Lamaran

10K 415 4
                                    

"Selamat datang nyonya Enjela..!"

Kudengar suara wanita yang tak kuragukan lagi adalah ibuku yang tengah menyambut seorang tamu dengan nama Enjela

"Trimakasih nyonya Ernad, aku datang kemari untuk meneruskan perbincangan kita tempo hari"

Dari suaranya, aku tau tamu itu adalah perempuan paruh baya yang sepertinya cukup berwibawa. Aku masih tetap mendengarkan perbincangan itu dari bawah tangga rumah yang menuju kamar ku.

Nama ku Jane, Jane Ernad.

Dirumah ini aku tinggal bersama ibuku, ayahku mengalami Koma sejak satu bulan yang lalu.

Maksudku, ibu tiriku. ibuku meninggal sejak usia ku 16 tahun, dan ayah ku memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang wanita bernama Clara. Awal nya perempuan yang ku panggil sebagai ibu tiriku ini cukup baik,

oh, tidak.. dia memang perempuan yang baik. Dia tidak meninggalkan ayah setelah perusahaan ayah mengalami kebangkrutan, Dia juga masih tetap bertahan setelah ayah jatuh sakit. Dan perempuan itu lah yang saat ini kudengar tengah berbicara dengan seorang tamu wanita paruh baya yang berwibawa itu.

" Trimakasih karna telah mempertimbangkan tawaran ku nyonya Enjela"

ucap ibu tiriku itu

"Aku yang seharusnya bertrimakasih nyonya Ernad, Aku sangat sedih melihat keadaan putraku saat ini. Dan kurasa aku telah menemukan jalan keluarnya"

perempuan yang di panggil Enjela itu menghela napas sekejap

"Dan aku akan menerima tawaran mu untuk melamar putrimu Jane."

seperti ada sengatan listrik jutaan volt yang menyambar bagaikan petir tepat mengenai sekujur tubuhku. Mengambil alih kesadaran ku dan membuat ku membisu dalam diam.

Hanya fikiran ku yang terus bekerja mencerna kata - kata terahir perempuan bernama Enjela itu. Kata - kata yang mengitari kepala ku, dan terngiang berkali kali dalam ingatan ku. Seketika kurasakan mataku memanas, butiran air bening menjatuhkan diri dari kedua mata menuju pipi ku.

Nyaris saja aku terisak, namun segera kututup rapat - rapat mulut ku dengan kedua tangan ku. Dan dengan sisa kesadaran ku, aku berjalan menuju kamarku. Itulah tempat yang pantas untuk ku saat ini.

******

Sudah kuputuskan apa yang terbaik bagiku. Aku akan menolak lamaran itu dengan alasan usiaku yang masih sangat muda. bahkan aku belum genap 20 tahun. Berusaha mencari alasan yang tepat, yang mampu menyelamatkan ku dari perjodohan gila ini.

tok..tok..tokk...

"Jane..., apa kau didalam?, ibu mau bicara sebentar dengan mu.!"

aku beranjak menuju pintu dan membukanya.

"ada apa bu?"

tanya ku tanpa emosi

"Kau kenapa syang, apa kau baru saja menangis?"

ibu bertanya khawatir, aku tau kekhawatirannya bukanlah kebohongan. Dia memang menyayangiku, itu yang ku tau.

"Tidak apa apa bu, hanya membaca beberapa bagian cerita sedih"

Aku dan ibu berjalan menuju tempat tidurku, duduk bersebelahan tanpa bicara beberapa waktu.

" Besok nyonya Enjela akan datang melamarmu untuk putranya"

Ucapan yang diawalai oleh ibu tiriku ini sukses membuat air mata ku jatuh.

"maafkan ibu sayang, ibu tau ini berat. Tapi cuma ini yang bisa kita lakukan untuk memembalas kebaikan mereka yang sudah menolong ayah dan keluarga kita"

Ibu mulai ikut menangis di sampingku.

"Putra Enjela yang akan melamar mu adalah dokter yang menangani ayahmu di rumah sakit"

Aku masih tetap terkurung dalam kebisuanku.

"Dia memang sedikit lebih tua dari mu, dia sudah pernah menikah sebelumnya. Dia punya satu anak perempuan yang masih sangt kecil, Istrinya pergi terlalu cepat. Dan nyonya enjela ingin kau yang menggantikan istri putranya."

perkataan itu tepat menusuk jantungku.

'Jadi aku akan menikah dengan seorang duda yang bahkan sudah memiliki anak?, oh... malang sekali nasib ku ini'

berfikir keras dalam hati. cuma itu yang bisa ku lakukan saat ini.

" Ibu harap kau menerimanya sayang"

Ibu memelukku sejenak lalu meninggalkn ku di kamar, bunyi pintu yang tertutup cukup memberitauku tanpa harus aku menoleh.

*****

Setalah cukup lama aku mengurung diri dikamar, kuputuskan untuk keluar dan mencari ibu.

"Ibu..!"

Kataku saat kulihat dia sedang termenung di balkon kamarnya.

"Oh.. Jane?, ada apa sayang?"

Kulihat ibu sedikit terkejut dengan kehadiranku.

"Aku suduh putuskan jawabanku."

Kupandang ibu lekat lekat.

walau jarak kami sekitar 3 meter, bagiku, saat ini kami sedang duduk berhadapan di meja makan.

"Aku akan menerima lamaran itu."

Jawabku singkat.

Sedikit kaget dengan keputusanku yang mungkin begitu cepat. Tapi aku tau kata senang terlukis di wajah nya.

*************

Shisilia - kou & Sakurakiome


BEING MAMA ✔Where stories live. Discover now