Chapter 6

3.8K 227 5
                                    

Suara lantunan ayat suci Al-Qur'an terdengar di kediaman milik Aliand Fareno. Surah Yusuf dan Surah Maryam dibacakan dengan begitu indah.

Acara pengajian empat bulan kehamilan Prilly itu berjalan begitu khidmat. Semua yang hadir nampak khusyuk mendoakan si cabang bayi dalam perut Prilly entah lelaki atau perempuan agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

"Assalamualaikum wr. wb."

"Waalaikumsalam wr. wb."

"Alhamdulillahirabbil'alamin, puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak/ibu dan teman-teman yang sudah berkenan hadir pada acara empat bulanan ini. Saya juga sangat berterima kasih karena teman-teman semua sudah mau ikut mendoakan calon anak saya, harapan saya hanya satu semoga istri dan anak saya bisa sehat selalu sampai waktunya melahirkan nanti. Sekian, wassalamualaikum wr. wb."

Setelah Ali memberikan sambutan singkatnya para tamu yang hadir dipersilakan untuk menikmati hidangan yang sudah disediakan.

"Sayang, kita wawancara dulu yuk! Wartawan udah nunggu di depan." Ucap Ali pada Prilly yang masih betah duduk lesehan bersama Fiza.

"Bantuin, aku susah berdirinya kalo udah duduk gini." Balas Prilly manja.

"Iya sayangku, duh kasian istrinya Ali jadi susah berdiri gini. Maaf ya!" Ali membantu Prilly berdiri dan menatapnya sendu.

"Gapapa." Prilly tersenyum lembut berusaha menenangkan suaminya yang terlihat merasa bersalah.

"Katanya mau wawancara, kok masih di sini?" Tanya Mama Rena, ibunda dari Ali.

"Oh iya, ayo sayang!" Ucap Ali lalu merangkul bahu istrinya mesra.

"Mama, kak Fiza kami permisi dulu ya!" Pamit Prilly yang diangguki oleh Mama Rena dan Fiza.

****

"Huh! Akhirnya acaranya selesai juga!" Ali menghempaskan tubuh lelahnya di atas kasur king size miliknya.

"Sayang!" Panggil Prilly manja kemudian duduk tepat di samping suaminya.

"Kenapa?" Tanya Ali dengan mata terpejam.

"Aku mau ke taman!" Ucap Prilly namun tak ada respon dari Ali.

"Sayang!!! Aku mau ke taman!" Prilly menggoyangkan lengan Ali cukup keras.

"Sayang!!!" Prilly terus menggoyangkan lengan Ali bahkan kali ini sangat kencang.

"Eh, iya kenapa?" Ali mengerjapkan matanya lalu menatap Prilly seperti orang linglung.

"Kamu tidur? Jadi dari tadi aku ngomong ga didengar? Jahat!" Prilly menggeser tubuhnya menjauh dari Ali. Tak lama setelah itu suara isakan kecil terdengar memenuhi kamar.

"Eh sayang, kok nangis? Kamu kenapa? Maaf ya, aku ngantuk banget barusan." Ucap Ali kemudian bangun untuk mendekati istrinya.

"Jangan dekat-dekat! Aku kesal sama kamu! Pokoknya aku kesal!" Pekik Prilly kemudian membaringkan tubuhnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Sayang, jangan gini. Aku minta maaf! Kamu mau apa? Mau kerak telor? Sekoteng? Atau apa? Ayo bilang, aku pasti turuti kok."

"Aku mau ke taman." Ucap Prilly pelan disertai isakan kecilnya.

"Tapi ini udah sore sayang..."

"Hiks... dek, daddy kamu udah ga sayang kita. Dia udah ga mau turuti kemauan kamu." Prilly kembali menangis membuat Ali mengacak rambutnya frustasi.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang