   Sejenak, ucapan itu membuat rasa bingung Leo makin memuncak. "Siapa yang hamil?"

   "Ya cewe lo lah! Keyrina! Siapa lagi?!"

Leo tertegun sejenak. "Gue nggak ngapa-ngapain dia."

   "Tai! Masih mau ngeles lo?! Di perutnya udah ada bayi sekarang!"

   "Sumpah, Mel. Gue udah putus sama dia."

   Seketika, emosi Melly menurun.

   "Dia udah nggak tinggal sama gue lagi, gue udah nggak ada hubungan apa-apa, gue nggak tau masalah itu."

   "Terus dia selama ini sama siapa?"

   "Loh, bukannya dia sama Arga? Gue pikir lo tau."

   "Arga? Arga yang anak arsitek itu?"

Leo mengangguk.

   "Lo jangan nyari-nyari alesan! Lo jujur! Key nggak mungkin macem-macem sama cowo yang baru dia kenal!"

Homesick HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang