Prolog

71 24 14
                                    

Semua orang hanya tau apa yang terlihat diluar saja. Namun, tidak didalam. Diluar, ia terlihat begitu ceria. Namun, didalam, ia selalu ingin berteriak. Kelamnya hidup tak dapat dielak. Walau ia kerap bersikeras menolak. Sungguh sendu hidupnya. Terlebih lagi, ketika masalah-masalah itu muncul.

Sekeras apapun ia mencoba melawan, ia pasti kalah. Mungkin, memang begitulah guratan takdir dari Tuhan. Perlahan-lahan, semua hancur. Perlahan-lahan, semua hilang. Baik dari hidup ataupun dari bumi. Perlahan-lahan semua harapan lenyap, bak debu yang ditiup angin. Perlahan-lahan, seberkas cahaya terang hilang, terganntikan oleh kegelapan abadi.

Ia tidak mengira semua akan berakhir seperti ini. Ia tidak mengira semua akan lenyap seperti ini. Rasanya, ia tidak ingin hidup lagi. Rasanya, ia tidak ingin menjadi dirinya lagi. Rasanya, ia ingin melupakan jati dirinya. Rasanya, ia ingin melupakan semua masa lalunya. Namun, apakah itu mungkin?

Selintas memori masa lalu mengambil sedikit tempat di memorinya. Cucuran keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Matanya membelalak, mulai berteriak-teriak dengan histeris. Juga, ia menjambak rambutnya sendiri habis-habisan. Hingga, ia menghancurkan cermin yang berada di hadapannya.

---

So, I'm back with (another) story! Karena aku ga tau mau ngapain pas libur 2 bulan ini, jadi aku pikir untuk merealisasikan imajinasi aku aja untuk cerita ini!

Aku ga tau bakal bisa selesai atau enggak, tapi doain ya biar bisa selesai wkwkwk.

A lot of love,
Valencia

Amare (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang