I Realized You Lie

283 44 14
                                    

Author's POV

   Leo tertegun sekian detik ketika melihat Keyrina tiba di ambang pintu.  Ia nampak canggung, tatapan matanya bisa sangat jelas Leo baca.

   "Ngapain di situ? Masuk."

   Begitu akhirnya yang Leo ucapkan. Key lantas masuk dan menghampiri dirinya, bertanya sejenak tentang luka yang Leo punya di lengan kanannya, lalu diobati olehnya.

   Leo bisa melihat bagaimana Key mengobati lukanya dengan tulus. Meski Leo akui Key bukan pengobat handal seperti dokter dokter di klinik, tapi setidaknya ini cukup untuk mengurangi sakit yang ia rasa.

   Ketika ditanya tentang kenapa ia bisa seperti ini, Leo hanya menjawab, ia tak sengaja jatuh dari motornya.

   Namun andai saja Keyrina tau tentang bagaimana ia bisa terjatuh dari motornya, Key mungkin akan bungkam seribu bahasa.

   Sebenarnya Leo tidak akan terjatuh bila saja ia tidak emosi dan bersedih dalam waktu bersamaan. Nampak konyol mendengar lelaki menangis dan emosian. Namun bayangkan rasanya jika dirimu melihat orang yang kamu sayang, pergi dengan orang lain.

   Berbalik ke dalam masa di mana Leo masih nampak normal. Ia pulang dari kerjanya sebagai OB di mall, seperti biasa ia menjemput Keyrina di restoran yang juga sudah pulang bekerja. Awalnya Leo berniat untuk menjemput Key dan mengajaknya ke rumah sakit menengok Mama sejenak, sekalian minta temani beli beberapa buah-buahan atau bahan makanan untuk dimasak beberapa hari ke depan agar mereka tetap hidup.

   Bayang-bayang itu awalnya menyenangkan. Leo berandai bagaimana senyum di wajah Keyrina akan terukir ketika mengetahui bahwa gajinya bulan ini cukup untuk banyak keperluan.

   Tapi tepat ketika motornya berjarak sekian meter dari restoran tempat Keyrina bekerja, Leo melihat pemandangan yang belakangan ini nampak biasa saja, dalam hubungannya.

   Untuk kesekian kalinya, Leo melihat Keyrina masuk ke dalam mobil milik lelaki populer kampus itu. Lagi-lagi Leo enggan mencegah, membiarkan wanitanya lebih menikmati duduk nyaman di dalam mobil daripada menemaninya duduk di atas motor.

   Leo lantas langsung tancap gas dan putar balik melawati jalan lain, agar Key tidak melihat dirinya dan tidak membuat wanitanya itu merasa tidak enak hati padanya.

   Leo pikir ini akan terasa biasa saja selama ia masih bisa sabar. Namun ternyata merelakan tidak semudah yang ia pikir.

    Di dalam balutan helm yang menutupi wajahnya, tak akan ada yang tau bahwa matanya kini berkaca-kaca membayangkan bagaimana Key menerima tumpangan Arga tadi.

   Suasana malam yang sepi membuat Leo khilaf. Sebagaimana lelaki kebanyakan yang akan tancap gas dengan kecepatan tinggi jika sudah melihat jalanan sepi. Leo pun sama.

   Ia tancap gas hingga kecepatannya bisa mengalahkan kuda yang berlari. Ia tau dirinya marah. Ia tau dirinya bersedih. Ia tau dirinya sakit. Dan menurutnya hal ini wajar untuk seorang lelaki yang tengah kacau dalam satu kondisi.

   Karena tidak seimbangnya antara emosi dan fokus setir, Leo tak sengaja oleng dan akhirnya terjatuh. Motornya terlempar beberapa jarak dari dirinya yang jatuh tersungkur di atas aspal. Membuat jaket yang ia kenakan robek di bagian lengan dan menyebabkan luka yang jika dilihat saja akan terbayang sakitnya.

   Itu alasan mengapa jika Keyrina tau sebab ia terjatuh yang sebenernya akan membuat Keyrina bungkam seribu bahasa.

Namun itu hanya jika Keyrina tau.

Hanya jika.

   "Lo nggak makan?"

   "Udah duluan tadi di sana."

Homesick HeartWhere stories live. Discover now