A;A14-Sabtu Menyenangkan

3.6K 291 63
                                    

Ini buat yang setia nunggu, jangan lupa tinggalin vote pun komen :))

❝Aku berikrar jika aku takkan peduli, tapi lagi-lagi kau memancingnya untuk ada kembali.❞

•°•°•

"SAKIT!"

"AW! Pelan-pelan kak Arven!"

"Perih banget HUAH!"

"Kak Arven pelan-pelan sih!"

Arven memelototi Avisha, yang mengulurkan kaki ke arahnya. Lututnya yang terluka belum Arven sentuh sama sekali, tapi rintihan berlebihan dari cewek bawel itu membuatnya jadi kesal sendiri.

Belum apa-apa Avisha sudah mendramatis keadaan.

"Diam sih, Sha!" Arven mengapit kaki kanan Avisha di antara lengan dan badannya. Hal itu dia lakukan karena Avisha yang tak bisa diam, menggerakan kakinya ke sana-kemari.

Mungkin Arven tidak akan masalah jika mereka tidak lagi di mobil seperti sekarang. Avisha duduk di kursi penumpang dan Arven duduk di bangku belakang setir.

Jadi bayangkan, tempat yang tak seluas ini, Arven terpaksa harus menahan kaki Avisha yang meronta-ronta, yang terkadang mengenai perut atau dadanya.

Cih! Seharusnya Arven meninggalkan saja Avisha yang terjatuh dari sepedanya beberapa menit lalu dibanding dia jadi korban tendangan Avisha sekaligus merasa kepalanya ingin pecah.

"Diam!" Arven memelotot. "Atau kaki lo gue iket sekarang!"

Avisha langsung diam. "Kak Arven sadis ih!"

"Makanya diam!"

"Lutut Visha pasti makin perih kalo dibersihin pake alkohol itu." Avisha merengutkan bibir. "Gak usah pake itu deh, langsung tutup plester aja."

"Kalo gak dibersihin dulu, luka lo bisa infeksi!" ketus Arven. Lalu melihat Avisha yang awalnya ogah-ogahan kini pasrah. Dengan mata yang ditutup rapat-rapat, dia membiarkan Arven mengobati lukanya.

"Lagi siapa suruh lo gak bener naik sepeda!" sindirnya. Avisha refleks membuka mata, memelototi Arven dengan sorot tak terima.

"Visha udah bener kok naik sepedanya. Kucingnya aja yang lewat tiba-tiba. Jadinya Visha kaget. Untung gak ketabrak. Kalo ketabrak, kasian kucingnya!" Avisha tidak mau disalahkan. Memberikan pembelaan panjang lebar.

"Jalanan luas, terus kenapa lo harus belokkin sepedanya ke mobil gue?" Arven belum mau kalah. Avisha mendengkus sebal. Baru mau membalas lagi, kalah cepat. "Lo hampir nabrak kucing dan gue hampir nabrak lo. Lebih parah mana?"

"Itu kan ..." Avisha berpikir untuk mendapatkan alasan yang jelas. "Visha refleks, namanya orang kaget mana mikir dulu mau belok mana!"

"Untungnya gue ngerem mendadak tadi." Lagi-lagi ketus, Avisha mencibir sebelum dia memekik sakit saat Arven menempelkan plester di lututnya kasar. "Selesai," ucap Arven datar lalu melanjutkan dengan entengnya. "Turun!"

"Hah?!" Matanya melebar syok. "Turun?"

"Gue udah selesai ngobatin luka lo," Arven menyingkirkan kaki Avisha dari atas pahanya. "Sekarang lo bisa turun!"

"Kok gitu?" Avisha cemberut. "Visha mau ke minimarket depan, dan gak mungkin Visha naik sepeda saat lutut Visha luka gini."

"Lo cuma kegores, bukan patah tulang!"

Untuk perkataan ketus ini, Avisha diam sejenak. Mencari alasan lain yang masuk akal agar dia tetap berada di dekat Arven. Hitung-hitung dia mengambil kesempatan untuk mendapatkan informasi.

|3| AfraidWhere stories live. Discover now